Mission 26 - Musuh dalam selimut

32 7 5
                                    

Seperti apa kata pepatah, apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti apa kata pepatah, apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Suasana di SMA Lentera benar-benar tak kondusif.

Sheira dan Argas duduk di hadapan kepala sekolah. Mereka harus mempertanggungjawabkan isu-isu yang beredar.

Terlebih rupanya gosip ini juga sudah beredar dikalangan orang tua siswa. Tak sedikit yang protes kepada kepala sekolah untuk menindaklanjuti agar tak ditiru oleh siswa-siswi yang lainnya.

"Apa yang dikatakan teman-teman kalian itu benar jika kalian tinggal bersama?" Tanya Kepala Sekolah dengan tegas.

"Iya." Jawab Argas tanpa ragu. Sheira yang terkejut langsung melotot.

"Berdua?" Tanya Kepala Sekolah masih tak percaya. Pria paruh baya itu berharap ini hanyalah kebohongan semata.

"Iya." Jawab Argas lagi-lagi tak berusaha mengelak.

"Satu kamar?"

"Kita nggak segila itu, pak." Decak Sheira sudah tak tahan.

Sebrengsek-brengseknya Sheira, ia tak akan tidur dengan cowok sembarangan. Meskipun itu Argas, cowok yang sebenarnya adalah suaminya.

"Sheira, Argas.. bapak paham itu hak kalian tetapi tindakan kalian ini cacat moral. Bahkan, kalian melanggar hukum agama." Tutur Kepala Sekolah dengan suara yang mulai meninggi.

"Kita nggak ngapa-ngapain, astagfirullah. Kayaknya bapak yang cacat moral. Nuduh tanpa bukti yang jelas itu fitnah lo pak." Jawab Sheira lantang.

"Jaga sikapmu. Bapak bahkan bisa DO kalian sekarang jika bapak mau." Pertegas Kepala Sekolah dengan raut yang mulai tak bersahabat.

"Kita udah sah, pak." Sahut Argas santai.

Sheira melotot, "Eh, lo ngomong apaan sih? Hoax, pak. Dia ngada-ngada." Tolak Sheira mentah-mentah. Argas hanya kembali mengatupkan mulutnya diam.

"Anda tidak bisa mengeluarkan anak-anak saya." Sahut seseorang yang tiba-tiba menyelinap masuk. Leo Anggara berjalan dengan jas hitam kebanggaannya.

Leo Anggara sudah membaca pesan-pesan protes para orang tua siswa. Menanggapi hal itu, Lelaki paruh baya itu tampak mengerutkan kening dan mengangan-angan sesuatu.

"Maksud bapak?"

Argas juga menatap papanya heran. Leo Anggara bertindak aneh. Argas sendiri tak bisa menebak apa rencana dari papanya. Terkadang jalan pikiran Leo Anggara bisa diluar dugaan.

"Papa ngapain?" Tanya Argas yang tak tahan lagi karena penasaran.

Leo Anggara tersenyum kecil, "Enggak, papa lagi ngitung aja kira-kira berapa uang yang perlu papa keluarin buat beli sekolah ini." Jawab Leo Anggara santai.

Raut wajah kepala sekolah berubah ketika mendengarnya. Dengan menjadi donatur saja, Leo Anggara sudah cukup mengintimidasinya apalagi menjadi pemilik sekolah? Bisa jadi perkedel dia.

The MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang