Nabila menarik tangan sahabatnya setelah Bila masuk ke dalam kelas, Bila mengerutkan keningnya. Nabila tersenyum lebar, ia mendekatkan tubuhnya pada tubuh sahabatnya kemudian membisikkan sesuatu. "Gimana sama Noval?" tanya Nabila.
"Oke, kan dia?" Nabila menggoda Bila.
Bila terdiam seperti sedang berpikir. "Biasa aja."
Nabila menggelengkan kepalanya. "Dia jauh lebih sempurna daripada mantan lo yang dulu."
Bila menganggukkan kepalanya. "S Vian? Jelaslah, toxic banget orangnya." Tentang Vian, Bila tidak ingin lagi mengingatnya. Laki-laki itu begitu toxic kepadanya seperti bukan suka tapi obsesi. Ia tidak boleh dekat dengan semua orang termasuk Nabila, Bila harus bersamanya setiap hari. Bila bagaikan boneka, yang selalu di permainkan dikala pertunjukan.
Nabila bertanya, sejauh dirinya mengenal Noval. Laki-laki itu tidak akan seperti itu. "Noval engga toxic?"
"Belum tahu, semoga engga toxic kalau benar gue takut banget." Bila sangat takut, ia selalu menjadi bodoh ketika sedang berpacaran dengan laki-laki. Terlalu bucin hingga tidak sadar sedang di bunuh perlahan.
"Lo gila kalau lagi bucin." Nabila mengakui itu, bagaimana Bila menjadi cegil saat mengejar Noval hingga saat ini ia mendapatkannya.
"Nah itu." Bila meringis pelan.
_
Regan mendudukkan bokongnya di sebuah kursi di belakang sekolah. Sebuah markas rahasia mereka berempat di sini, Ikbal membuka lemari yang sudah rusak dan mengeluarkan gitar yang ia simpan di sana.
Ikbal mulai memainkannya, memetik setiap senar menimbulkan bunyi suara yang indah. Noval mengeluarkan rokok miliknya, jika sedang bersama dengan Bila. Ia tidak pernah merokok sama sekali, Bila selalu melarangnya merokok karena parno dengan gambar kemasan rokok. Bila selalu bilang. "Rokok membunuhmu." Noval menggelengkan kepalanya, Bila sedikit aneh jika sudah lama mengenalnya.
"Parah, minggir anjir." Regan berdecak saat bermain game di dalam ponselnya. Lawannya terus mendekat tapi tidak ada yang membantunya sama sekali.
Dirinya tertembak. Regan menatap tajam Fatih, mendorong kursi yang sedang Fatih dudukki. "Lo kemana anjir."
"Lo di kanan gue diri kiri, engga ke buru kalau gue nolongin lo."
Regan mendengus kembali lagi bermain game. "Lo jangan jauh-jauh dari gue."
"Iya-iya."
"Val lo engga mau join?" tanya Fatih sedikit melirik Noval yang sedang merokok.
Noval menggelengkan kepalanya. "Males, bosen gue main yang gitu mulu dari kemarin."
Fatih menunjuk Regan. "Nih bocah kecanduan mainnya." Sebenarnya Fatih sudah muak bermain game ini, tapi demi Regan ia terus main. Fatih juga harus di samping Regan, menjaga musuh menyerangnya. Regan selalu kalah jika tidak ada yang membantunya sama sekali.
Regan hanya tersenyum tipis. "Ikbal join buruan bantuin gue, s Fatih engga bisa gue andelin." Ikbal menggelengkan kepalanya, ia memilih bermain gitar daripada sakit kepala mendengar ucapan kasar yang di keluarkan Regan saat kalah.
"Lo aja, sorry engga dulu."
_
Tama menepuk pundak Bila yang sedang duduk. Posisi duduk mereka adalah Bila di bangku depan sedangkan Tama di belakang. Bila membalikkan tubuhnya. "Apa?" tanya Bila.
"Pulpen." Bila mendengus kesal, Tama selalu menghilangkan pulpen dirinya dan juga orang lain. Karena Tama sahabatnya, Bila memberikan pulpen yang baru ia beli dengan Nabila kemarin. "Ini baru ya awas kalau ilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Dan Lukanya (Selesai)
Teen FictionWarning : 17+ Selesai Ada beberapa adegan kekerasan! _ Follow sebelum membaca. Jangan lupa tinggalkan vote. _ Abila harus menelan pil pahit ketika kejadian beberapa bulan menimpanya, ia hamil. Semua orang menghilang kekasihnya, Ayahnya dan dunia...