Mata Seokjin tak lepas dari Sojung, yang begitu telaten menyuapi putrinya. Bibirnya menyunggingkan senyuman, melihat Sojung yang terlihat sangat perhatian. Ia tak menyangka, sosok Sojung begitu sangat cocok menjadi seorang ibu.
"Paman Seokjin tidak makan?" tegur Wonyoung, melihat Seokjin memperhatikannya serta ibunya yang sedang makan.
Sojung yang sedang makan di piring yang sama dengan Wonyoung melihat ke arah Seokjin. Pria itu tersenyum padanya.
"Kenapa tidak makan?" Sojung mengulang pertanyaan yang sama dengan Wonyoung.
"Kau sangat hebat menjadi seorang ibu. Aku bahkan tak menyangka, seorang Kim Sojung terlihat sangat berbeda saat mengasuh anak," Seokjin berterus terang, betapa ia sekarang sangat kagum dengan sikap Sojung.
"Seseorang bisa berubah karena keadaan. Kau juga bisa menjadi ayah yang baik, bahkan sangat baik untuk anakmu nanti," sahut Sojung.
"Apa aku boleh menjadi ayah untuk Wonny?"
Pertanyaan itu tentu bukan hanya sekadar bualan, atau basa-basi Seokjin untuk menghangatkan suasana, tetapi Seokjin juga sedang berusaha mengambil kesempatan disetiap waktu, agar ia bisa lebih mudah kembali dekat dengan Sojung.
Sojung terdiam sebentar mendengar pertanyaan Seokjin. Ia tak tahu harus menanggapi seperti apa. Haruskah ia menanggapinya dengan candaan, atau serius.
"Wonny, paman boleh jadi papa Wonny?" Seokjin mengalihkan pertanyaan pada Wonyoung, karena Sojung tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Eum... boleh. Iya kan, Ma?" Wonyoung menatap sang Mama.
"Hm?" Sojung merasa sulit berpikir.
"Paman Seokjin boleh kan jadi Papa Wonny? Kaya paman Unu..." seru Wonyoung riang, berbeda dengan Seokjin yang mencebikkan bibirnya.
"Boleh, sayang," sahut Sojung. Ia begitu bahagia melihat Putrinya yang tak kehilangan sosok ayah dihidupnya.
"Kalau paman jadi Papa Wonny sungguhan, mau, tidak?" Seokjin masih memasang wajah merajuk, karena ia belum mendapatkan jawaban memuaskan dari Wonyoung.
"Papa sungguhan?" Wonyoung memiringkan kepalanya, tanda ia tak mengerti perkataan Seokjin.
"Paman jadi Papa Wonny. Mama dan Papa," jelas Seokjin, sambil menunjuk Sojung saat ia menyebutkan Mama, dan menunjuk dirinya sendiri saat mengucapkan Papa.
"Papa Wonny? Papa Wonny, kan sudah pergi," sahut Wonyoung dengan raut wajah polosnya. Bagi Wonyoung, Papanya adalah Papa yang ia kenal, dan pergi meninggalkannya.
"Maksud paman-."
"Seokjin ...," Sojung memotong ucapan Seokjin, " Wonny masih belum mengerti hal itu," jelas Sojung, dan ia juga ingin menghentikan permintaan konyol dari Seokjin kepada putrinya.
Seokjin mengangguk. Ia sadar, bahwa ia telah terburu-buru untuk agar keinginannya tercapai.
"Paman Unu! Paman Unu!" seru Wonyoung riang, saat melihat Eunwoo baru saja memasuki butik Sojung. Ia membawa sebuah papper bag, yang jelas terlihat bahwa itu adalah makanan.
"Waahh! Wonny makan apa?" Eunwoo mengusap kepala Wonyoung yang sedang mengunyah makanannya.
"Makan ayam goleng, paman! Paman Seokjin yang bawa!" seru Wonyoung riang, sambil menunjuk wajah Seokjin.
"Paman juga bawa ayam goreng! Disimpan buat makan malam, ya?" Mata Eunwoo tersisa segaris melengkung, saat ia tertawa melihat Wonyoung yang mengangguk dengan mulut penuh.
"Hai, Seokjin shi... sebelumnya kita pernah bertemu?" Eunwoo duduk di samping Seokjin. Ia sedang mencoba mengingat, apakah ia pernah bertemu dengan Seokjin, atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
KSJ
Teen FictionDua KSJ yang tak pernah akur, padahal sebelumnya pernah saling mencintai.