Chapter 97

370 57 18
                                    

Ceklek

"Sayang?"

Tiara menoleh ke arah pintu ruangannya. Menampakkan Anrez yang sudah berdiri di depan pintu dengan senyum tipisnya.

"Iya? Kok di sini?" tanya Tiara. Gadis itu baru saja selesai melakukan operasinya. Bahkan masker saja masih menggantung di lehernya.

"Abis operasi, ya? Kali ini apa kasusnya?" tanya Anrez.

"Pasien kecelakaan, kayak biasa. Kenapa, sayang? Udah di rumah sakit aja?"

Anrez tersenyum manis ke arah Tiara. "Iya, kangen kamuu."

Tiara menatap lekat-lekat wajah Anrez. Menelusurinya untuk mencari tahu ada apa cowok itu tiba-tiba menghampiri. Seperti ada yang tidak beres. "Kamu kenapa? Mau peluk?"

Anrez mengangguk. "Mau. Mau banget."

"Uuuu sini peyuuukkkk." Tiara merentangkan kedua tangannya ke arah Anrez sehingga cowok itu langsung menghambur ke dalam dekapan Tiara.

Tiara membalas pelukan itu tak kalah erat. Kedua tangannya mengelus punggung Anrez alih-alih membelai lembut kepada cowok itu.

"Cerita, sayang. Ada masalah di kantor?"

Anrez menggeleng. "Enggak ada. Cuman lagi capek aja, aku pengen ketemu kamu."

"Hm? Bener?"

"Bener, cinta. Udah, kamu diem aja terus elus-elus lagi kepalaku," seru Anrez lalu ia semakin mengeratkan pelukannya.

Tiara terkekeh. "Siap, sayangku."

"Sayang," panggil Anrez seraya merenggangkan pelukannya agar ia bisa menatap wajah Tiara.

"Hm?"

"Aku sayang kamu, Tiara."

•••

Anrez menghempaskan tubuhnya di sofa kamarnya. Kini kamarnya sudah ramai dengan Milo, Rifky, Nabil, dan Naufal. Entah kenapa mereka semua tiba-tiba sudah berada di kamarnya saat Anrez pulang dari rumah sakit.

"Napa? Kayak banyak masalah lo," tanya Naufal.

"Kenapa kalian tiba-tiba ada di sini dah?"

"Si Milo tuh ngajakin kita ngumpul di rumah lo," jawab Rifky.

Anrez langsung menatap Milo yang tengah berkutat dengan ponselnya tepat di sebelahnya. Milo yang merasa sedang diperhatikan pun menoleh sempurna ke arah Anrez.

"Lo galau akut soalnya," ucap Milo.

"Milo udah cerita. Sekarang lo omongin aja deh yang ada di pikiran lo," ujar Nabil.

Anrez menghela napasnya panjang. "Tadi gue nemuin Rara. Enggak tau kenapa, omongan si Dara terngiang-ngiang anjir. Gue ngerasa bersalah sama Rara. Gue sakit hati aja Rara dihina kayak gitu sama orang lain."

"Rez, lo ngapain dengerin omongan enggak guna si Dara-Dara itu?" sahut Naufal.

"Gue enggak terima Rara dihina kayak gitu."

"Rara tau?" tanya Nabil.

Anrez menggeleng. "Gue enggak mau dia tau. Tapi kayaknya sikap gue kentara banget kalau ada yang gue pikirin."

"Dia udah kenal lo banget. Hal sekecil apapun lo sembunyiin, pasti ketauan juga," ujar Rifky disetujui oleh yang lain.

"Gue terserah kalau lo mau cerita ke Rara. Tapi jangan buat dia jadi ngerasa kurang gara-gara tau bacotannya si Dara," kata Milo memberi saran.

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang