Chapter 21

371 75 12
                                    

Apapun masalahnya, bagaimanapun buruknya keadaan, ingatlah kamu tidak terjebak. Selalu ada jalan keluar.

•••

"Mama," panggil Tiara. Teman-temannya sudah pulang dari rumah sakit termasuk dengan Anrez.

Cowok itu akhirnya pulang ke rumah setelah dibujuk dan dipaksa serta diancam oleh Tiara. Sekarang Tiara dan Mama Fitri hanya berdua di sana, sementara Papa Arief belum pulang dari pekerjaannya.

"Kenapa, sayang?"

Tiara menghela napas berat. "Kenapa sakit banget, ya, Ma, suka sama Anrez? Perasaan waktu Rara pacaran sama Raihan, enggak sesakit ini."

Mama Fitri tersenyum. "Namanya juga jatuh cinta, sayang. Kalau cinta, harus siap juga jatuhnya."

"Tapi ini lebih banyak jatuhnya, Ma," balas Tiara.

"Sabar, sayang. Memang sakit, tapi kalau Rara berdoa terus yang terbaik, kebahagiaan udah menanti di ujung sana, Ra."

"Mamaa."

"Iya, sayang?" balas Mama Fitri.

"Rara sayang banget sama Anrez."

•••

Nabila menghela napasnya berat seraya menatap langit senja. Sekarang Nabila sedang berada di taman bersama dengan Naufal.

"Kenapa, Bil?" tanya Naufal ketika telinganya menangkap helaan napas berat dari Nabila.

"Otak gue ... lagi berisik aja."

"Kenapa? Lo bisa cerita sama gue," balas Naufal seraya tersenyum.

"Gue belum mau ceritain ini ke siapapun, bahkan temen-temen gue juga enggak gue ceritain soal pikiran gue ini."

Naufal menganggukkan kepalanya tidak ingin memaksa. "Kalau ada apa-apa, lo bisa cerita sama gue, ya, Nabila?"

"Iya, Naufal."

"Pulang, yuk! Kasian lo capek banget nih kayaknya," ajak Naufal kemudian menggamit tangan Nabila untuk beranjak dari taman.

"Mau makan, gue laper."

Naufal terkekeh. "Ayo makan. Mau drive-thru? Untung gue bawa mobil."

"Ayo!"

•••

"Sya ..."

"Iya, Rifky?"

Sekarang keduanya sedang berada di teras rumah Hasya. Tiba-tiba saja pulang dari rumah sakit, Rifky ingin mampir ke rumah Hasya.

"Gue suka sama lo," kata Rifky sambil menatap lurus ke arah langit malam yang sangat terlihat dari teras rumah Hasya.

Sementara Hasya terdiam mematung pada posisinya seraya menatap Rifky dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Rif ..."

"Gue suka sama lo udah dari lama, baru sekarang gue berani gerak buat deketin lo. Bisa dibilang, lo alasan gue enggak nerima siapapun karena hati gue selalu tertuju sama lo," ucap Rifky yang kini sudah menatap ke arah Hasya.

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang