Tidak terasa, besok Tiara dan Milo akan olimpiade. Kini keduanya sedang berada di perpustakaan untuk belajar. Sejak tadi pagi hingga sekarang hampir pukul 12 siang, mereka masih betah mengerjakan soal.
"Makan dulu, yuk, Ra," ajak Milo.
"Bentar, ini tanggung."
"Enggak, makan dulu baru nanti lanjut ngerjain soalnya," tegas Milo.
Tiara mengalihkan pandangannya pada Milo dengan wajahnya yang memelas. "Iya, sebentar lagi, ya. Selesai satu soal ini, baru kita makan."
"Sekarang, Ra."
"Iya-iya. Ayo ke kantin," balas Tiara akhirnya mengalah.
"Gitu dong dari tadi," ujar Milo seraya mengacak rambut Tiara gemas.
"RAMBUT GUEEE."
"Enggak usah teriak, Ra. Malu diliat orang," kata Milo.
"Ya kamu bikin aku teriak."
"Maaf. Sini aku benerin rambutnya," ujar Milo kemudian tangannya terulur merapikan rambut Tiara yang sedikit berantakan karena ulahnya.
Tiara menatap lekat manik mata milik Milo. Menelusuri setiap inci dari wajah cowok itu. Milo yang akhir-akhir ini selalu berada di sampingnya dan menemaninya.
"Milo," panggil Tiara membuat pergerakan dari Milo terhenti.
"Hm? Kenapa, cantik?"
"Besok, selesai olimpiade, aku mau jawab pertanyaan kamu waktu itu. Boleh?"
Milo tersenyum manis. "Boleh, Ra. Mau kapanpun kamu jawab, aku pasti tunggu."
"Makasih, Milo."
Dan maaf.
•••
Tiara sudah sampai di rumahnya sejak setengah jam yang lalu. Kini gadis itu sedang terduduk di meja belajarnya.
Bukan. Bukan untuk membuka buku fisika dan latihan soal. Tiara menatap nanar kertas kosong di hadapannya. Ia hendak menulis surat untuk Anrez. Mengingat besok malam Tiara akan berangkat ke Barcelona sebentar lagi. Hanya tinggal menghitung hari.
Tiara menghela napasnya panjang. Kedua tangannya akhirnya bergerak juga. Ia meraih pulpen kemudian mulai menuliskan kata demi kata di kertas tersebut.
Percayalah, rasanya menyesakkan. Tiara dibuat sesak oleh kalimat yang ia tulis sendiri. Hatinya sangat sakit sekali. Putaran memori tentang dirinya dan Anrez pun berputar di otaknya membuat hatinya semakin sakit.
Demi apapun, Tiara sudah benar-benar menjatuhkan hatinya kepada seorang Anrez Adelio Grahana walaupun tidak berbalas. Walaupun yang ia rasakan hanyalah sakit dan kecewa.
•••
Tiara merebahkan tubuhnya di ranjang setelah selesai menulis surat untuk Anrez beserta teman-temannya dan melihat-lihat rumus.
Gadis itu membuka ponselnya kemudian mencari kontak Ben di sana. Niatnya ia akan mengajak Ben untuk pergi berdua sebelum ia berangkat ke luar negeri.
Ben Akarsana
Beennnnn
Iyaa Raraa
KenapaaJumat kita main yuk?
Ayoo
Mau ke mana?Ke mana aja
Yang penting cabut
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzara ✓
Teen FictionBersahabat sejak kecil memang tidak menjamin perasaan itu tidak akan tumbuh. Apalagi separuh hidupnya dijalani bersama-sama. Pastinya, perlahan perasaan itu akan muncul. Entah Tiara, atau Anrez, atau bahkan keduanya. Start 15/11/2021 End 6/4/2022