Chapter 69

437 66 19
                                    

"Lo di mana sekarang, Ra?" tanya Nabil.

"Gue sekarang di Sevilla."

"Orang tua lo?" tanya Naufal.

"Ah, iya. Aku juga belum denger soal Tante sama Om. Mereka di mana?" sahut Anrez.

"Kayaknya gue harus ceritain semuanya dulu dari awal, ya."

"Cerita aja kalau lo siap," kata Rifky.

Tiara mengangguk. "Jadi waktu kecelakaan itu, gue kan dibawa sama Mama Papa ke Barcelona. Sebenernya kalau gue enggak kecelakaan juga, kita bakal tetep pindah ke Barcelona karena gue yang mau."

"Gue minta ke Mama sama Papa buat pindah ke Barcelona setelah olimpiade gue sama Milo waktu itu selesai. Rencananya, hari Minggu kita bakal berangkat ke Barcelona."

"Gue udah rencanain semuanya. Pulang olimpiade, gue ngobrol sama Milo, setelah itu gue sama Anrez. Rencananya, besoknya gue mau main dan cerita semuanya ke Ben, terus hari Sabtu gue kan rencananya mau nginep juga sama Nabila, Hasya, sama April."

"Tapi yaa namanya juga manusia, ya. Allah yang berkehendak, manusia mah cuman bisa berencana aja. Malem dari gue beres olimpiade, gue sama Anrez kecelakaan."

"Tapi, Ra. Maaf nyela cerita kamu. Aku inget banget waktu itu kamu selamatin aku. Walaupun sekarang dipikir-pikir itu agak mustahil, tapi malam itu kamu berhasil selamatin aku, Ra. Kamu dorong aku ke luar mobil," sela Anrez.

Tiara mengangguk. "Aku memang ngelakuin itu."

"Kenapa ... kenapa kamu lakuin itu?" tanya Anrez.

"Bukannya udah jelas?" Anrez menatap bingung ke arah Tiara seolah meminta jawaban yang lebih jelas.

"Karena aku sayang sama kamu."

"Ternyata lo udah bucin sejak 10 tahun yang lalu, ya, Ra?" sahut Defika membuat Tiara mengalihkan pandangannya pada gadis itu. Sontak teman-temannya juga ikut tertawa.

"Gimana rasanya jadi nyamuk di sama, Def?" tanya Nabila seraya terkekeh.

"Wah anjir. Ngeselin dah pokoknya," balas Defika.

"Kalau gue sih udah cabut aja. Gue mending bantuin dokter lain nanganin pasien," ujar Ben.

"Malah ngeledek. Gue lanjut nih ceritanya," kata Tiara diangguki oleh yang lain.

"Singkat cerita, sampailah gue di Barcelona dan langsung dibawa ke rumah sakit pastinya. Gue sempet enggak sadar hampir 3 bulan."

"Hah? 3 bulan?" tanya Anrez tak percaya.

"3 bukan, Ra? Serius?" tanya Milo memastikan.

Tiara mengangguk. "Sampai akhirnya gue bangun dari pingsan panjang gue. Pingsan apa tidur, ya, itu? Pokoknya gue sadar deh. Gue sempet kebingungan dan ngerasa enggak tenang. Enggak tau aja waktu itu rasanya hati gue enggak tenang. Taunya gue trauma. Mungkin karena ditambah gue pergi tanpa pamit juga ke orang-orang yang gue sayang di Indonesia."

Anrez mengambil tangan Tiara untuk ia genggam. Entah kenapa rasa bersalahnya kembali menguap ke permukaan hatinya. Pikirannya tengah sibuk berandai-andai sembari menyimak cerita Tiara.

"Kamu jangan ngerasa bersalah karena ini bukan salah kamu," ucap Tiara seolah mengerti apa yang Anrez rasakan.

Anrez terkekeh. "Iya. Lanjut lagi ceritanya. Aku dengerin."

"Abis itu, setelah gue lebih baik, gue ketemu sama psikiater di rumah sakit itu. Gue konsul selama sebulan sambil pemulihan buat pergelangan tangan kanan gue karena sempet cedera parah. Bahkan sampai sekarang pergelangan tangan kanan gue kadang suka kaku, apalagi kalau lagi operasi."

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang