Sudah seminggu dilalui Sheira dengan mengurung diri di dalam kamarnya. Ia tak berangkat ke kampus atau kemanapun. Ia juga tak ingin makan jika tak dipaksa.
Kesehariannya hanya melamun, meracau, menangis sendirian, dan tertawa miris secara tiba-tiba.
Siapapun yang melihatnya pasti tidak tega. Sheira merasa jika dirinya sudah setengah gila. Sudah berbagai cara yang dilakukan baik dari Ares, Flea, maupun Azkan agar Sheira kembali ceria.
Tetapi rupanya, gadis itu masih berlarut dalam kesedihannya.
"Anak ayah udah dong sedihnya." Bujuk Ares sembari mengusap rambut putrinya.
"Gimana aku nggak terpukul? Aku kehilangan dua orang yang aku sayang dalam waktu berdekatan, Yah. Setelah opa, kenapa Argas juga harus nyusul?" Tanyanya dengan bibir bergetar.
Pertanyaan Sheira tak mampu Ares jawab. Pria itu terlalu bingung bagaimana menjawab pertanyaan anak gadisnya.
"Ini sudah takdirnya, nak. Kita yang masih hidup hanya bisa mendoakan mereka dan tetap menjalani hidup kita."
Sheira terisak. Ia mengangguk membenarkan. Tetapi rasa sakit di hatinya seakan membantah itu semua.
"Ada Raga dibawah. Dia sepupunya Argas, kan?" Ares mengalihkan pembicaraan.
Sheira mengangkat wajahnya, "Ngapain dia kesini?" Tanyanya.
"Kamu udah bolos kuliah satu minggu. Katanya, kamu ada jadwal hari ini."
"Tapi aku nggak mau, ayahh.." rengek Sheira bak anak kecil.
"Temui dulu, bicara baik-baik. Kalau kamu nggak mau kuliah, beri tahu alasannya. Kita hanya nggak mau kamu berlarut-larut." Nasehat Ares lembut.
Akhirnya Sheira menyerah. Ia menuruti perintah ayahnya.
"Aku cuci muka dulu, Yah." Pamit Sheira membuat Ares mengembuskan nafas lega.
Setelah cuci muka, Sheira turun melalui anak tangga. Di ruang tamu, Raga duduk santai ditemani Flea.
"Eh, kesayangan bunda akhirnya keluar kamar." Sambut Flea antusias.
Raga menatap wajah Sheira dalam diam. Lingkar mata gadis itu menghitam, jelas karena sering menangis dan kurang tidur. Tak hanya itu, wajahnya juga semakin tirus. Entah apa yang dilakukannya, Sheira sangat jauh dari kata sehat.
Sheira diam. Ia terpaku pada wajah tampan Raga yang begitu mirip dengan Argas.
Gadis itu menghela nafas kala memahami kenyataan jika Argas sudah tiada.
"Ada apa kakak kesini?" Tanya Sheira to the point.
"Saya mau mengajak kamu berangkat ke kampus."
"Gue nggak mau." Tolak Sheira mentah-mentah. Penolakan Sheira itu langsung mengubah raut Flea menjadi tak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mission
Teen Fiction[Follow Sebelum Baca] [Sequel BULLY: Undesirable] [Dilarang Plagiat! ⛔] Ketika kamu harus menikah dengan sahabat pacar kamu sendiri. Dimana kamu merasa bimbang antara memperjuangkan cinta atau mempertahankan yang sudah ada. Arfeela Sheira Zeeya, ga...