"Ra ..."
"I miss you so much ..."
Tiara mati kutu. Matanya masih tertuju pada wajah Anrez yang sebenarnya tidak banyak berubah. Hanya saja, pipi Anrez sekarang jauh lebih tirus dibanding 10 tahun yang lalu.
"Rara," panggil Anrez membuat Tiara tersadar.
Tiara segera mengalihkan pandangannya pada Defika. "Kita makan di kantin aja, Def. Ayo."
Tanpa sempat Tiara beranjak, tangannya sudah dicekal oleh Anrez. "Ra, ayo ngobrol sebentar aja."
"Enggak mau."
"Ra, please," mohon Anrez.
"Ngobrol aja gih, Ra. Udah 10 tahun, kalian perlu ngobrol," kata Defika akhirnya buka suara.
Tiara menggeleng. "Gue belum mau."
"Ra, tapi—"
"It's okay. Besok aku bakal dateng lagi ke sini buat nemuin kamu dan obrolin semuanya. Semangat kerjanya, ya, Tuan Puteri," ujar Anrez kemudian mengelus rambut Tiara lembut membuat gadis itu diam terpaku.
Tiara masih saja diam pada posisinya sampai Anrez sudah pergi dari hadapannya. Merasa terkejut atas apa yang Anrez lakukan tadi kepadanya.
"Ra, kenapa sih?" tanya Defika.
"Apanya yang kenapa?"
"Kenapa enggak mau ngobrol? Lo bayangin, dia dateng ke sini jauh-jauh cuman mau nemuin lo doang, Ra. Gue juga yakin Anrez nyari lo selama 10 tahun."
"Tapi gue belum siap, Def," balas Tiara.
"Siapin diri lo. Gue enggak mau tau, kalau besok Anrez dateng lagi, lo harus ngobrol sama dia. Udah 10 tahun, Ra. Lo enggak bakal tenang nantinya," tegas Defika.
Defika memang seperti itu orangnya. Selalu tegas dan tau apa yang terbaik untuk Tiara. Bukan Defika memaksa, namun Tiara memang harus ditegasi agar sadar.
"Iya."
•••
Tiara sampai di apartemennya tepat pukul 8 malam. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang setelah selesai mandi. Pikirannya tertuju pada kejadian tadi siang di depan rumah sakit. Kali pertama Tiara bertemu lagi dengan Anrez setelah 10 tahun.
Anrez tetap sama. Anrez selalu tampan dan membuat jantungnya berdetak lebih cepat serta hatinya tak karuan. Anrez memang selalu memberikan efek yang luar biasa bagi hatinya.
Nyatanya 10 tahun berpisah tidak mampu membuat perasaannya hilang kepada Anrez. Yang Tiara rasakan hanyalah terbiasa tanpa cowok itu selama 10 tahun.
Tiara menghela napasnya panjang. Ia dapat meyakini kalau besok Anrez pasti datang menemuinya lagi. Mengingat tekad dan ambisi Anrez sangat kuat.
"Gue harus siap, bener kata Defika. Udah 10 tahun, udah waktunya gue hadapi masalah ini."
•••
Pada pukul 8 pagi, Tiara sudah berada di rumah sakit. Dokter residennya menelepon dan memberi laporan kalau ada pasien yang harus ditangani olehnya.
Setelah selesai menangani pasien, Tiara memilih untuk kembali ke ruangannya. Sekedar minum kopi karena Tiara belum sempat sarapan tadi pagi.
Namun, langkahnya terhenti ketika Tiara melihat Anrez sudah berdiri di depan ruangannya dengan paper bag di tangannya.
Tiara tersenyum tipis. Ya, benar. Anrez kembali menemuinya hari ini. Sesuai dengan apa yang Anrez bicarakan kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzara ✓
Teen FictionBersahabat sejak kecil memang tidak menjamin perasaan itu tidak akan tumbuh. Apalagi separuh hidupnya dijalani bersama-sama. Pastinya, perlahan perasaan itu akan muncul. Entah Tiara, atau Anrez, atau bahkan keduanya. Start 15/11/2021 End 6/4/2022