Mission 35 - Terbang

25 6 8
                                    

Seminggu telah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu telah berlalu..

Argas menyeret kopernya di bandara. Ini masih pukul 06.00. Keberangkatannya saja masih dua jam lagi tetapi ia berangkat lebih awal untuk menghindari Sheira.

Argas tak berani untuk jujur pada gadis itu. Biarlah semuanya segera berlalu, justru akan lebih baik jika Sheira kecewa dan tak mengharapkannya lagi.

"Ar, lo pagi amat sih!"

Dengan nafas memburu, Zara datang bersama Damar. Keduanya tampak lelah karena harus berlarian.

"Gue kan nggak minta kalian dateng." Jawab Argas santai.

Zara mengatur nafasnya. Ia menyodorkan kartu nama.

"Lo jadi ke Turki, kan? Ini kartu nama temen bokap gue. Gue yakin lo bisa sembuh di tangan dia."

Argas tersenyum penuh arti, "Thanks." Jawabnya menerima kartu nama itu dan memasukkannya ke kantong celana.

"Bokap lo udah tau kalau lo berangkat hari ini?"

Argas menggeleng, "Gue cuma ijin dan gue nggak bilang kalau berangkat sekarang."

"Ck, bego. Lo udah ijin sama Sheira, kan?" Tanya Zara berharap kali ini Argas akan menganggukan kepala.

Sayangnya, harapan Zara salah. Argas menggeleng, "Enggak."

"Hah? Lo gila? Gimana kalau dia khawatir karena lo tiba-tiba ngilang? Bokap lo sendiri aja lo biarin nggak tahu. Ar, lo disana nggak sebentar!" Kelakar Zara dalam satu tarikan nafas.

Argas mengusap kepalanya yang sedikit pening, "Justru bagus. Dia bakal benci gue, kan?"

"Gue nggak suka cara lo." Bentak Zara lalu berjalan cepat meninggalkan Argas dan Damar.

Argas menyandarkan tubuhnya di dinding bandara. Semakin hari, tubuhnya semakin lemas. Tulang dan sendinya semakin sakit.

"Lo nggak ngejar dia?" Tanya Argas pada Damar yang malah diam menatapnya.

"Lo tambah pucet, kurusan. Lo kuat naik pesawat sendirian?" Tanya Damar yang semakin iba.

"Gue nggak butuh dikasihani." Tolaknya.

Tatapan Damar meredup, "Gue bisa temenin lo kalau lo nggak kuat, Ar."

"Gue bisa sendiri." Tolak Argas lagi.

Damar menghela nafas.

"Oke, gue temenin lo sampai take off."

•••

Zara berlari tergesa menaiki anak tangga di apartment Argas. Ia tadi sempat hendak menaiki lift tetapi lift sangat ramai.

Untuk mempersingkat waktu, ia memilih menaiki anak tangga.

Zara mengatur nafasnya lelah. Ia membuka ponselnya dan segera mengirimi pesan pada Kevin dan Leo Anggara.

The MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang