Usaha butik Sojung semakin berkembang. Tak jarang, ia mendapat banyak pesanan dari kalangan artis dan pengusaha. Secara perlahan, Sojung sudah bisa menabung agar bisa memiliki bangunan sendiri tanpa perlu menyewa.
Sojung pikir ia sudah bisa melanjutkan hidupnya kembali tanpa ada hal apa pun lagi yang mengusiknya. Namun Tuhan memiliki rencana lain untuknya. Baru saja ia membuka pintu, sosok pria tampan berdiri tegak di depan pintu. Sepertinya ia sudah berdiri lama di sana.
"Seokjin?" gumam Sojung dengan raut bingung. Kenapa dia harus berdiri di depan butiknya, tanpa memberi kabar terlebih dahulu jika memang ada keperluan.
Seokjin menatap mata Sojung dengan penuh kerinduan. Dengan segera ia memeluk tubuh Sojung dengan erat. Padahal sebelumnya pria itu sudah bertekad melupakan Sojung.
"Jin?" Sojung membolakan matanya, karena tiba-tiba saja ia sudah berada dalam pelukan Seokjin. Ada desiran hangat di hatinya, serta rasa nyaman. Namun rasa terkejutnya lebih besar, sehingga Sojung memberontak, mencoba untuk melepaskan.
"Maafkan aku. Biarkan seperti ini," lirih Seokjin, masih mendekap tubuh Sojung.
Mendengar ucapan Seokjin, Sojung berhenti memberontak, dan membiarkan pria itu tetap memelukmya. Sojung sendiri tak mengerti, kenapa pria itu tiba-tiba saja seperti ini. Padahal, mereka sudah dua bulan tidak bertemu sejak acara fashion show di Seoul.
Sojung merasakan dekapan Seokjin begitu erat, seolah tak ingin lepas. Sojung menghirup aroma tenang pada tubuh Seokjin. Jika saja ia tak ingat posisinya saat ini, mungkin Sojung akan membalas pelukan Seokjin.
"Kau ... kenapa?" Sojung mencoba menyadarkan Seokjin yang tak kunjung melepaskan pelukan.
Mendengar ucapan Sojung, Seokjin segera menegakkan tubuhnya, lalu melepaskan pelukannya. Tangannya menggenggam bahu Sojung, matanya menatap dalam pada bola mata Sojung.
"Aku merindukanmu."
Sojung merasakan sesak di dadanya saat mendengar ucapan Seokjin. Ia tak percaya dengan apa yang Seokjin katakan, namun raut wajahnya terlihat sangat dalam. Sojung menahan diri untuk tidak menangis. Ia bukan wanita yang lemah.
"Jin...," pandangan Sojung melemah. Bukan karena ia menerima apa yang Seokjin katakan, tapi ia merasa hal yang Seokjin katakan hanyalah omong kosong.
"Kenapa kau menyembunyikannya?"
"Apa?" Sojung tak mengerti dengan pertanyaan Seokjin.
"Aku sudah tahu semuanya. Yerin yang menceritakannya. Tak seharusnya kau memendam itu sendirian," Seokjin menatap sendu pada Sojung. Ia sungguh sedih mendengar nasib Sojung yang harus berjuang sendiri.
"Aku rasa, aku tak perlu mengumbar tentang kehidupanku," sahut Sojung. Ia tak suka dikasihani. Sojung lebih suka jika ada yang mau membantunya, tanpa harus mengungkit nasibnya yang buruk.
"Maaf," ucap Seokjin tulus.
Sojung hanya mengangguk. Ia mengerti, orang-orang akan bereaksi sama ketika mendengar tentang kehidupannya, sama seperti Yerin saat ia menceritakan bagaimana kehidupannya setelah bercerai.
"Sojung ...," kini tatapan Seokjin berubah serius. Sojung menatap Seokjin.
"Apa pun yang sudah terjadi padamu, aku tidak perduli. Aku... benar-benar masih mencintaimu," ucap Seokjin dengan yakin.
Mendengar dan melihat bagaimana Seokjin mengungkapkan perasaannya, Sojung tahu bahwa apa yang keluar dari mulut Seokjin itu adalah tulus dan sungguh-sungguh. Namun apa yang sudah Sojung tekadkan pada hatinya, membuatnya ragu untuk menerima perasaan Seokjin.
"Kau bilang, kau tahu apa yang sudah terjadi padaku. Tapi sikapmu terlihat sangat egois. Kau hanya memikirkan perasaan cintamu, tapi kau tidak memikirkan bagaimana perasaanku," sahut Sojung. Ia sangat terganggu dengan pengakuan cinta Seokjin. Pria itu terlihat mendesakkan perasaannya pada Sojung, sedangkan dirinya sedang berusaha untuk sembuh dari rasa kecewa.
Mendengar ucapan Sojung, Seokjin baru tersadar. Ia akui bahwa ia memang terburu-buru, hal itu karena ia tak ingin kehilangan Sojung lagi.
"Sojung... maafkan aku..."
"Sebaiknya kau pulang dulu. Aku harus membuka butikku. Nanti kita bicara lagi," ucap Sojung pelan. Ia begitu lelah dengan pengakuan Seokjin, serta reaksi hatinya. Jauh dari lubuk hatinya, ia begitu senang mengetahui fakta bahwa Seokjin menyayanginya, dan ia mempertahankan perasaannya hingga saat ini.
"Baiklah. Aku pasti sudah mengganggumu," Seokjin mencoba tersenyum.
"Mungkin nanti kita akan sering bertemu, karena aku akan memulai proyek hotel baruku di sini."Sojung mengangguk menanggapi Seokjin.
"Nanti malam kau sibuk?"
"Sepertinya tidak. Ada apa?" kening Sojung mengkerut.
"Aku ingin mengajakmu keluar. Aku ingin bicara banyak denganmu, sambil makan malam, bagaimana?" Seokjin menunjukkan wajah penuh harap sambil tersenyum.
Melihat raut wajah Seokjin, membuat Sojung menangguk.
Seokjin tersenyum, lalu meletakkan tangannya pada puncak kepala Sojung, setelah wanita itu mengangguk.
"Kita sudah lama tidak mengobrol. Banyak hal yang ingin aku dengar, dan yang ingin aku ceritakan. Kau tidak masalah? Aku tidak memaksa jika kau keberatan."
"Tidak masalah," sahut Sojung, sambil tersenyum.
Ini adalah kali pertama Sojung memberikan senyuman tulus pada Seokjin sejak pertemuan mereka kembali.
Seokjin rasanya ingin kembali memeluk Sojung, namun ia tak ingin membuat wanita itu kecewa. Seokjin akan bersabar, dan berusaha untuk menyembuhkan rasa sakit hati Sojung. Ia ingin menjadi sosok yang bisa membuat Sojung ceria seperti saat mereka pacaran dulu.
💜💜💜💜
Haiii... lama ga update...
Seminggu aku ngebolang dulu...Masih pada ngikutin ceritanya ga?
Untuk sementara slow update dulu ya...
Soalnya aku kudu nyari feel lagi buat nulis. Dan sekarang aku lagi lagi malas nulis, dan lebih pengen baca...Kalo kalian ada rekomendasi book yg seru, bisa tulis di komen yaa.. kalo bisa sih bangchin.. atau sowjin lebih bagus lagi 😅😅🤭
Makasih buat yang masih setia membaca.. jangan lupa vote dan komen, biar aku tetap semangat nulis, karena ada yang baca...
17/01/2022
KAMU SEDANG MEMBACA
KSJ
Teen FictionDua KSJ yang tak pernah akur, padahal sebelumnya pernah saling mencintai.