MASA DEPAN

0 0 0
                                    

《《 Chapter 》》

★♡★

Masa depan,

Ajiel sudah fokus pada Gadis cantik di depannya, Dia adalah Keyna Anarasla, perempuan kecil yang Ajiel temukan di perumahaannya sewaktu ia berumur 5 tahun, Dengan posisi gadis itu yang berumur 4 tahun, Pertemuan mereka memang tidak begitu baik jika dikenang, Namun itulah awal cinta muncul pada diri Ajiel, Dimana ia dengan perlahan lahan mulai menyukai dan lama lama tumbuh cinta untuknya kepada Keyna.

Gadis biasa yang bisa membuat Ajiel jatuh sedalam dalamnya pada gadis itu, Keyna hanya gadis cantik yang terlahir dari keluarga biasa yang kurang mampu, dengan ibunya yang sakit sakitan berusaha terus terusan untuk membiayayai sekolahnya.

Ajiel senang bisa bertemu gadis ini, Dia lucu, dia baik, dia penolong, dia perhatian, dia punya segalanya yang membuat orang sekitarnya nyaman saat berada di dekatnya, Namun bukan berarti ia disukai oleh semua orang, Banyak orang di sekolahnya yang tidak menyukai Keyna, Bahkan sampai mengolok olok gadis itu di depan umum. Namun Keyna tidak memasukkannya ke dalam hati, Gadis itu tetap berdiri tanpa ada rapuhan kayu sedikitpun pada dirinya, Keyna itu gadis yang kuat.

Tidak sekali dua kali gadis itu juga selalu memberikan penghargaan pada sekolah dan membuat Ibunya bangga padanya, Keyna gadis pintar.

"Gue bakal berhenti sekolah." Putus Keyna, Hal itu membuat Ajiel membolakan matanya kaget.

"Terus gimana masa depan lo? Cita cita lo buat jadi Dokter? Eyn, Keluarga gue bisa bantu buat biayaya sekolah lo kalau lo mau terima." Ucap Ajiel, Bagaimana bisa? Gadis ini memilih untuk berhenti menempuh pendidikan, Padahal Ajiel bisa saja membantunya.

"Soal itu, Kayaknya gue harus berhenti berharap, Intinya sekarang gue mau bantuin ibu aja, Biar bisa sembuhin penyakitnya." Ucap Keyna, Ia tersenyum sendu, Kenapa Tuhan memberinya Ujian seperti ini? Sejujurnya untuk merelakan cita citanya itu Keyna sangat tidak Rela, Ia sangat ingin menjadi Dokter, Menolong ratusan bahkan ribuan manusia yang membutuhkan Keahliannya suatu saat, Keyna mau menjadi penyelamat untuk mereka yang sakit sakitan, Seperti ibunya saat ini.

"Keyna, Gue bisa bantu lo."

"Gue gak butuh Bantuan lo Ji, Lo udah banyak ngebantu gue sama ibu selama ini, Gue ngerasa berhutang budi sama lo dan keluarga lo, Gue gak enak, Gue malu." Potong Aylona saat Ajiel hendak menyahut lagi, Tatapan gadis itu sayu, Menatap kearah Ajiel.

"Eyn, Gue mohon sama lo, Jangan pernah ngerasa malu ataupun gak enak sama gue, Gue seneng bisa bantu lo, Gue suka liat lo bahagia, Gue gak suka kalau liat lo kayak sekarang, Pasrah sama keadaan dan bersikap seolah olah lo yakin dan bisa hadapin ini semua tanpa bantuan seseorang," Ucap Ajiel panjang lebar, Memegang erat tangan Keyna yang berada di atas meja.

"Gue tahu, Lo pasti masih mau kan kejar impian lo buat jadi Dokter? Buat selamatin orang orang di luar sana, Jadi gue mohon, Lanjutin sekolah lo pakai biayaya dari papa ya? Demi orang orang di masa depan yang bakal lo selamatin nyawanya."

Mata Keyna saat ini tampak berkaca kaca, Ia menubrukkan kepalanya di dada bidang lelaki itu, Menangis dengan suara pekikan yang tertahan karena takut sang ibu terbangun dari tidurnya.

Ajiel tersenyum ketir, Ialah saksi kehidupan pahit yang Keyna jalani sedari kecil.

