💜💜💜💜
"Paman Seokjin!" seru Wonyoung, ketika melihat Seokjin, yang baru saja membuka pintu butik.
Sojung yang sedang merapikan baju pada manekin, memiringkan kepalanya, untuk melihat pria yang Wonyoung teriakkan.
"Yeeeyy!" Wonyoung segera berlari, melompat pada tubuh Seokjin, ketika pria itu merentangkan tangannya.
"Waahh. Wonny sudah tambah tinggi," Seokjin mencubit pelan pipi Wonyoung.
Seokjin melambaikan tangannya, ketika melihat Sojung berjalan menghampirinya.
"Kan biar kaya mama," sahut Wonyoung.
Seokjin tersenyum mendengar penuturan calon anaknya.
"Kenapa tidak memberi kabar, kalau sudah sampai?" protes Sojung, namun nadanya masih terdengar lembut.
"Kejutan...," seru Seokjin sambil terkekeh. Sojung hanya memutar kedua bola matanya, malas.
"Paman! Kata Mama, paman mau jadi Papa Wonny?"
Mendengar pertanyaan Wonyoung, Sojung bisa lihat kepala Sinb dan Umji sedikit menyembul dari balik rak baju. Sudah pasti mereka menguping. Lagi pula, suara Wonyoung sangat melengking.
"Betul, sekali. Boleh, kan paman jadi Papa Wonny?" Seokjin terlihat berbinar menatap Wonyoung. Bisa dilihat pria itu menyayangi putri Sojung.
"Boleh!" Wonyoung berseru tanpa ragu.
"Kalau begitu, mulai sekarang Wonny panggil 'Papa' ke Paman, bagaimana?"
"Eum...," Wonyoung mengangguk. "Papa Seokjin," sambung Wonyoung.
.
.
****
Sojung terlihat tak tenang. Sesekali ia menghembuskan nafasnya dengan panjang untuk menenangkan diri. Hal itu tentu tak luput dari pandangan Seokjin.
"Tidak usah khawatir, Aku ada bersamamu," Seokjin mengusap lembut bahu Sojung.
Kedatangan Seokjin ke Jeju, tentu untuk menjemput Sojung, lalu mempertemukan Sojung dengan orang tuanya. Hari ini mereka akan segera terbang ke Seoul. Namun perasaan Sojung masih saja gelisah, sejak Seokjin menjemputnya untuk ke bandara.
"Bagaimana kalau orang tuamu tidak setuju?" Sojung mendapati Seokjin gelisah.
"Kita akan cari jalan keluarnya bersama, oke?"
Sojung mendengus. Dari jawaban Seokjin, jelas pria itu belum bisa menjamin tentang orang tuanya yang akan senang hati menerima Sojung.
Seokjin mengusap lembut kepala Sojung. Ia tahu, wanitanya sedang gelisah, dan ia pun tidak bisa menghibur, karena ia sendiri tidak tahu bagaimana reaksi orang tuanya. Jika ayah, Seokjin masih bisa tenang, karena ayahnya selalu mendukung keinginannya. Berbeda dengan ibunya, selalu banyak komentar walau pun ia tahu, ibunya seperti itu karena perhatian.
Selama di pesawat, Seokjin membiarkan Sojung untuk tenang. Ia mengambil alih segala kebutuhan yang Wonyoung minta. Mulai dari ingin ke toilet, ingin makan, bahkan mendengarkan ocehan Wonyoung yang sangat polos.
"Papa, Wonny mau pegang awan," pinta gadis kecil itu.
"Tidak bisa sayang, kita kan sedang di pesawat," tolak Seokjin.
"Buka jendelanya sedikit saja. Wonny mau pegang," Wonyoung menggoyangkan lengan Seokjin.
"Jendelanya tidak boleh dibuka. Kalau dibuka, pesawatnya bisa jatuh," jelas Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
KSJ
Teen FictionDua KSJ yang tak pernah akur, padahal sebelumnya pernah saling mencintai.