Drttt drttt
Anrez Adelio is calling..
Tiara mengambil ponselnya yang berdering di atas nakas dengan mata yang masih tertutup. Sekarang pukul 8 pagi namun Tiara belum bangun dari tidurnya juga.
Entah kenapa tubuhnya lemas. Kepalanya pun terasa sangat sakit hingga untuk membuka mata saja rasanya berat.
"Sayang?"
"Hm."
"Kenapa? Kok lemes gitu? Belum bangun? Sakit?"
"Sini."
"Iya, aku ke sana sekarang."
Tuttt tutt
Tiara menyimpan kembali ponselnya di atas nakas lalu mencari posisi enak untuk tidur lagi. Demi apapun, kepalanya sangat sakit sekarang.
Ceklek
"Ra, gue abis ditelepon cowok lo nih. Lo sakit, Ra?" tanya Defika seraya mendekati Tiara ke arah ranjang gadis itu.
"Hm. Pusing."
Defika menghela napasnya. "Gue ambil sarapan sama obat dulu," katanya lalu kembali keluar kamar untuk mengambil sarapan dan obat.
Sementara Anrez, ia memutuskan untuk langsung ke rumah Tiara. Ia hafal betul kalau Tiara jatuh sakit.
Suara Tiara pasti akan berubah parau seperti tadi gadisnya menjawab panggilan darinya. Tiara pasti akan langsung meminta Anrez untuk datang menghampirinya.
Ah, Anrez sangat dilanda khawatir sekarang. Secepat mungkin Anrez mengendarai mobilnya menuju komplek rumah Tiara.
Memang rumahnya dan Tiara tidak sejauh yang dibayangkan. Komplek rumahnya dengan rumah Tiara dekat. Namun untuk jaga-jaga, mana tau Tiara harus dibawa ke rumah sakit, makanya Anrez memakai mobil walaupun sebenarnya di rumah gadis itu pasti ada mobil. Tapi ya sudah lah.
Anrez langsung turun dari mobilnya setelah sampai di depan rumah Tiara. Ia memberikan kunci mobilnya pada Mang Asep, satpam rumah Tiara.
"Mang, tolong parkirin mobilnya, ya. Nuhun, Mang," seru Anrez diangguki oleh Mang Asep.
"Siap, Den."
Anrez berlari tergesa memasuki rumah Tiara dengan rasa khawatir yang mendominasi hatinya. Takut Tiara kenapa-kenapa.
Ceklek
Anrez berhenti tepat di depan pintu dengan napasnya yang terengah-engah. Ia dapat melihat kalau Tiara sedang disuapi sarapan oleh Defika.
"Ra," panggil Anrez.
"Lo abis ngapain? Ngos-ngosan anjir," tanya Defika.
"Abis lari dari bawah. Khawatir sama Rara."
Tiara terkekeh. "Sinii."
Anrez menganggukkan kepalanya kemudian melangkahkan kakinya memasuki kamar Tiara. Ia menutup kembali pintu kamar gadisnya lalu melanjutkan langkahnya mendekati ranjang Tiara.
"Kenapa, Ra? Tiba-tiba sakit. Hm?" tanya Anrez lembut seraya menempelkan punggung tangannya pada kening Tiara.
"Kecapekan kali," jawab Tiara.
"Nih, Ra, minum obatnya. Gue ke bawah dulu simpen piring," seru Defika.
"Iyaaa. Makasih, Fikaaa." Defika mengangguk lalu segera keluar dari kamar Tiara. Tidak mau menjadi nyamuk untuk yang kesekian kalinya.
Anrez menghela napasnya lega. "Untung ada Defika."
"Enggak ada Defika juga kan ada Bibi," jawab Tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzara ✓
Fiksi RemajaBersahabat sejak kecil memang tidak menjamin perasaan itu tidak akan tumbuh. Apalagi separuh hidupnya dijalani bersama-sama. Pastinya, perlahan perasaan itu akan muncul. Entah Tiara, atau Anrez, atau bahkan keduanya. Start 15/11/2021 End 6/4/2022