Ajiel mengusap punggung Keyna menguatkan, Ia tidak berkata sepatah kata pun sebelum gadis itu benar benar lega untuk menangis.

★♡★

Beberapa menit berlalu, Hingga Keyna melepas pelukannya dari Ajiel, Matanya sudah tampak sembab dengan hidung yang kemerahan karena ingus yang terus terusan ia sedot agar tidak jatuh.

Srtt..

Ajiel terkekeh, Mengambil beberapa lembar tissu di atas meja dan memberikannya pada Keyna.

Gadis itu menerimanya dan membuang ingusnya, Tak lupa juga ia mengelap air matanya dengan tissu lainnya, Ia menatap Ajiel, Tidak tahu harus berbicara apa.

"Jadi? Sekolahnya di lanjut ya?? Sampai bisa jadi dokter!" Ucap Ajiel dengan semangat yang di balas senyuman manis oleh Keyna, lelaki ini selalu bisa menjadi penyemangatnya, Membuatnya bangun saat ia sudah jatuh sedalam dalamnya dalam angan dirinya sendiri.

"Biayayanya nanti di tanggung papa, Jangan dipikirin ya."

"Gue malu, Gue udah banyak ngebebanin keluarga lo, Apalagi sampai bayarin sekolah gue gini, Masa iya gue ngutang sebanyak itu sama keluarga lo."

Ajiel terkekeh geli melihat Keyna memonyongkan bibirnya. "Shut, Udah gak usah dipikirin gue bilang, Gimana kalau sekarang kita ketaman??"

★♡★

"Apanya?"

"Bapak masa gak tahu? Bukannya Tuan Luvian udah ngasih tahu bapak?" Jiela mengernyitkan dahinya bingung saat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Boss besarnya, Ia sudah mulai menggunakan bahasa indonesia dengan bossnya ini, Saat mendapat keluhan dari Geriel sendiri.

"Saya stress denger kamu ngomong bahasa inggris, Bisa bahasa indonesia kan? Gunain." Ucap Geriel frustasi, Bagaimana tidak? Jeila saja mengomelinya hanya karena tidak menyelesaikan tanda tangan berkas berkas yang harus diselesaikan besok, Ya gimana, Geriel saja sudah ngantuk ya jadinya ketiduran, Mana tahu dia kalau berkas yang dia tanda tangani ini bakal di serahkan besok.

"Kamu berbicara ke intinya langsung bisa tidak? Saya capek denger kamu ngomong, Bule ngomong bahasa indonesia jadi prik." Ucap Geriel sudah pusing tujuh keliling, Ia baru saja selesai meeting dengan Clien yang berjanji dengannya lusa kemarin, Dan kini ia kembali di buat stress dengan suara Jeila dan juga Luvian yang tidak jelas.

"Maaf pak, Tuan Luvian--"

"Kamu kenapa disini manggil saya bapak? Dikira saya bapakmu?" Tanya Geriel menoleh pada Jeila, Kesal.

"Bukannya kemarin bapak yang komentar? Karena saya memanggil bapak tuan, Tuan Geriel." Tekan Jeila, Lama lama ia frustasi juga sama bossnya ini, Apa bisa dia resign saja dari kantor ini? Ia pikir lelaki setampan Geriel akan kalem dan tidak banyak bicara, Kini Justru sebaliknya, Lelaki itu seperti reog jika marah, Semuanya bisa saja di hambur hamburkan kesana kesini, Bahkan berkas penting sekalipun bisa ia robek robek karena kesal.

"Yaudah." Pasrah Geriel, Dirinya juga merasa aneh di panggil tuan, Kayak di panggil sama pelayan, Walaupun disini Jeila juga tugasnya sebagai pelayan karena di utus oleh Luvian.

"Papa saya nyampaiin apa sama kamu?" Tanya Geriel, Mulai fokus pada inti perbincangan mereka, Agar Jeila secepatnya bisa menghilang dari pandangannya dan tidak mengganggu waktu stressnya.

"Tuan Luvian menyampaikan bahwa, Waktu Bapak disini di perpanjang, Sampai satu tahun kedepannya."

Mendengar ucapan Jeila, Geriel yang awalnya bersandar santai di kursinya bangun dari duduknya, Mulai uring uringan tidak jelas karena perasaan yang bercampur aduk di dalam dirinya.

★♡★

NARIEL [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang