Chapter 29

339 72 25
                                    

Should I smile because we are friends?
Or cry because we'll never anything more?

•••

"Ra, please. Jangan nangis."

"Ini semua karena kamu, Anrez."

Tangan Anrez tergerak untuk menyelipkan rambut ke telinga Tiara yang menghalangi wajah cantik gadis itu.

"I'm sorry ..." lirih Anrez.

"Ngapain sih? Kamu cuman mau minta maaf aja?"

Anrez tersenyum simpul. "Aku mau jelasin, kamu dengerin, ya?"

"Enggak mau."

"Kamu udah di sini, berarti harus dengerin aku cerita," ucap Anrez.

"Hm."

"Ra, sebelumnya aku minta maaf, ya. Aku enggak akan bosen minta maaf sama kamu sampai kamu mau maafin aku. Aku salah, Ra. Aku salah banget udah bikin kamu kecewa."

"Aku tau juga kok kalau kata maaf enggak cukup buat obatin rasa kecewa di hati kamu ..."

"Basa-basi terus, kapan ceritanya?" sela Tiara dengan raut kesalnya.

Anrez tertawa. "Sabar, Ra. Kalau dilaporan Pak Maman, ini tuh baru pendahuluan."

"Cepetan!"

"Iya-iya, Ya Allah. Marah-marah aja," balas Anrez.

"Dah lah, aku mau balik ke temen-temen."

Tiara berdiri dari duduknya hendak beranjak dari hadapan Anrez. Namun tangan cowok itu dengan sigap mencegah agar Tiara tidak pergi.

"Raaa, ini aku mau cerita."

Tiara menghela napasnya panjang lalu mendudukkan tubuhnya kembali di samping Anrez.

Anrez menatap lekat wajah Tiara. Wajah yang beberapa hari ini ia rindukan. "Ra, sebelumnya, aku emang udah mau berangkat ke rumah kamu pas kita janjian mau sarapan bareng."

"Terus, aku enggak sengaja liat Kyla di seberang rumah aku. Aku samperin dia dan nanya kenapa dia ada di sini, bukan di Swiss. Katanya, dia ke sini buat temenin Nenek yang sakit."

"Beneran, Ra. Percaya sama aku, aku waktu itu udah mau berangkat ke rumah kamu, tapi aku lupa dan malah keasyikan ngobrol sama Kyla karena udah lama enggak ketemu."

"Udah lama enggak ketemu atau karena kamu kesenengan cinta pertama kamu dateng lagi?" tanya Tiara menyela cerita Anrez.

"Udah lama enggak ketemu, Ra. Kamu itung aja kita udah berapa lama enggak ketemu."

Tiara manggut-manggut. "Terus?"

"Abis itu, aku baru inget kalau tadinya aku mau jalan ke rumah kamu. Aku langsung buru-buru ke rumah kamu. Tapi kata Tante Fitri, kamu udah pergi ke sekolah dan bisa-bisanya kamu enggak sarapan dulu."

"Aku langsung khawatir sama kamu, Ra. Aku tau kamu enggak akan mood buat sarapan. Aku samperin kamu, kamunya marah deh."

"Sialnya, kenapa waktu itu harus ada upacara dan lapangan panas banget. Ditambah kamu enggak sarapan, pingsan deh. Aku langsung tambah ngerasa bersalah sama kamu."

"Abis kamu ngeselin. Udah janji loh padahal, kamu juga yang ngajak. Bisa-bisanya kamu lupa? Aku beneran jadi enggak mood sama sekali waktu itu," balas Tiara disertai bibirnya yang cemberut.

Anrez terkekeh. "Enggak usah cemberut gitu. Minta dicium?" godanya.

Kedua mata Tiara sontak melebar lalu tanpa pikir panjang, ia memukul keras lengan Anrez. "BERANI LO? ADUIN APRIL NIH."

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang