PORSCHE

0 0 0
                                    

《《 CHAPTER 》》

★♡★

Porsche,

"Maaf lona belum bisa jadi adik yang bang Arza mau, Maaf." Ucap Aylona penuh penyesalan, Dulu sewaktu kecil ia sangat menyebalkan, Apalagi saat saat dia dan Arzaka satu atap untuk pertama kalinya.

Aylona kecil melangkahkan kakinya memasuki sebuah kamar yang berada di lantai dua itu, Di lantai ini ada dua kamar dan satu ruang keluarga.

Aylona kecil menjinjitkan kakinya untuk menggapai gagang pintu karena saat itu ia masih sangat pendek, bahkan seperti bocah berumur 7 tahun, Padahal usianya saat itu sudah memasuki tahun ke 9.

Aylona kecil menarik gagang pintu kamar tersebut dan mulai memasukinya, Kamar itu bernuasa hitam di campur abu abu terang, Jadi tidak terlalu gelap di penglihatan. Aylona kecil terkekeh jahil saat menyadari kamar yang di masuki bukanlah kamar miliknya, Melainkan kamar seorang lelaki yang kini menjadi kakaknya. Ia mulai mengambil satu persatu pakaian dari dalam lemari Arzaka dan melemparkannya asal, Pada intinya pakaian itu tidak berada lagi di dalam lemari Arzaka.

Setelah Aylona kecil menghamburkan lemari Arzaka, Ia kembali berjalan ke arah kasur, Dan kembali membuka sprei yang baru beberapa jam lalu di pasang oleh sang ibu. Saat itu Aylona kecil tidak perduli usaha ibunya memasang sprei di kasur kakaknya itu, Yang Aylona kecil pikirkan adalah "intinya kamar kakaknya berantakan."

Disaat tengah Asik melepaskan sprei pintu kamar terbuka menampilkan seorang lelaki bertubuh lebih besar di banding dirinya menatap sebal ke arah Aylona kecil, Ah sial kakaknya malah datang.

"Kenapa kamu berantakin kamar aku?!" Bentak lelaki itu berjalan mendekat ke arah Aylona kecil, Ia berdiri dengan tangan bersedekap dada di depan gadis yang pendeknya hanya se dadanya itu, Sangat mini.

"Ya kalena aku suka! Kamu bawel banget, Mana motol motolmu huh? Ayo sini tanding sama berbie Lona!"

"Dasar cadel."

"Kamuu! Aku bilangin bunda kamu bilang aku cadel, bial di hukum, huh!" Aylona kecil berjalan dengan emosi meluap dan kaki yang di hentak hentakkan ke lantai, Arzaka kecil di belakanya terkekeh melihat tingkah Aylona kecil.

"BILANG SAJA, AKU TIDAK TAKUT."

Aylona kecil kembali menoleh dengan wajah marah pada kakak laki lakinya itu. "Aku tu maunya kamal ini! Kenapa jadi kamu yang pakek?? Aku mau kamalnya, Makanya aku belantakin, Ayo tukelan kamal sama Lona .."  Aylona kecil memasang wajah memelas, Ia sudah mendudukkan dirinya di lantai dan bersandar pad ujung pintu seolah olah minta di kasihani.

"Aku gak mau tukelan kamal sama kamu." Ejek Arzaka kecil mengikuti gaya cadel Aylona kecil.

"MAMA LIAT KAK ALZAKA!!"

"Gak perlu minta maaf, Seharusnya saya yang minta maaf disini, Saya gak bisa jadi abang yang baik buat kamu, Bahkan peran saya sebagai abang kamu kayaknya gak berperan di hidupmu." Ucap Arzaka tersenyum kecut, Aylona bisa melihat senyum itu tampak di paksakan.

Aylona menggeleng, Menolak keras ucapan Arzaka. "Siapa bilang? Waktu Aylona kecil, Abang yang selalu jaga dan main sama Aylona kalau mama sama daddy gak ada."

"Ahaha, Tapi sekarang kamu belum terbiasa sama adanya saya ya?"

Aylona menunduk, Sejujurnya iya. Dirinya belum terbiasa dengan Arzaka yang besar, Rasanya canggung saat berbicara dengan lelaki itu, Namun Aylona selalu berusaha agar lelaki itu tidak merasakan apa yang Aylona rasa.

"Lona lagi coba, Bang Arz."

"Gak apa apa, Lagi pula kita udah lama gak ketemu, terakhir ketemu waktu keberangkatan Mommy sama daddy ke New York ya." Ucap Arzaka yang di balas anggukan oleh Aylona, Gadis itu tersenyum kecut mengingat Ia ditinggal sendirian di indonesia oleh mamanya.

"Ah ya, Ngomong ngomong soal mom and dad, I'm really really sorry Aylona, Mommymu meninggal karena daddyku, Maaf bangat." Sahur Arzaka kembali, Hal itu membuat Aylona terkekeh kecil.

"Minta maaf terus, Gak apa apa kok, Aylona sudah ikhlas, Walaupun sedikit trauma karena kasus kematian mama dan bahkan masih ada di berita koran maupun chrome sampai sekarang."

"Nanti saya coba urus ya,"

"Mba saya pesan ku--"

"Bang Arz, sudah dulu ya, Pelanggan Aylona kayaknya rame banget di luar." Ucap Aylona, Ia berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangannya, Dan benar saja. Diluar saat ini begitu ramai pembeli sehingga membuat karyawannya kewalahan, Namun dapat di atasi dengan baik dan teratur, Hal itu membuat Aylona meredakan nafas lega.

"Iya, Sampai jumpa lagi."

Tut.

★♡★

Lelaki jangkung itu berjalan menuju salah satu mobil Porshce berwarna hitam dan membukanya setelah memastikan kopernya di mobil sopir yang di kirim oleh Luvian telah aman.

"WAH WAH MAKIN CAKEP AJA?!" Teriak Gojora lebih awal saat Geriel baru saja memasuki mobil bagian belakang, Yang menjemput lelaki itu di bandara saat ini hanyalah Juandra, Gojora, dan Jiandra. Karelo tengah sibuk beristirahat di rumahnya sedangkan Ajogar tengah meeting perusahaan bersama Ayahnya.

"SALAH ORANG! SALAH MASUK MOBIL LO! KAYAK BUKAN GERIEL AJA INI ANJIR?!"

"Berisik, monkey!" Umpat Geriel membuat gelak tawa seluruh manusia di dalam mobil yang sudah berjalan itu.

"Kayaknya gue gak asing sama ini mobil," Ucap Geriel yang membuat ketiga temannya seketika terdiam dan tidak melanjutkan tawa mereka.

"Ini .. mobil gua?" Tanya Geriel menatap satu persatu temannya, apalagi Juandra yang sedari tadi diam dan pura pura fokus menyetir, Dan Jiandra yang duduk di sebelah kursi pengemudi merekam jalanan seolah olah sibuk dengan hp.

Dan si manusia gak jelas yang pernah Geriel temui, Gojora. Lelaki itu sibuk bersiul dengan mata yang lari kemana mana seolah olah menjauhi kontak mata Dari Geriel Luvistra Adratama, Anak CEO Adratama corp.

"Padahal niatnya pengen gua pake bareng Aylona buat pertama kali, Baru juga di beli kemarin." Gumam Geriel dengan hembusan nafas pasrah karena kelakukan teman temannya.

Juandra seketika menoleh kebelakang sekilas dan kembali fokus pada jalanan. "Ah elu! Tau gitu gak gue pake." Sesal Juandra, Namun tidak sepenuhnya menyesal juga, Hanya formalitas.

"Cemen ah, Masa pakai Porsche ginian doang?" Si Jiandra menyahut dengan nada menyebalkan.

"Tinggal beli baru, Yang kursi nya dua, Jangan empat, Mau lo dua setan di belakang ngeliatin lo ciuman sama Aylona?"

Pletak!

"Sialan! Siapa juga yang mau kissing bangsat?!"

"BALIK BALIK UDAH MAKI MAKI AJA LO AH! GALAK!" Gojora mendaratkan tinjuan kecil pada lengan kekar Geriel, Lelaki itu tidak merespons sama sekali.

"Monyet El, Monyet. Biarin aja, Biarin." Gumam Geriel membuat kesabaran Gojora yang setipis tissue itu menendang kursi di depannya, Hal itu membuat Jiandra mengaduh kesal.

"SAKIT WOI SAKIT! BOCAH GELO!!"

★♡★

NARIEL [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang