💜💜💜💜
"Dan pada akhirnya kau kembali membawa nama Sojung. Kau yakin dia mau menikah denganmu?" Ibu Seokjin menghela nafsnya di tengah makannya. Ia tentu belum bisa yakin sepenuhnya dengan apa yang Seokjin katakan.
Sebagai seorang ibu, ia tentu tahu perjalanan kisah putranya yang seringkali digantung oleh Sojung. Saat dijodohkan dengan wanita mana pun, nama Sojung tetap terselip sebagai wanita yang dicintai putranya. Belum seminggu Seokjin membatalkan pertunangan dengan Yujin, dengan alasan mereka berdua lebih cocok bersahabat. Seokjin juga mengatakan tidak bisa menikah dalam waktu dekat karena ia ingin menenangkan hati dan pikirannya. Lalu, sekarang Seokjin mengatakan akan segera menikah, dengan Sojung pula. Bagaimana mungkin ibunya bisa langsung percaya.
"Kali ini serius,Bu. Memang sulit dipercaya. Aku sendiri merasa seperti mimpi," jelas Seokjin.
Setelah berdiskusi dengan Sojung, Seokjin akan menyampaikan niatnya menikah kepada orang tuanya, sesuai saran Sojung. Seokjin harus melihat reaksi Ibunya terlebih dahulu, sebelum membawa Sojung. Ia juga khawatir jika terjadi penolakan, takut Sojung malah kembali mundur, dan itu hanya akan kembali seperti keadaan sebelumnya.
"Kau saja masih tak percaya, bagaimana Ibu bisa percaya?"
"Ibu... aku bukan tak percaya, hanya merasa sedikit terkejut, ah tidak. Bukan sedikit terkejut, tapi sangat terkejut, saat Sojung muncul di hadapanku, lalu mengatakan bahwa aku tidak boleh pergi," cerita Seokjin, penuh antusias.
"Saat kau akan pergi, baru dia takut kehilanganmu. Selama ini kau terlalu memanjakannya."
"Ibu, jangan menuduh Sojung seperti itu. Dia juga sudah berusaha untuk bangkit dari rasa traumanya. Awalnya aku tak masalah, jika Sojung masih belum siap untuk segera menikah."
"Ibu yang akan mempermasalahkannya," Ibu Seokjin memotong ucapan Seokjin.
"Ibu, jangan begitu...," pinta Seokjin, karena sedari tadi Ibunya terlihat meragu dan tak percaya.
"Sekarang Sojung sudah bersedia menikah, jadi hentikan rasa curiga Ibu."
"Suruh dia bertemu ayah dan Ibu. Ajak dia kemari," kali ini ayah Seokjin yang bersuara, setelah dari tadi mendengar perdebatan istri dan putranya.
"Setuju. Sojung harus datang kesini, kalau dia serius," Ibu Seokjin menyetujui ucapan suaminya.
"Tentu saja. Aku akan membawa Sojung kesini, tapi Ibu jangan bersikap seperti ini. Jangan membuatnya takut."
"Kau pikir Ibu ini hantu?"
"Sudah... sudah... lanjutkan makannya," Ayah Seokjin menghentikan perdebatan yang mulai naik kembali.
Seokjin dan kedua orang tuanya kembali melanjutkan makan, sambil diselingi obrolan kecil mengenai Sojung.
"Jadi, Sojung sudah punya anak?" Ayah Seokjin bertanya.
"Iya," Seokjin menganggukkan kepalanya. Sedikit khawatir, karena ini cukup sensitif nantinya bagi Sojung.
"Wah, berarti kau akan menikahi janda?" Ibu Seokjin menberi reaksi terkejut, walau pun sebenarnya tidak.
"Apa salahnya dengan status janda?" Seokjin menatap Ibunya.
"Tidak ada yang salah," sahut Ibu Seokjin tak acuh.
Seokjin mendengus kesal. Ia masih belum tahu, apa Ibunya saat ini merestui atau tidak. Ia akan sulit menjelaskan pada Sojung, jika reaksi Ibunya seperti ini. Jangan sampai, sikap ibunya ini malah membuat Sojung berubah pikiran.
.
.
****
"Bagaimana reaksi ibumu? Apa ibumu setuju?" Sojung terlihat penasaran, saat Seokjin menelepon. Sebelumnya, Seokjin sudah memberi tahu Sojung, bahwa ia akan membicarakan hubungan mereka kepada kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KSJ
Teen FictionDua KSJ yang tak pernah akur, padahal sebelumnya pernah saling mencintai.