Chapter 60

348 53 23
                                    

Aku telah tau kita memang tak mungkin. Tapi mengapa kita selalu bertemu?

•••

Tiara menggandeng tangan Milo untuk menemui kedua orang tuanya dengan disertai bulan sabit di bibirnya yang mengiringinya.

"Seneng banget, Ra?" tanya Milo.

"Seneng banget dong, Milo."

Tangan Milo terulur mengelus rambut Tiara lembut. "Pulang nanti mau ke mana?"

"Ke mana aja bebas deh."

"Dasar cewek," umpat Milo.

"Cewek kenapa?"

"Ngajak pergi, tapi pas ditanya mau ke mana, jawabnya bebas. Kerjaannya cewek tuh kalau kayak gitu," cerocos Milo.

Tiara terkekeh. "Terserah Milo aja."

"Iya dah, terserah aku. Jadi kamu mau dibawa ke kuburan juga gak apa-apa, ya?"

"IHHH, YA GAK GITU JUGA," pekik Tiara.

"Katanya terserah aku."

"Semerdeka Milo aja dah," kata Tiara mengalah.

"Mamaa, Papaa," sapa Tiara ketika mereka sudah berada di hadapan kedua orang tuanya. Oh jangan lupa, di sebelahnya ada Mama Rani dan Papa Mahen juga alias orang tuanya Anrez. Otomatis cowok itu pun ada di sana.

"Hai, sayang. Hebat banget anak Papa bisa juara olimpiade fisika tahun ini," puji Papa Arief kemudian membawa Tiara ke dalam pelukannya.

"Anak siapa dulu dong."

"Anak Papaaa," balas Papa Arief semakin mengeratkan pelukannya.

Mama Fitri terkekeh. "Udah dong, Pa. Mama juga pengen peluk anak Mama."

Papa Arief kemudian melepaskan pelukannya dari Tiara lalu menatap sang istri. "Maaf, Ma. Nih ambil Rara-nya."

"Selamat, sayang. Kamu keren banget, sayang. Nanti kita rayain, ya."

Tiara tertawa pelan. "Makasih, Mama. Wah, pake dirayain segala, ya?"

"Harus dong, sayang. Pokoknya kita harus rayain kemenangan kamu," balas Papa Arief.

"Iya-iya. Peluk Rara lagi," pinta Tiara yang langsung dituruti oleh Mama Fitri dan Papa Arief.

"Kita bangga sama Rara," kata Mama Fitri.

"Makasih, Mama, Papa. Milo-nya enggak dikasih selamat juga?"

Mama Fitri dan Papa Arief sontak menoleh ke arah Milo yang sejak tadi masih berdiri di samping Tiara.

"Selamat, ya, Nak. Jago banget ih kalian," kata Mama Fitri.

Milo tersenyum. "Makasih, Tante. Rara nih jago banget."

"Dih, kamu juga kalii," balas Tiara.

"Selamat, Milo. Keren banget lah pokoknya, no debat no kecot," sahut Papa Arief yang langsung diberi tatapan heran dari Tiara.

"Papa dapet dari mana kata-kata kayak gitu?" tanya Tiara.

"Dari sosmed."

Tiara geleng-geleng. Pandangannya kini teralih pada Mama Rani dan Papa Mahen di samping kedua orang tuanya.

"YA AMPUN, TANTE, OM. MAAF BANGET RARA ENGGAK SADAR ADA OM SAMA TANTE," pekik Tiara dengan kedua matanya yang melebar ketika melihat kehadiran Mama Rani dan Papa Mahen.

Papa Mahen tertawa. "Enggak apa-apa, sayang. Selamat, ya. Keren banget Rara sama Milo bisa juara olimpiade fisika."

"Makasih, Papa Mahen. Peluk dulu buat Rara," balas Tiara seraya merentangkan kedua tangannya mengisyaratkan sebuah pelukan dari Papa Mahen.

Anzara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang