38

244 56 3
                                    

💜💜💜💜

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, namun Sojung masih belum memejamkan matanya. Ia duduk di meja kerjanya, yang berada di samping tempat tidur. Wonyoung sudah lama tertidur, saat Seokjin pulang dari butiknya tadi malam.

Seokjin tak pernah absen mengunjunginya. Entah itu siang, sore, atau malam. Sejak tahu Eunwoo memberinya kesempatan penuh, pria itu semakin sering menunjukkan perhatiannya pada Sojung. Tanpa diberitahu pun, Sojung bisa merasakan ketulusan dan keseriusan Seokjin.

Sojung tentu saja senang, karena ada pria yang benar-benar mencintainya. Namun, ia masih belum percaya diri. Sojung masih merasa rendah, untuk bisa bersanding dengan Seokjin. Seokjin adalah pria yang sangat sempurna, berbeda jauh dengan dirinya yang hidup dengan kesusahan. Belum lagi statusnya sebagai janda, tentu sangat tidak sepadan dengan Seokjin.

Sojung menghela napasnya berat. Sampai kapan ia dan Seokjin terus seperti ini? Sojung harap, Seokjin benar-benar akan menunggunya sampai dirinya pantas dan cocok bersanding dengannya. Sojung ingin sukses, agar ia tak dipandang rendah. Ia tak ingin orang berpikir, bahwa ia dekat dengan Seokjin agar hidupnya terjamin, karena membawa seorang anak.

****

"Kau dan Sojung, berpacaran?" Ibu Seokjin membawa sepiring mangga yang sudah dipotong-potong dari dapur.

Seokjin baru saja kembali ke Seoul, karena ada rapat penting, dan sekarang ia sudah berada di rumah. Duduk bersantai di karpet, sambil menonton tv, dan menikmati potongan mangga yang ibunya bawakan.

"Kenapa ibu berpikir begitu?" Seokjin menyuapkan sepotong mangga ke mulutnya.

"Hanya bertanya. Tapi, kau menyukai Sojung, kan?" Ibu Seokjin kembali melontarkan pertanyaan.

"Kenapa berpikir begitu?" Seokjin kembali menjawab pertanyaan ibunya, dengan pertanyaan juga.

"Haish! Dasar anak ini!" Ibu Seokjin yang merasa gemas, langsung memukul punggung Seokjin.

"Mengapa aku dipukul?" protes Seokjin sambil mengaduh, memegang punggungnya yang terasa perih, karena pukulan Ibunya yang tak main-main.

"Kau dan Sojung, tidak berpacaran?" kini sang ayah yang melontarkan pertanyaan.

"Belum," sahut Seokjin santai, lalu memakan camilan yang ada di lantai.

"Belum? Itu artinya kau akan berpacaran dengannya?" Ibu Seokjin langsung menyambar.

"Berarti kau menyukainya?" Ayah cukup santai dalam berbicara, membuat Seokjin mudah menanggapinya. Berbeda dengan Ibu, yang selalu bicara dengan cara tergesa dan menuntut.

"Hmm...," sahut Seokjin, disertai anggukan kepala.

"Mengapa masih belum pacaran? Kau tak pandai mengajaknya?"

Seokjin mendengus kesal, mendengar pertanyaan Ibu.

"Ibu pikir, aku tak pandai? Aku bahkan pernah pacaran sebelumnya," sahut Seokjin jengkel.

"Dengan Sojung juga, kan?" tanya Ibu, dengan percaya diri. Berbeda dengan Seokjin, yang terkejut karena ucapan ibunya.

"Bagaimana ibu bisa tahu?"

"Kau pernah pacaran dengan Sojung?" Ayah pun tak ingin ketinggalan informasi. Ia juga ikut penasaran.

"Tidak usah sok rahasia. Ibu bahkan melihat foto-fotomu saat SMA. Ada fotomu bersama Sojung juga," cerita Ibu. Ia ingat, saat membereskan kamar Seokjin, ia menemukan beberapa lembar foto Seokjin yang merangkul pundak Sojung. Seokjin yang mengenakan seragam basket, dan Sojung yang mengenakan seragam SMA.

KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang