Chapter 72

441 74 24
                                    

Yang gak punya ayang, gak boleh iri.

•••

"Capek banget, yang," keluh Tiara saat mereka baru saja sampai di apartemen gadis itu. Mereka baru saja kembali ke Sevilla.

"Kamu biasanya gini? Pulang ke Barcelona, terus Minggu malemnya pulang? Besoknya kerja pagi?"

Tiara mengangguk. "Iya, kenapa emang?"

"Gila, ya, kamu. Enggak capek?"

"Capek. Cuman aku seneng bisa ketemu Mama Papa. Seneng juga bisa balik kerja lagi, ketemu pasien, terus operasi. Aku suka," balas Tiara.

"Kamu tuh ya. Kamu sibuk banget sekarang. Kayaknya kamu sehari aja enggak ada kegiatan tuh udah gatel badan kamu pengen gerak."

Tiara tertawa pelan. "Bukan sibuk, sayang. Ini tuh produktif."

"Enggak gini tapi, yang."

"Udah-udah, kamu mau aku bikinin minum apa? Aku bikinin," tanya Tiara hendak berdiri dari duduknya namun langsung dicegah oleh Anrez membuat gadis itu kembali terduduk.

"Duduk dulu, istirahat. Kenapa sih enggak bisa diem?"

"Aku cuman mau bikinin kamu minum," balas Tiara.

"Bilang sama aku. Biasanya pulang flight dari Barcelona, kamu ngapain?"

Tiara sukses dibuat gugup oleh pertanyaan Anrez membuat gadis itu diam menutup mulutnya rapat-rapat.

"Ra, kasih tau aku," tegas Anrez.

"Biasanya aku pulang ke apartemen kok," balas Tiara gugup.

"Terus? Abis ke apartemen?"

"Ke rumah sakit ..." balas Tiara lalu menundukkan kepalanya. Takut untuk membalas tatapan tegas dari Anrez.

Anrez menghela napasnya. "Ra, liat aku."

"Enggak mau."

"Kenapa enggak mau?" tanya Anrez yang mulai melembut.

"Takut. Kamu liat akunya tajem banget."

"Udah enggak, Ra. Liat aku," balas Anrez dengan tangannya yang mengangkat dagu Tiara agar gadis itu melihat ke arahnya.

"Kamu enggak capek, sayang?" tanya Anrez lembut.

Tiara menggeleng. "Enggaakkkk. Aku suka ngelakuinnya. Jadi capeknya enggak kerasa."

"Sekarang istirahat aja. Don't do something and make me mad."

"Iya-iya. Aku istirahat di sini. Nih, aku main hp. Oke, aku enggak akan ngapa-ngapain. Tapi kalau ada telepon dari rumah sakit, itu beda cerita, ya, sayang," balas Tiara.

Anrez berdecak. "Kan bisa sama dokter residen kamu."

"Iya sih, dokter residenku juga bisa sama fellow-ku. Tapi mereka tetep butuh aku, sayang. Aku dokter utamanya," kata Tiara memberi pengertian.

"Ya udah, iya. Semoga aja hari ini kamu enggak ada panggilan."

Tiara tersenyum manis. Tangannya terangkat mengelus pipi Anrez lembut membuat cowok itu menutup matanya seraya menikmati sentuhan lembut dari gadisnya.

"Sayang," panggil Tiara membuat Anrez membuka matanya.

"Ap—" Mulut Anrez langsung tertutup rapat ketika matanya menangkap Tiara yang sudah menepis jarak di antara mereka.

"A-apa, R-ra?" gugup Anrez.

Tiara terkekeh. "Kok gugup gitu sih?"

"Kamu ngagetin."

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang