Rambut panjang Sojung terbang di tiup angin, sehingga separuh wajahnya tertutupi oleh rambut. Namun wanita itu tidak merasa terganggu, dan menikmati hembusan angin malam, sambil menyesap segelas kopi yang ada di tangannya.
Hal itu tak luput dari pandangan Seokjin, karena sedari tadi pria itu hanya menatap wajah Sojung yang ada di sampingnya.
Malam ini mereka sedang berada di salah satu taman yang cukup ramai dikunjungi banyak orang. Di sekitar taman juga dipenuhi oleh pedagang-pedagang camilan serta minuman.
"Kau sama sekali tidak berubah," ucap Seokjin yang tersenyum, sambil menatap wajah Sojung.
Sojung langsung menatap ke arah Seokjin. Dilihatnya Seokjin yang memamerkan senyumannya. Bukan tidak tahu, sejak tadi Sojung sudah sadar bahwa Seokjin terus melihat ke arahnya, dan hal itu membuatnya sedikit gugup.
"Tidak berubah apanya?" tanya Sojung dengan kaku. Ia masih merasa sedikit canggung pada Seokjin, namun pria itu malah terlihat biasa saja.
"Cantik. Kau selalu cantik, sejak dulu," sahut Seokjin. Ia tak pernah merasa bosan menatap wajah cantik Sojung. Walau pun wanita itu tidak tersenyum, atau menampakkan wajah tanpa ekspresi, bagi Seokjin tetap cantik.
"Aku pikir kecantikanku bertambah, ternyata masih seperti dulu?"
Seokjin terkekeh mendengar ucapan Sojung.
"Tentu saja cantikmu bertambah. Maksudku, kau masih terlihat cantik seperti saat SMA dulu, terlihat awet muda," sahut Seokjin yang tambah tertawa, karena Sojung menekuk alisnya, tak percaya dengan ucapan Seokjin.
"Kau juga tidak berubah. Masih suka membual," Sojung mencebikkan bibirnya, menyindir sikap Seokjin yang begitu mudah melayu wanita.
"Aku baru melakukannya lagi padamu."
"Jadi kau menjadikanku target bualanmu? Kau pikir aku akan tergoda?"
"Karena kecantikanmu, membuatku tertarik. Aww!" Seokjin mengaduh karena Sojung melayangkan pukulan pada pundak pria itu.
"Berhenti membual, Seokjin!" kesal Sojng, karena Seokjin masih saja membual. Ia hanya takut dirinya tergoda.
"Makanya jangan kaku. Rasanya aneh, melihatmu yang lebih banyak diam."
Sojung hanya mengangkat bahunya, menanggapi ucapan Seokjin.
"Sojung..." panggil Seokjin.
Sojung menghadap Seokjin, menunggu pria itu berbicara.
"Tersenyumlah. Kau cantik, saat tersenyum."
Sojung berdecak kesal, " Seokjin, tidak usah membual."
"Aku sedang tidak membual. Aku serius," sahut Seokjin dengan cepat. Entah mengapa, wanita di depannya ini terlihat sangat keras.
"Sudah sangat lama aku tidak melihat kau tersenyum. Dulu, saat masa-masa terakhir SMA, aku malah melihatmu banyak menangis. Lalu sekarang, kau terlihat dingin. Sungguh, aku merindukan sikap hangatmu," jelas Seokjin panjang, membuat Sojung terdiam mendengarkan.
Sojung merasa, ia telah banyak berubah. Tentu saja hal itu sengaja ia lakukan. Sojung tak ingin kembali menjadi wanita yang lemah, selalu menangis. Dan ia juga tak ingin kembali menjadi wanita yang hangat, karena sifatnya yang lembut, selalu saja banyak yang memanfaatkan hal itu, sehingga membuatnya terluka.
"Untuk apa? Aku sudah nyaman dengan kehidupanku sekarang," sahut Sojung, dengan tatapan lurus ke depan.
Seokjin menatap Sojung. Ia mengerti, apa yang Sojung rasakan. Rasa kecewanya, membuat wanita itu tidak ingin lagi mengharapkan apa pun. Namun, Seokjin tak ingin menyerah. Ia ingin menjadi seseorang yang bisa membuat Sojung keluar dari rasa kecewa itu. Seokjin ingin membuktikan, bahwa Sojung masih bisa bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
KSJ
Teen FictionDua KSJ yang tak pernah akur, padahal sebelumnya pernah saling mencintai.