"Nih, kado dari kitaa," seru Nabila seraya memberikan paper bag bertuliskan Balenciaga kepada Anrez.
"Wah, jadi enak. Makasih, guyss."
"I have something for you too, babe," kata Tiara dengan tangannya yang sudah menenteng paper bag bertuliskan GUCCI.
"Lagi, Ra?"
Tiar menyengir kemudian memberikannya kepada Anrez. "Nihhh. Beneran ini kado terakhir dari aku."
"Beneran, ya? Awas aja kamu ngasih lagii."
"Beneran, cintaaaa," balas Tiara sembari mengelus pipi Anrez lembut.
Anrez tersenyum manis. "Makasih, sayang."
"Oy, Rez. Lo belom mengucapkan sepatah-dua patah kata," seru Milo pada Anrez masih dengan mikrofonnya.
"Mana sini mic-nya," ujar Anrez.
Anrez menerima uluran mikrofon dari Milo kemudian tersenyum ke arah Mama Rani dan Papa Mahen.
"Ma, Pa, makasih. Makasih udah jadi Mama Papa yang hebat buat Anrez. Makasih karena udah berjuang, udah ngedidik Anrez sampai Anrez kayak sekarang. Makasih banyak. Anrez seneng bisa jadi anak dari Mama Papa."
"Anrez selalu berdoa semoga Mama sama Papa panjang umurnya dan sehat-sehat terus. Ma, Pa, panjang umur, ya. Biar Mama sama Papa nanti bisa ketemu sama cucu-cicit Mama Papa, ya."
Anrez berjalan mendekati Mama Rani dan Papa Mahen yang tidak begitu jauh darinya lalu memeluk tubuh keduanya bergantian.
"Jangan nangis, Ma. Ya ampun," seru Anrez dengan jarinya yang menghapus jejak air mata di pipi sang mama.
"Mama sayang banget sama kamu."
"Aku juga sayang banget sama Mama. Ma, makasih, ya, udah ngelahirin aku. Love youuu," balas Anrez kemudian ia kembali membawa Mama Rani ke dalam pelukannya.
"Dah, samperin tuh calon istrimu," seru Mama Rani setelah melepaskan pelukannya.
Anrez terkekeh. Ia melangkahkan kakinya mendekat kembali pada Tiara. "Raraaa, sayangggg."
"Kamu enggak usah ngomong mending. Nanti aku nangis lagii."
"Kok gitu?" Anrez tertawa pelan.
"Aaaaa sedihhhh," rengek Tiara dengan matanya yang kembali berkaca-kaca.
"Loh-loh, aku belum ngomong apa-apa, sayang. Masa kamu udah mau nangis lagi sih."
"Ya udah ngomong," seru Tiara.
Anrez terkekeh kemudian menarik tangan Tiara hingga kini gadisnya jatuh ke pelukannya. Tepat saat itu juga, tangisan Tiara semakin pecah.
"Malah tambah nangis si sayang," ujar Anrez. Tangannya mengelus lembut puncak kepala Tiara alih-alih menciumnya.
"Aku sayang kamu," lirih Tiara.
"Iya, sayang. Aku juga sayang kamu pake banget."
Tiara merenggangkan pelukannya lalu menatap lekat-lekat wajah tampan milik Anrez.
"Ngomong," seru Tiara.
"I love you, Ra. Makasih udah kasih aku surprise, udah kasih aku kado, udah nerima lamaran aku, udah mau sama aku, udah sayang sama aku, udah taruh dan jaga perasaan kamu ke aku selama 10 tahun lamanya. Makasih, ya, Ra."
"Maaf kalau aku banyak salah, belum bisa jadi apa yang kamu mau, enggak sesuai harapan kamu, sering nyakitin kamu, bikin kamu nangis, bikin kamu sakit, bikin kamu nge-down. Maaf aku belum sempurna untuk jadi milik kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzara ✓
Teen FictionBersahabat sejak kecil memang tidak menjamin perasaan itu tidak akan tumbuh. Apalagi separuh hidupnya dijalani bersama-sama. Pastinya, perlahan perasaan itu akan muncul. Entah Tiara, atau Anrez, atau bahkan keduanya. Start 15/11/2021 End 6/4/2022