PERUMAHAN

0 1 0
                                    

《《 Chapter Six 》》

★♡★

"dari banyaknya manusia dibumi, kenapa harus lo yang melangkah pergi?"
- Gojora Avghostra

Perumahan,

"Ayok key," Aylona menggandeng tangan Keyna dan berjalan menuju depan gang, Dimana jalan luas dan dapat melihat jelas rumah besar milik warga kaya.

Sesuai omongannya pagi tadi, Ia akan menemani Keyna untuk berteman dengan salah satu bocil yang menganggunya saat bermain.

Di sisi lain juga, Aylona ingin berjalan sore bersama Keyna, Karena sudah lama tak berjalan jalan lagi mengelilingi perumahan, Ia rasa terakhir ia seperti ini beberapa minggu yang lalu, Saat baru saja ia pindah ke kostannya.

Aylona tidak memiliki ibu, Ia hanya tinggal sendiri dan mencoba hidup sendirian tanpa ibu ayah dan saudara sekalipun, Yang ia punya sekarang hanyalah Jeyya. Tak memiliki keluarga bukan berarti ia tak punya hidup untuk kedepannya, Ia sudah ditinggalkan sejak berumur 9 tahun, Waktu dimana ia benar benar harus di perhatikan karena masa balighnya di usia itu.

Namun apalah daya, Tuhan memilih untuk memisahkan Aylona dengan kedua orang tuanya, saat itu pun Keluarga Jeyya bersiap menampung Aylona dengan senang hati, Agar Jeyya tak susah susah untuk pergi ke rumah Aylona setiap harinya untuk bermain.

"Yang mana rumahnya key?" Tanya Aylona saat merasa Keyna berhenti berjalan dan menatap jejeran rumah di sebelah kiri.

"Itu dia lagi main lho," Aylona pun menoleh menatap bocah lelaki yang berada di depan pagar rumahnya dengan pagar terbuka lebar, Dia menggigit bibir bawahnya untuk menakut nakuti Keyna.

"Apa kamuh?!" Keyna melepas genggamannya dengan Aylona membuat Aylona melotot seketika melihat Keyna berjalan menuju bocah lelaki itu dengan kaki di hentak hentakkan.

Sesampainya di sebelah bocah itu Keyna memelototinya. "Aku enggak takut yah sama kamu!" Keyna melotot dengan bersedekap dada, Ceritanya sok keren.

"Cewek prik!"

"Takbir!" Aylona dengan cepat menghampiri kedua bocil itu dan berjongkok di dekat keduanya.

"Hey, Gak boleh musuhan gitu dong." Sahut Aylona mengalihkan pandangan kedua bocah yang sedang saling adu melotot. Kini kedua bocah itu menatap Aylona seperti ingin mengetahui kelanjutan ucapannya.

"Kalian kan umurnya sama, Pasti kalian berdua mau kan punya banyak teman?" Goda Aylona, Keduanya mengangguk semangat dengan tersenyum.

"Kalau gitu .. Gimana kalau kalian temanan???" Tanya Aylona menaik naikkan kedua alisnya menggoda.

"KEYNA MAUU!!" Ucap Keyna bersemangat, Kini keyna dan Aylona menatap Bocah lelaki itu.

"Kamu mau enggak?" Tanya Keyna, Aylona tersenyum lembut, Syukur banget keduanya mau. Walaupun belum mendapatkan jawaban dari sebelah pihak.

Belum sempat Bocah lelaki itu menjawab, Teriakan seseorang membuat Aylona dan kedua bocil di depannya menoleh ke pagar rumah Anak laki laki itu, Sepertinya itu adalah abangnya.

Aylona sempat terpaku melihat wajah lelaki yang berdiri di pagar, Seperti tak asing dengan wajahnya, Lelaki itu pun sama menatapnya, dengan tatapan datar dan mata tajam. Menyebalkan!

"Jiel, masuk." Bocah laki laki itu menoleh dan menggeleng.

"Udah sore! Cepet atau abang seret?" Jiel pun hanya mengangguk patuh dan berjalan menuju abangnya, Sebelumnya ia memberi senyum kecil kepada kaka perempuan itu dan teman barunya, Mungkin?

"Ganteng!" Celetuk Keyna tiba tiba saat setelah pagar itu di tutup oleh abang bocah bernama Jiel.

"Heh key! Hahaha."

