18

364 61 23
                                    

💜💜💜💜

Seokjin telah kembali ke Seoul. Bertemu kembali dengan Sojung bukan membuatnya lebih tenang, namun ia lebih banyak murung. Padahal ia sendiri sudah mempersiapkan diri, jika memang Sojung benar-benar bukan untuknya, tapi ia merasa terlalu berat rasanya.

Seokjin duduk di meja kerjanya. Ia membuka laci, lalu mengeluarkan sebuah foto dari sana. Foto Sojung. Apa yang harus ia lakukan? Membuang foto itu, atau membiarkannya sampai ia lupa dengan sendirinya tentang Sojung. Apakah ia bisa melupakannya? Padahal sudah jelas Sojung sudah memiliki keluarga, kenapa ia seperti tidak rela? Benar yang Jungkook katakan, ia seperti memiliki kelainan.

Tok tok tok

Seokjin menatap ke arah pintu, ketika pintu itu terbuka. Menampakkan sosok wanita yang kini ia benci.

"Hai... kau berlibur lebih lama di Jeju rupanya," Sooyoung melangkah masuk sambil tersenyum.

"Hmmm, ya..." Seokjin tak dapat menyembunyikan lagi rasa kesalnya terhadap Sooyoung.

"Tentang sepuluh tahun yang lalu, bukankah aku sudah bilang tidak menerima perjodohan itu. Kenapa kau mengatakan hal berbeda pada Sojung," tanya Seokjin, menatap tajam pada Sooyoung.

Sooyoung menatap Seokjin terpaku. Tak percaya bahwa Seokjin akan mengatakan hal itu.

"Apa maksudmu? Sepuluh tahun yang lalu? Kenapa membahas itu?" Sooyoung mencoba tenang. Ia mengerti ke arah mana pembicaraan Seokjin. Hanya saja ia penasaran, kenapa Seokjin membahas itu?

"Aku baru tahu, kau begitu licik," Seokjin sungguh kesal. Andai saja Sooyoung tidak melakukan hal bodoh itu, ia dan Sojung tak mungkin putus. Bahkan sampai hari ini, bisa saja ia dan Sojung bersama, dan ia tak perlu merasakan hal menyakitkan seperti ini. Ia sungguh berat untuk menerima kenyataan.

"Seokjin ..., apa maksudmu licik?"

"Kau merusak hubunganku dengan Sojung," ucap Seokjin langsung pada intinya.

"Aku hanya ingin apa yang meluruskan apa yang sudah seharusnya. Kita berdua memang di takdirkan untuk bersama, bahkan kedua orang tua kita setuju. Mengapa kau baru membahas ini sekarang?"

"Karena aku baru mengetahuinya dari Sojung. Aku tidak mencintaimu Sooyounga... aku menganggapmu sebatas sahabat, tidak lebih."

"Tapi aku mencintaimu. Kau bisa lihat, sampai saat ini orang tua kita masih setuju. Lalu bagaimana dengan Sojung? Kau yakin orang tuamu setuju?" Sooyoung mulai emosi.

Seokjin terdiam. Menyadari garis kehidupan mereka sudah berbeda. Ia sudah tak mungkin lagi bersama Sojung.

"Mungkin aku tidak berjodoh dengan Sojung, tapi aku tetap tidak bisa menerimamu," ucap Seokjin dingin.

"Aku tidak perduli. Aku yakin, suatu hari nanti kau akan terbiasa denganku. Lupakan Sojung. Mari kita mulai hidup yang baru," Sooyoung mengambil tangan Seokjin dan menggenggamnya.

"Tidak akan," Seokjin langsung menarik tangannya.

"Aku tetap akan berusaha," ucap Sooyoung, ia langsung berbalik badan meninggalkan ruangan Seokjin.

Seokjin menghela nafasnya.

.

.

****

"Maafkan aku, Yerin. Sungguh aku tidak bermaksud melupakanmu," ucap Sojung. Saat ini ia sedang bertelepon dengan Yerin. Seokjin pasti sudah memberi kabar pada Yerin tentang Sojung.

"Lalu kemana saja kau selama ini?" tanya Yerin dengan nada kesal.

"Aku bekerja. Ponselku jatuh ke sungai, makanya aku tidak memiliki kontakmu lagi," jelas Sojung dengan nada memohon. Ia yakin Yerin begitu kesal dengannya.

KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang