💜💜💜💜
Eunwoo mengerutkan keningnya saat melihat Sojung yang tengah mendesain pakaian, namun tatapannya kurang bersemangat. Sesekali wanita itu menghela nafasnya lelah.
"Kau baik-baik saja?" Eunwoo menatap wajah Sojung dengan serius. Namun Sojung hanya menatap Eunwoo sekilas, lalu kembali menggambar, tanpa ada niat menjawab pertanyaan Eunwoo.
Dari pada memikirkan mood Sojung yang memang kadang bisa berubah-ubah, Eunwoo memilih melihat koleksi foto pakaian yang telah Sojung desain. Biasanya, Sojung akan memfoto baju-baju yang sekiranya pantas untuk diikutsertakan untuk ajang fashion show, dan pakaian itu tidak akan ia pajang di butik.
"Bulan depan kau ke Seoul?" Eunwoo bertanya, namun matanya masih fokus pada karya Sojung.
Sojung mengangkat wajahnya, menatap Eunwoo.
"Hm... dengan cara itu, aku bisa memperkenalkan karyaku," sahut Sojung tak bersemangat.
"Pasti dengan Seokjin."
Sojung hanya mengangkat bahunya. Eunwoo tidak menyadari perubahan raut wajah Sojung yang berubah sendu, ketika ia menyebut nama Seokjin.
Sudah seminggu, Seokjin tidak ada memberi kabar pada Sojung. Biasanya dalam satu hari, Sojung akan menerima banyak pesan dari Seokjin dan minimal menelepon satu kali, tapi kini, tidak ada satu pun pesan dari Seokjin. Pria itu benar-benar pergi.
"Apa dia tidak merindukanku?" batin Sojung. Ia ingat, setiap Seokjin menelepon, pria itu selalu mengatakan bahwa ia merindukannya.
"Haruskah aku menghubunginya lebih dulu? Jika aku mengatakan bahwa aku ke Seoul, apa dia akan senang?"
Sojung mendesah kesal. Ia merasa kesal pada Seokjin yang mengabaikannya. Kemudian wajahnya berubah murung, karena dirinyalah, penyebab Seokjin menjauh. Padahal, apa salahnya ia mengatakan bahwa tidak masalah menjalin hubungan, tapi tidak langsung menikah.
"Kenapa dia ingin sekali menikah?" batin Sojung. Tubuhnya ia sandaran pada sofa.
Sojung memejamkan matanya, berharap pikirannya kembali tenang. Baru seminggu tanpa kabar, dirinya sudah urang-uringan. Sojung tidak tahu harus apa, jika mereka benar-benar seperti dulu lagi. Tak bertemu dalam waktu yang cukup lama.
"Suhu normal."
Sojung membuka matanya, menatap jengkel pada Eunwoo, yang meletakkan telapak tangannya di dahi Sojung. Sojung segera menyingkirkan tangan Eunwoo dari wajahnya.
"Tingkahmu aneh sekali. Terkadang melamun, kesal, sedih, emosi,... kau sedang datang bulan?"
"Bukan urusanmu. Lebih baik kau pulang saja. Dari tadi mondar-mandir tidak jelas," protes Sojung, karena Eunwoo mengomentari sikapnya.
"Dasar emosian. Awas saja kalau minta makan siang lagi. Kau suruh saja Seokjin bawakan dari Seoul," sungut Eunwoo, lalu menyentil kening Sojung.
"Yaakkk!"
Eunwoo segera lari keluar, setelah mendengar teriakan Sojung.
****
Sojung berbaring di samping Wonyoung yang sudah terlelap. Namun Sojung masih menatap layar ponselnya, sambil mengetikkan sesuatu.
"Jin, minggu depan aku dan Wonny akan ke Seoul. Apa kau-"
Belum selesai kalimat yang akan Sojung ketik, ia sudah menghapusnya. Lalu kembali memikirkan kalimat yang pas.
"Bagaimana kabarmu? Aku harap..."
Kembali Sojung menghapus pesan itu, bahkan kalimatnya saja belum lengkap. Sojung menghela nafasnya. Ia tidak tahu harus memulai bagaimana, untuk menghubungi Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
KSJ
Teen FictionDua KSJ yang tak pernah akur, padahal sebelumnya pernah saling mencintai.