Chapter 50

288 65 8
                                    

Rasanya sangat menyesakkan.

•••

Bel pulang sekolah akhirnya berdering. Anrez segera membereskan alat tulis dan buku-bukunya lalu segera beranjak dari kelasnya. Rifky, Nabil, dan Naufal menatap bingung ke arah Anrez yang semakin menjauh.

"Dia kenapa?" tanya Rifky.

Naufal menaikkan bahunya. "Enggak tau. Paling mau samperin Tiara."

"Yuk ke kelas sebelah," seru Nabil diangguki oleh yang lain.

Ketiganya berjalan beriringan menuju kelas sebelah. Lebih tepatnya kelas Tiara dan kawan-kawannya.

"Hai," sapa Hasya kepada Rifky, Naufal, dan Nabil.

"Hai," balas mereka serempak.

"Anrez mana? Kok enggak bareng kalian?" tanya April saat gadis itu baru keluar dari kelas disusul oleh Nabila dan Tiara.

"Lah, kita kira dia duluan ke sini mau nyamperin Rara," balas Naufal.

Tiara tersenyum tipis. "Gue duluan, ya. Mau ke lab ketemu Pak Ade," pamitnya.

"Semangat, Ra," sahut Nabila.

"Makasih, Bibil."

Tiara pun akhirnya benar-benar beranjak dari hadapan mereka. Teman-temannya menatap bingung ke arah Tiara. Kenapa di saat mereka membahas Anrez, Tiara langsung pamit undur diri dari hadapan mereka?

"Anrez sama Tiara kenapa lagi?" tanya Nabil.

"Anrez ngebentak Tiara," jawab April membuat Rifky, Naufal, dan Nabil terkejut.

"Sinting si Anrez," ucap Naufal.

"Kali ini kita enggak perlu ikut campur atau bantu mereka buat baikan. Kalau mereka beneran sayang satu sama lain, pasti nanti mereka bakal sadar sendiri kok," kata Nabila disetujui oleh yang lainnya.

"Liat aja. Gue yakin banget mereka tuh sebenernya saling sayang udah lebih dari sahabat."

•••

"Kalian banyak-banyak diskusi, ya. Karena nanti kan pada saat pengerjaan, kalian akan mengerjakannya secara kerja sama," pesan Pak Ade.

Tidak terasa hampir satu bulan lagi Tiara dan Milo akan menghadapi olimpiade fisika di bulan September nanti. Itu artinya waktu mereka untuk berlatih sudah tidak banyak lagi.

Selama berminggu-minggu Tiara dan Milo mencocokkan chemistry di antara mereka agar nanti pada saat olimpiade berlangsung, mereka bisa bekerja sama dengan lancar tanpa harus berdebat terlebih dahulu.

"Bapak lihat juga selama kurang lebih sebulan ini, kalian sudah dekat, ya? Jadi Bapak enggak perlu khawatir dengan chemistry kalian nanti saat olimpiade berlangsung. Atau jangan-jangan kalian cinlok, ya?"

Tiara dan Milo langsung terdiam saat mendengar pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari mulut Pak Ade. Ekspresi tegang langsung muncul pada wajah keduanya sampai Pak Ade terkekeh dibuatnya.

"Santai-santai. Bapak enggak akan ikut campur urusan anak muda," lanjut Pak Ade.

Milo terkekeh. "Doain aja, Pak."

Sontak Tiara melebarkan kedua bola matanya. Tangannya tergerak memukul lengan Milo. "Milo, ih!"

"Sakit, Ra," kata Milo mengaduh.

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang