14

369 66 8
                                    

Mata Seokjin tak pernah lepas dari setiap tamu undangan Yoongi. Menyisir setiap tamu yang yang hadir di setiap sisi. Namun, ia tak menemukan wanita itu. Sojung atau bukan, Seokjin ingin melihat kembali wanita yang memiliki tubuh semampai, serta rambut panjang yang tergerai indah.

"Kau tidak makan?" tawar Jungkook yang entah sudah berapa kali bolak-balik dari meja prasmanan.

"Makanlah, aku tidak lapar," sahut Seokjin yang masih mengamati tamu yang hadir. Jungkook hanya menggelengkan kepalanya.

"Memangnya wanita yang kau bilang Sojung itu, seperti apa?"

"Wajahnya persis seperti Sojung, walau pun aku melihatnya hanya sekilas. Tapi aku tidak melihatnya lagi, apa dia pulang?"

"Mana mungkin dia pulang disaat acara belum selesai. Tapi aku rasa, kau hanya terlalu memikirkan Sojung. Sudah saatnya kau lupakan dia," ucap Jungkook menasihati. Ia cukup kasihan dengan Seokjin yang hidupnya selalu memikirkan Sojung. Padahal, kesalahan di masa lalu itu juga bukan seluruhnya kesalahan Seokjin.

"Kau yakin dia tamu undangan? Bukan pekerja di hotel ini?" tanya Jungkook yang masih tak percaya.

"Cara berpakaiannya tidak seperti pekerja. Dia terlihat seperti wanita karir," ucap Seokjin yakin, karena melihat cara berpakaian wanita itu, sangat tidak mungkin dia wanita pekerja.

"Kalau dia tamu undangan di sini, pasti Yoongi mengenalnya, kan?"

Seokjin mengangguk setuju. Ia bisa tanyakan pada Yoongi nanti. Seokjin berharap, ia akan mendapat kabar bagus.

Hingga acara berakhir, mata Seokjin tetap saja masih memperhatikan para tamu undangan. Karena sudah terlalu malam, Seokjin dan Jungkook memutuskan untuk kembali ke hotel. Sebelumnya, ia sudah membuat janji pada Yoongi untuk bertemu esok hari di kantor Yoongi. Selain untuk membicarakan pekerjaan mereka, Seokjin juga ingin menanyakan tentang wanita yang mirip Sojung.

.

.

"Kau sendiri?" tanya Yoongi, ketika Seokjin masuk ke ruangannya.

"Jungkook tadi malam mendapat rekan kerja yang ingin bekerja sama dengannya, jadi dia pergi menemuinya," sahut Seokjin yang duduk di sofa yang ada di ruangan Yoongi.

"Aku lihat, laporan perkembangan hotelmu cukup bagus. Tidak sia-sia aku bergabung di sana," Yoongi menyodorkan minuman kaleng pada Seokjin. Pertemuan mereka cukup santai, karena Yoongi dan Seokjin berteman saat kuliah, jadi ia tidak perlu bersikap formal pada Seokjin, dengan menyuguhkan secangkir teh seperti menjamu tamu pada umumnya.

"Begitulah. Aku bahkan ingin membangun hotel kedua di Ilsan," ucap Seokjin.

"Kenapa harus di Ilsan?" Yoongi mengernyitkan keningnya.

"Aku ingin membuat hotel dengan gaya yang berbeda, dan cocok untuk di sana.  Walau pun tidak sebanyak di Seoul, Ilsan juga merupakan tempat wisata yang cukup menarik," jelas Seokjin, Yoongi mengangguk setuju.

"Kenapa tidak di Jeju? Wisatawan lebih banyak tahu tentang Jeju dibanding Ilsan. Kalau kau mau, aku punya banyak teman yang bisa berinvestasi di sini," saran Yoongi.

"Akan aku pikirkan lagi. Oh, ya. Kau kenal Sojung?"

"Sojung?" Yoongi mengernyit bingung, karena masih belum mengerti Sojung apa yang dimaksud Seokjin.

"Saat acara ulang tahun perusahaanmu, kau mengundang banyak kolega kerjamu kan? Aku melihat seseorang yang mirip dengan orang yang aku kenal," jelas Seokjin.

"Oohh... maksudmu, kau bertanya tentang Sojung yang merupakan rekan bisnisku?"

"Jadi benar kalau Sojung itu rekan bisnismu?" Seokjin tak mampu menahan rasa terkejutnya, sekaligus rasa senang. Wajahnya begitu bersemangat, dan menampakkan senyumnya.

KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang