13

376 67 22
                                    

💜💜💜💜

"Kenapa tidak menikah saja?" tanya Namjoon, ketika Seokjin bercerita tentang Sooyoung.

Sejak kembalinya Sooyoung menjadi tetangganya, Ibunya menjadi lebih sering mengusiknya. Menyuruhnya pulang hanya untuk mengantarkan Sooyoung ke sana dan kemari.

"Aku tidak mencintainya," sahut Seokjin,  sambil meneguk minuman kaleng yang Namjoon suguhkan. Seokjin sedang berkunjung ke kantor Namjoon, karena merasa sedang bosan.

"Lalu? Umurmu sudah tidak muda, jadi jangan pemilih. Menikahlah," sembur Namjoon sambil tergelak.

"Tidak usah sok menasihati. Kau sendiri bahkan belum menikah," cibir Seokjin.

"Setidaknya aku punya kekasih," sahut Namjoon dengan wajah menangnya.

Seokjin kesal. Bukannya mendapat hiburan, karena kesal dengan sikap Ibunya, Seokjin malah menjadi bahan ledekan oleh Namjoon.

"Tidak ada salahnya kau menjalin hubungan dengan Sooyoung. Masalah tidak cinta, lama-lama kau bisa mencintainya jika sering bersama," ucap Namjoon serius.

"Aku tidak bisa," sahut Seokjin sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Jadi? Kau ingin dengan wanita seperti apa? Kau bahkan tidak menjalin hubungan dengan siapa pun, setelah dengan Sojung. Dan itu sudah sangat lama."

"Harusnya aku dan Sojung tidak berpisah," ucap Seokjin. Matanya menerawang ke depan, memandang kosong bangunan tinggi dari kaca jendela.

"Jin, ini sudah terlalu lama. Kau masih mengharapkan Sojung? Bagaimana dengannya? Kau yakin Sojung masih mengingatmu?"

Seokjin menghembuskan nafasnya panjang. Apa yang Namjoon katakan memang benar. Tapi, ia masih mencintai Sojung. Yang menjadi masalah adalah, apa Sojung masih mengingatnya? Mengingat betapa bercinta Sojung pada Seokjin,  jelas wanita itu tidak perduli apa pun yang berkaitan dengan Seokjin. Namun Seokjin ingin membuktikan pada Sojung, bahwa ia tak seperti yang Sojung pikirkan.

"Apa yang kau harapkan? Bagaimana kalau ternyata Sojung sudah menikah?"

"Semoga saja belum," sahut Seokjin tak yakin.

"Oh, ya. Apa kau mendapat undangan dari Yoongi? Dia mengadakan ulang tahun perusahaannya," ucap Namjoon, sekalian mengalihkan topik tentang Sojung.

"Ya. Kau pergi?"

"Aku tidak bisa. Ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan selama seminggu," sahut Namjoon. "Aku harap kau pergi, sekalian ucapkan permintaan maafku karena tidak bisa datang."

"Di Jeju, bukan? Aku akan datang. Lagi pula, aku sedang bekerja sama dengannya," ucap Seokjin.

"Kau pergi sendiri? Ajak saja Sooyoung," usul Namjoon.

"Kau gila? Itu sama saja aku seolah memberi harapan. Aku sendiri bahkan tidak memiliki perasaan apa pun."

"Justru aku sedang menyarankan agar kau bisa membuka hatimu lagi. Jadi, kau pergi dengan siapa?"

"Jungkook."

"Bagus juga. Dia bisa promosi usahanya di bidang IT," sahut Namjoon, sambil mengacungkan jempolnya pada Seokjin.

.

.

"Hai," Sooyoung melongokkan kepalanya ke ruangan Seokjin.

"Oh, Sooyoung. Masuklah," Seokjin mendapati Sooyoung melambaikan tangannya.

"Kau sibuk?"

"Tidak terlalu sibuk, tapi pekerjaanku ada," sahut Seokjin sambil terkekeh kecil.

KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang