"Gimana, Ra? Menikah sama aku dan menua bersama, ya, sayang?"
Tiara tersenyum manis seraya menatap lekat ke arah Anrez. Ia masih melihat ketulusan di mata cowok itu.
"Emm ..."
"Ayo, Ra. Aku ketar-ketir nungguin jawaban kamu," seru Anrez yang sudah keringat dingin.
Tiara terkekeh. "Iyaaa, Anrezz. Aku mauuu."
"Mau? Beneran?" Tiara mengangguk.
"WAH," sorak Anrez lantas berdiri dari duduknya kemudian menarik lengan untuk berdiri hingga kini mereka saling berhadapan.
"Ra, beneran mau jadi istri aku?" tanya Anrez memastikan.
"Iya lah. Enggak mungkin aku tolak, kita udah bangun rumah," balas Tiara sengaja ingin menggoda Anrez.
Benar saja, sedetik kemudian raut wajah Anrez langsung berubah. "Kamu terima aku cuma gara-gara kita udah bangun rumah?"
Tiara terkekeh. "Bercanda, sayang."
"Aduh, kita langsung nikahin sekarang aja enggak sih?" sahut Papa Arief.
"Setuju, Mas. Kita nikahin sekarang deh," balas Mama Rani.
"Ayo," ujar Anrez kesenengan yang langsung diberi cubitan dari Tiara pada perutnya.
"Ah, Ra. Sakittt."
"Abisnya, enggak sabaran," balas Tiara seraya cemberut.
Anrez tertawa pelan. "Raa, makasih udah mau jadi calon istrikuu. Aku seneng. Terlepas dari apa yang pernah kita lewati, kita jadiin pelajaran, ya, Ra. Sekarang dan selamanya, aku enggak mau kehilangan kamu lagi dan aku enggak akan biarin kamu pergi dari hidupku."
"Akan aku jaga dan hargai kamu yang udah mau ada di sisi aku sampai kita tua nanti, Ra. Janji, ya, kita pokoknya harus bareng terus. Jangan jatuh cinta sama orang lain, ya, Ra."
"Ini cincin buat mengikat kamu sama aku sekarang. Nanti cincin lamarannya bakal lebih bagus dan indah di jari kamu pas kita udah lamaran secara resmi, ya, Ra," lanjut Anrez seraya menggamit tangan Tiara untuk ia sematkan cincin di jari manisnya.
"Cincin yang sekarang aja udah bagus, hei. Jangan buang-buang uang deh. Mending uangnya ditabung buat kita nanti," omel Tiara.
Anrez terkekeh. "Ini lagi suasana romantis dan mengharukan, sayang. Masa kamu ngomel-ngomel sih?"
"Yaaa, abisnya kamuuu."
"Ssttt ini mau dipasang enggak cincinnya?"
"Mauu," balas Tiara.
Anrez tersenyum manis kemudian menyematkan cincinnya pada jari manis Tiara.
"Bagusss," puji Tiara sembari melihat cincinnya yang sudah tersemat lada jari manisnya.
"Love you, Ra."
"Love you too."
"Udah kali. Duduk lagi, kita ngobrol buat acara lamaran kalian," seru Mama Fitri.
"Bentar, Ma. Belum peluk," balas Anrez hendak memeluk tubuh Tiar namun segera dihentikan oleh Papa Arief.
"Nanti, belum sah."
"Aaaa Papaaa, biasanya juga pelukaannnn," rengek Tiara.
"Enggak. Cepetan duduk."
"Ish, Papa nih," protes Tiara namun tetap menuruti perintah Papa Arief. Sama halnya dengan Anrez. Kalau tidak, bisa-bisa mereka batal nikah dong.
"Jadi mau kapan lamarannya?" tanya Papa Mahen.
"Minggu depan," jawab Anrez membuat Tiara melebarkan kedua matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzara ✓
Teen FictionBersahabat sejak kecil memang tidak menjamin perasaan itu tidak akan tumbuh. Apalagi separuh hidupnya dijalani bersama-sama. Pastinya, perlahan perasaan itu akan muncul. Entah Tiara, atau Anrez, atau bahkan keduanya. Start 15/11/2021 End 6/4/2022