"Assalamualaikum."
"Astaghfirullah, udah tau mau ada tamu, masih aja mesraan," lanjut Milo ketika ia melihat Tiara dan Anrez tengah bermesraan di ruang keluarga.
"Haii, Miloo. Azki mana?"
"Ke rumah sakit. Ada pasien mendadak," jawab Milo kemudian mendudukkan tubuhnya di samping Tiara.
Tiara manggut-manggut. "Jadi bedah saraf emang enggak mudah."
"Iya. Kayaknya waktu dia juga lebih banyak di rumah sakit dari pada sama gue," ujar Milo.
Anrez tertawa pelan. "Makanya perhatian, Mil. Samperin kek, apa kek gitu."
"Iyaaa. Nanti gue samperin. Gue suka jemput dia kok."
Milo tersenyum ke arah Tiara yang tengah sibuk memakan camilannya. Tangannya tergerak mengelus perut Tiara yang membuncit.
"Ponakan Om, apa kabar nih?" tanya Milo dengan wajahnya yang ia dekatkan pada perut Tiara.
"Baik, Om," balas Tiara dengan suara anak kecilnya.
Milo terkekeh. "Cepet-cepet keluar, ya. Nanti uncle rich bakal jajanin semua yang kamu mau."
"Bunda-nya juga dong, Om," kata Tiara.
"Bunda-nya enggak, soalnya suaminya udah banyak duit."
"Ya iya lah, jelas. Gak banyak duit, bukan Anrez," sahut Anrez.
"Sombong amat lo," cibir Milo.
"Ini yang lain mana sih? Ngaret banget, kebiasaan," lanjut Milo mengomel.
"Ngomel aja kayak emak-emak," ledek Tiara.
"Kamu enggak boleh gitu tau, Ra."
"Masih aku-kamu aja nih?" sahut Anrez serius membuat Tiara dan Milo sontak menatap ke arahnya.
"Sayang ..."
Anrez menyengir. "Bercanda, sayang."
"Lo masih cemburu nih?" goda Milo sambil menaik-naikan kedua alisnya.
Anrez langsung memukul lengan Milo dengan keras membuat cowok itu mengaduh kesakitan.
"Sakit, anjing."
"Kalau mau ribut, jangan di sini," seru Tiara.
"Iya-iya, enggak," kata Anrez lalu memeluk tubuh Tiara dari samping.
Drrtt drttt
"Siapa, yang?"
"Dokter residenku," jawab Tiara sambil menatap layar ponselnya yang menunjukkan panggilan dari dokter residennya.
"Kenapa, ya?"
"Angkat lah," seru Milo.
Tiara mengangkat panggilan tersebut lalu memposisikan ponselnya pada telinganya.
"Halo?"
"Dok, pasien koma kita dari 10 bulan lalu, membaik dari sebelumnya. Sepertinya, dia akan sadar sebentar lagi."
"Oh, ya? Pupilnya gimana?"
"Pupilnya normal, Dok. Semuanya normal. Saya harap, dia bisa sadar sebentar lagi."
"Saya ke sana sekarang."
"Eh, tapi, Dok—"
"Enggak apa-apa. Tunggu sebentar, ya."
Tutt tutt
Tiara menutup panggilannya. Ia lalu melihat ke arah Anrez yang tengah menatap tajam ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzara ✓
Teen FictionBersahabat sejak kecil memang tidak menjamin perasaan itu tidak akan tumbuh. Apalagi separuh hidupnya dijalani bersama-sama. Pastinya, perlahan perasaan itu akan muncul. Entah Tiara, atau Anrez, atau bahkan keduanya. Start 15/11/2021 End 6/4/2022