"Jadi keyna udah belteman sama dia ya kak?" Aylona sedikit ragu namun akhirnya mengangguk.

"Besok kita cek lagi ya rumahnya, Lumayan deket sama kompleks kita." Keyna mengangguk dan menyebrangi jalan yang di lintasi ibu ibu dan para penghuni perumahan mewah ini.

Gang kompleks mereka berada pas di samping depan rumah jiel.

★♡★

"Jangan sembarangan bermain dengan orang baru Ajiel." Tekan Sang papa menatap Anak keduanya dengan mata tajam.

Ajiel mendongak menatap sang papa dengan tatapan yang sinis. "Jiel gak main papa, Jiel lagi berantem, Kayak abang shubuh tadi bersama papa," Jawab Ajiel dengan mata kini menoleh menatap abangnya yang menatapnya datar.

"Sok keren." Balas Abangnya membuat Ajiel langsung menggigit lengan abangnya yang berada pas di sebelah wajahnya.

"Sakit!" Lelaki itu mengusap lengannya dan kini duduk di sofa saat merasa lelah berdiri.

"Ajiel, dengar ucapan papa tadi tidak?"

"Dengar papa, Ajiel gak akan main sama mereka lagi." Balas Ajiel, Walaupun terpaksa, Karena ia sudah terlanjur suka dengan sikap kedua perempuan yang berani menghampirinya ke rumah, Saat ada bocah seumuran perempuan kecil tadi lewat di depan rumahnya ia memasang wajah sinis membuat bocah tersebut sampai menangis histeris.

Hanya gadis kecil tadi yang tidak takut dengan tatapan dan tingkahnya.

Di mata Aylona pun .. itu sangat lucu walaupun masih ada seramnya sedikit, Ya .. hanya sedikit.

"Kamu, sudah dapat sekolah yang pas?" Tanya Papa Ajiel kepada abang Ajiel.

Lelaki yang di tanya oleh Papa Ajiel mengangguk menjawab. "Lusa Riel sekolah."

"Baiklah, Fokus belajar ya! Jangan cari masalah." Ucap papa sang lelaki yang bernama 'Riel'.

"Riel kesini buat dia, kalaupun Riel cari masalah, semua ada sangkutannya sama dia, Riel gak akan buat masalah pa, selagi itu gak menyangkut dia."

"Kamu bucin akut sama dia ternyata," Balas Papa Riel, fokus papa Riel yang bernama Luvian Adratama kini beralih pada si bontot, Ajiel Ghiarstar.

"Kamu ingin berteman dengan gadis tadi Jiel?" Tanya Luvian kepada Ajiel yang sedari tadi menyimak perbincangannya dengan Geriel Luvistra. Kakak laki laki satu satunya Ajiel, Geriel memiliki sifat tidak perduli namun perhatiannya sangatlah besar dan jarang sekali dia tunjukkan.

"Jiel mau, Papa." Ajiel mengangguk menjawab pertanyaan papanya barusan, Apapun demi dua gadis pemberani tadi!

"Kalau begitu adu panco, Bersama papa." Luvian menggulung lengan kemejanya hingga mencapai siku, setelahnya menatap Ajiel kembali.

"Mau?" Ajiel terdiam sesaat, Bingung ingin menjawab apa dengan ajakan sang papa, Sungguh. Ajiel tak pandai dalam hal lelaki seperti ini, Yang ia tahu hanya beradu pukulan tangan saja.

"Papa," Panggil Ajiel setelah lama berdiam diri.

"Apa jiel?"

"Jiel tidak tahu panco, Bisa ajarkan jiel?" Geriel dan Luvian terkekeh mendengar ucapan itu keluar dari mulut si bontot.

"Yasudah kalau tidak tahu, Papa Gak maksa Ajiel." Luvian menepuk pelan Bahu Ajiel membuat Ajiel ikut miring ke arah tepukan Luvian.

"Abang ajar," Sahut Geriel menatap Ajiel, yang kini bocah itu sudah menoleh menatapnya juga.

"Panco?"

"Yeah, Ayo." Geriel Berdiri dari duduknya dan berjalan menuju lantai atas, di susul Ajiel di belakangnya dengan kebingungan.

"Aku tidak yakin akan beradu panco di atas." Ucap Ajiel ragu ragu saat menaiki tangga menyusul Geriel yang sudah melangkah lebih dulu.

★♡★

NARIEL [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang