Langit gelap gulita menandakan hari sudah semakin malam. Mereka masih bersama. Mereka masih dibawah satu atap yang sama, satu tempat, satu ruang, dan satu udara.
Sheira sibuk dengan aktivitasnya begitu pula Argas yang sibuk sendiri dengan ponsel. Malam ini mereka memang bersama tetapi seolah berada di dimensi yang berbeda.
Tak ada yang saling berbicara baik itu hanya bertutur kata barang sepatah. Argas tak mengeluarkan suaranya dan Sheira juga terlalu marah untuk berbicara duluan.
Dua insan manusia itu terlalu teguh pendirian. Mereka saling mengedepankan keegoisan. Argas yang enggan jujur dan Sheira yang marah karena merasa dikhianati.
Argas tak ingin memberi harapan dan Sheira yang mengira jika peristiwa yang dilihatnya adalah kenyataan.
Argas berdiri dari duduknya. Suara kursi yang bergeser itu membuat Sheira mencuri-curi pandang.
"Sebulan sekali, lo harus bayar listrik apart ini. Biar nggak capek, nanti bakal ada cleaning service mingguan. Pastiin kalau ada transferan tiap minggu. Oh iya, jangan lupa stok sayur di kulkas, jangan junkfood terus." Tutur Argas tiba-tiba membuat Sheira menatap cowok itu aneh.
"Stres lo?" Ketus Sheira acuh. Sheira kembali mengerjakan tugas presentasinya di laptop.
"Besok lo juga boleh pake motor gue tiap hari."
Sheira mengernyit aneh.
"Kata-kata lo udah kayak surat wasiat. Tubuh lo kurusan gitu. Mau mati ?!"
Argas menjawabnya dengan senyuman penuh arti. Cowok itu melangkah menuju kamar lalu menutup pintu kamarnya.
Setelah memastikan pintu kamar terkunci. Argas mengeluarkan koper dari dalam lemarinya. Cowok itu mengemasi barang-barang yang ia perlukan nantinya.
Tidak, Argas tidak pergi. Setidaknya untuk hari ini.
Masih banyak hal yang belum Argas lakukan. Yang paling utama, ia belum ijin pada papanya.
Argas lagi-lagi tak berbicara apapun pada Sheira. Ia pergi begitu saja tanpa pamit seakan-akan keduanya kembali tak saling melihat. Ada tetapi seperti berada di ruang dimensi yang berbeda.
Argas berjalan cepat. Ia terus menengok kebelakang memastikan Sheira tak mengikutinya. Jujur, Argas terlalu ge'er. Tak mungkin juga Sheira yang masih marah mau mengikutinya pergi.
Argas menyetop taksi. Entah kenapa ia mulai sedikit kelelahan jika harus menggunakan motor besar. Agar tak memperburuk kesehatannya, Argas sedikit demi sedikit mulai mengurangi aktivitas.
"Mau kemana, mas?" Tanya supir taksi sembari melirik wajah Argas melalui spion tengah.
"Ke perumahan permai ya."
"Baik, mas."
Taksi itu berjalan lambat. Jalanan cukup padat. Butuh waktu lebih lama untuk Argas tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mission
Teen Fiction[Follow Sebelum Baca] [Sequel BULLY: Undesirable] [Dilarang Plagiat! ⛔] Ketika kamu harus menikah dengan sahabat pacar kamu sendiri. Dimana kamu merasa bimbang antara memperjuangkan cinta atau mempertahankan yang sudah ada. Arfeela Sheira Zeeya, ga...