💜💜💜💜
Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Seokjin masih belum memejamkan matanya. Padahal besok pagi ia sudah janji pergi ke pantai dengan Wonyoung. Tubuhnya cukup lelah, karena selama dua hari mempersiapkan acara peresmian hotel baru miliknya. Hotel yang ia bangun, karena Sojung. Jika bukan karena bertemu Sojung, ia mungkin tidak akan membangun hotel di Jeju.
Apa yang telah ia rencanakan tak sesuai dengan harapannya. Seokjin berharap, dengan membangun hotel di sini, lebih memudahkannya untuk bisa lebih dekat dengan Sojung, dan tentunya hal itu membuatnya kembali pada Sojung. Tapi kenyataannya, memang tidak ada harapan lagi untuknya. Sesering apa pun ia datang, tetap saja tidak ada tempat untuknya di hati Sojung.
Mengingat fakta itu membuat Seokjin kesal. Apa kurangnya dirinya, hingga Sojung begitu sulit menerimanya. Seokjin pun tak habis pikir, jika saat ini Sojung memiliki hubungan dengan Yoongi. Bagaimana bisa? Ia yang sudah bertahun-tahun mengejar Sojung, tapi Sojung lebih memilih Yoongi, si pria dingin.
Seokjin mengepalkan tangannya, memukulnya pada kasur, mengingat saat Yoongi merangkul pundak Sojung. Apa Yoongi sedang bercanda? Mungkin saja Sojung meminta Yoongi berpura-pura menjadi pacarnya, agar dirinya berhenti mengejar Sojung? Begitulah yang Seokjin pikirkan.
Mengingat karakter Yoongi, membuat Seokjin kembali berpikir ulang. Yoongi bukan pria yang suka mengurus hal yang tidak berguna. Cara Yoongi berbicara, bahkan menjelaskan hubungannya dengan Sojung terlihat alami. Sejauh itulah hubungan mereka? Mengapa ia tak bisa melakukannya?
Terlalu lelah berpikir, membuat Seokjin terlelap. Ia bahkan bangun terlambat. Harusnya jam sembilan, ia sudah menuju butik Sojung, tapi ia baru terbangun saat Yujin menelepon, bertanya, apakah ia sudah siap?
Seokjin menggelengkan kepalanya. Ia tak yakin, hidupnya akan baik-baik saja..
.
Seokjin tiba di butik Sojung pukul sepuluh, setelah ia bersiap, lalu menjemput Yujin terlebih dahulu. Saat sampai di sana, ia melihat Yoongi sudah ada di sana, bahkan sedang bermain bersama Wonyoung.
"Horee! Paman Seokjin datang!" seru Wonyoung, ketika melihat Seokjin dan Yujin masuk ke dalam butik.
Wonyoung segera berlari menghampiri Seokjin. Membimbingnya menuju sofa, agar pria itu duduk.
"Wonny pikir, paman tidak jadi ikut. Mama bilang paman sibuk."
"Kata siapa paman sibuk? Tadi paman terlambat bangun, karena lelah. Maaf, ya?"
"Tuh, kan. Paman Seokjin tidak sibuk, Ma. Mama selalu bilang paman Seokjin sibuk," omel Wonyoung, sambil berkacak pinggang, menatap sang ibu.
Sojung hanya membuka mulutnya, namun tak tahu harus berkata apa.
"Kan paman Seokjin sedang mengurus hotel barunya, makanya sibuk. Bagaimana? Jadi pergi atau tidak?" Yoongi menatap jam tangannya, sambil bersandar pada sofa dengan santai.
"Jadi!! Ayo!" Wonyoung segera menarik tangan Seokjin keluar.
Seokjin membuka pintu mobilnya, sedangkan Sojung sudah berdiri di depan mobil Yoongi, yang terparkir di depan mobil Seokjin.
"Apa kita pergi dengan dua mobil? Aku pikir, satu mobil sudah cukup," ucap Seokjin, yang melihat Sojung hendak membuka pintu mobil Yoongi. Sejak kemarin, ia sama sekali tidak pernah berbicara secara langsung pada Sojung.
"Pakai mobilmu saja," Yoongi segera melangkah, membuka pintu di belakang kemudi.
"Apa aku sebagai supirmu?" Seokjin berdecak kesal. Ia merasa tak terima jika Yoongi duduk bersama Sojung.

KAMU SEDANG MEMBACA
KSJ
Подростковая литератураDua KSJ yang tak pernah akur, padahal sebelumnya pernah saling mencintai.