44

242 42 16
                                    

💜💜💜💜

"Aku pikir, Seokjin mengantarkanmu ke sini," komentar Eunwoo ketika menjemput Sojung di malam hari. Biasanya, Seokjinlah yang akan mengantarkan Sojung sampai ke Jeju.

"Dia sedang sibuk," sahut Sojung, dengan mimik wajah yang biasa saja. Tidak menampakkan raut sedih atau kecewa.

"Aku baru tau ada masanya dia sibuk, sampai tidak bisa mengantarmu. Biasanya, disaat orang sibuk bekerja, dia malah jalan-jalan sesuka hati," cibir Eunwoo, yang merasa iri. Seokjin si pengusaha perhotelan, kekayaan sudah terjamin, walau pun ia tidak masuk kerja selama sebulan. Itulah yang membuat Eunwoo iri.

"Paman Seokjin tidak sibuk. Tadi pagi kan, bertemu," ucap Wonyoung yang mendengar obrolan Eunwoo dan Sojung.

"Hahahaha... Wonny, sesibuknya paman Seokjin, pasti dia akan menyempatkan bertemu dengan kalian. Iya, kan?" Eunwoo melirik Wonyoung lewat spion, yang duduk di kursi belakang.

"Kata mama sibuk. Tadi pagi ketemunya tidak sengaja," ucap Wonyoung, sambil memajukan bibirnya. Ia masih kesal pada mamanya, karena tidak bisa bermain dan jalan-jalan dengan Seokjin.

Eunwoo sedikit tidak mengerti maksud ucapan Wonyoung. Ia memilih mengangkat bahunya, bahwa ia tidak perduli.

"Apa Seokjin memang sangat sibuk? Aku baru sadar, sudah lama dia tidak ke Jeju," ucap Eunwoo, sambil mengusap dagunya.

"Mengapa kau jadi penasaran tentang Seokjin?" Sojung mengernyitkan keningnya.

"Kalau pun dia sibuk, harusnya dia sibuk di Jeju. Bukankah dia sedang membangun hotel di sini?"

"Intinya dia sibuk. Mau dijelaskan seperti apa pun,kau tidak akan mengerti," sahut Sojung ketus.

Mengingat fakta yang ada, Sojung sangat kesal, karena Seokjin mengabaikannya. Pria itu benar-benar memilih pergi, setelah Sojung mengatakan tidak siap menikah.

"Apa tujuannya selama ini hanya menikah? Hanya karena aku belum siap, dia langsung pergi begitu saja?" Sojung terus berpikir, hingga membuatnya kesal sendiri dengan jalan pikirannya.

"Eunwoo..."

"Hmm..."

Sojung melirik Eunwoo yang masih fokus menyetir. Sedikit ragu untuk bertanya.

"Katakan saja. Aku tidak suka kalau kau malah menggantung seperti ini," Eunwoo menoleh sebentar ke arah Sojung, lalu kembali fokus pada jalanan.

"Apa pernikahan itu... penting?" tanya Sojung ragu.

Eunwoo menatap Sojung, lalu mengernyitkan keningnya.

"Menurutmu?" bukannya menjawab, Eunwoo malah mengembalikan  pertanyaan kepada Sojung.

"Kenapa tanya aku? Aku bertanya denganmu," omel Sojung.

"Pendapat pernikahan setiap orang berbeda. Aku ingin tahu dulu, bagaimana pendapatmu?"

"Pernikahan itu sebuah ikatan," sahut Sojung.

"Ya... pernikahan adalah sebuah ikatan suci. Penting tidaknya sebuah pernikahan, adalah bagaimana caramu memandang pasanganmu. Pernikahan itu menjadi sangat penting, ketika seseorang ingin mengikat hubungan dengan kekasihnya. Ikatan yang lebih kuat dari sekedar pacaran. Menikah, menjadikan pasanganmu adalah orang yang spesial, tidak ingin ada yang mengganggu kekasihnya. Karena ketika status seseorang menjadi suami atau istri, menjadikan ikatan mereka lebih kuat," jelas Eunwoo panjang lebar, namun dengan santai, agar Sojung memahaminya.

"Waktu dulu, kau memutuskan menikah karena apa?" Eunwoo bertanya pada Sojung, yang sedari tadi diam saja setelah menyimak pendapat Eunwoo.

"Karena aku butuh sosok teman hidup, dan seseorang yang menjagaku," sahut Sojung.

KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang