Seokjin baru saja masuk, ibunya sudah menyambutnya dengan penuh suka cita.
"Ah akhirnya, anak Ibu yang tampan pulang juga... kenapa susah sekali menyuruhmu pulang, hm?"
"Aku benar-benar sibuk, Bu," Seokjin menghempaskan pantatnya pada sofa yang ada di ruang keluarga. Ia sedikit melonggarkan dasinya, lalu membuka jasnya, karena ia tak mengganti bajunya saat pulang dari kantor.
"Sibuk itu boleh, tapi kau juga harus memperhatikan kehidupanmu. Untuk apa kau selalu sibuk mengembangkan usahamu, tanpa tujuan?" Haera menceramahi putranya yang akhir-akhir ini lebih sering berada di pulau Jeju, karena akan membuat hotel baru. Bukannya tak mendukung, ia ingin apa yang Seokjin lakukan itu sesuai dengan apa yang ia butuhkan.
Haera lebih senang jika putranya itu menikah, barulah ia setuju jika Seokjin ingin mengembangkan usahanya, demi keluarganya. Dibandingkan sekarang, pria itu malah lebih menyibukkan diri dengan proyek hotel barunya, ketimbang mencari pasangan hidup.
"Bu, aku kan masih ingin terus belajar...," sahut Seokjin, sambil mengusap wajahnya, membiarkan rambutnya sedikit berantakan.
"Kau ini... tidak masalah jika kau ingin terus bekerja, dan mengembangkan hotelmu, tapi jangan sampai pekerjaan itu malah membuatmu tidak memiliki waktu untuk mencari pasangan," omel Haera, duduk menghadap putranya yang hanya mengangguk saja.
"Bukan tidak ada waktu, Bu. Aku juga sedang mencari yang cocok untukku," sahut Seokjin. Ia mulai merasa jengah, karena lagi-lagi ibunya membahas masalah percintaan untuknya.
"Hai, Jin... aku membuatkanmu teh hangat," Sooyoung datang dari dapur, sambil membawakan secangkir teh, lalu meletakkannya ke meja yang ada di depqn Seokjin.
"Sebenarnya aku jarang minum teh saat pulang ker- akhhh!! Ibu...!" protes Seokjin, saat ibunya mencubit pinggangnya.
"Katakan saja terima kasih," Haera mengomel pada Seokjin yang masih mengusap pinggangnya yang terasa perih.
Sooyoung tersenyum melihat Ibu Seokjin yang jelas mendukungnya. Ia tak perlu khawatir untuk mendapatkan Seokjin, karena ia sudah mendapat dukungan dari kedua orang tua Seokjin.
"Tidak apa-apa, Bu. Kami sudah terbiasa berbicara tanpa berpikir seperti itu. Kami sudah saling mengenal, jadi tidak perlu tersinggung," ucap Sooyoung.
"Lihatlah! Kalian itu sudah sangat dekat dan akrab, jadi tidak akan sulit untuk mencocokkan perasaanmu," Haera kini menyenggol lengan Seokjin, sedangkan pria itu terlihat tak senang.
"Aaahh... aku mau mandi," Seokjin bangkit dari duduknya, sambil merentangkan tangannya, ia berjalan menuju kamarnya yang jarang ia kunjungi di lantai dua.
"Anak itu memang selalu bertindak sesuai keinginannya. Kau harus bersabar untuk meluluhkannya. Tapi kau tidak usah khawatir, Aku tentu saja setuju untuk hubungan kalian," Haera mengusap bahu Sooyoung, memberi kekuatan agar wanita itu tetap sabar.
"Iya, Bu. Aku mengerti. Aku yakin, jika sudah menikah nanti, lambat laun sikapnya pasti akan berubah," Sooyoung tersenyum senang. Ia tak sabar untuk segera membahas hubungannya dengan Seokjin nanti.
.
.
Seokjin bergabung di meja makan, setelah selesai mandi. Di sana sudah ada Ayah, Ibu, dan juga Sooyoung.
"Ibu masak sebanyak ini?" Seokjin memperhatikan isi meja yang penuh dengan banyak masakan.
"Bukan ibu, tapi Sooyoung yang membuatnya," sahut Haera, sambil mengambilkan nasi untuk suaminya, sedangkan Sooyoung mengambilkan nasi untuk Seokjin.
"Kenapa kau masak sebanyak ini?" Seokjin mengambil nasi yang diberikan oleh Sooyoung, lalu memilih menu udang sebagai lauknya.
"Aku memasak semua makanan kesukaanmu," sahut Sooyoung penuh semangat. Sejak pagi, ia sudah berkutat di dapur untuk membuat makanan kesukaan Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
KSJ
Teen FictionDua KSJ yang tak pernah akur, padahal sebelumnya pernah saling mencintai.