"Ini adalah hakikat menunggu yang sebenarnya."
.
.
.
.
.
.
Satu bulan berlalu dengan cepat, Bila dan Lara berada di panti. Kamar yang dulu di isi olehnya seorang diri kini ada Lara, mereka tinggal di sana. Bila sudah tidak memiliki tempat pulang, hanya tempat ini yang selalu menerimanya.
Untungnya Nabila selalu menemaninya setiap waktu dan Regan juga sering bulak balik untuk melihat ponakan barunya bersama dengan Ikbal dan juga Fatih.
Nabila memilih baju yang cocok untuk di pakai Lara, ia menjatuhkan pilihannya pada dress polos berwarna pink hadiah dari Ibunya Fatih.
Ia memakaikan Lara baju dengan hati-hati, urusan mandi itu Nabila serahkan pada Ibu Aina. Nabila belum berani kalau itu, hari ini Bila akan membawa Lara pada Tama. Laki-laki itu harus tau bahwa benih yang dia tinggalkan selama 9 bulan kini sudah lahir dengan sempurna.
"Ponakan Tante udah cantik dan wangi." Nabila mengecup pipi Lara gemas.
Lara tidak rewel saat Nabila memakaikan baju tadi, anak yang baik.
Nabila membalikkan tubuhnya, mencari tas miliknya. Setelah ketemu, Nabila mengambil kotak kecil yang ia simpan di dalam tasnya. Ia tersenyum tipis memandang gelang tersebut, bukan Bila yang memakainya tapi melainkan Lara.
"Jangan nangis, Tante Na mau pakaikan Lara gelang." Lara mulai merengek.
Gelang bunga matahari itu kini melingkar di tangan Lara walaupun kebesaran tapi ini adalah hadiah yang belum sempat Nabila berikan. "Sekarang ini punya Lara, ya."
"Nanti lepas lagi, soalnya kebesaran." Lara tersenyum saat Nabila memainkan tangannya.
Satu bulan ini Bila tidak sekalipun memegang Lara. Bila hanya melihat dari jauh ketika Lara menangis dan mengeluarkan asi miliknya melalui alat. "Udah siap?" Bila mengangguk.
Sepanjang perjalanan, Bila hanya terdiam bahkan tidak terganggu oleh tangisan Lara yang meminta susu. Bila seperti tidak mendengarnya, Nabila cekatan mengambil botol susu lalu memberikannya pada ibu Aina. Nabila melirik Bila kemudian menghela napas.
Setengah jam berlalu, akhirnya mereka sampai di tempat yang di tuju. "Ayo!" Bila mengangguk.
Kakinya seperti sulit untuk di jalankan, berat dan dadanya sesak seperti ada yang menekan kuat-kuat. Apa Bila sanggup untuk bertemu dengan Tama?
Bila meremas tangan Nabila.
"Tarik napas lalu hembuskan, Bil. Gue ada di sini." Nabila menyemangatinya sekarang, memberikannya seribu kekuatan untuk berjalan masuk. Sesekali Nabila yakinkan Bila bahkan ini adalah yang terbaik.
Mereka menunggu di sebuah ruangan setelah penjaga mengantarkannya. Nabila mengusap punggung Bila yang duduk membelakanginya, air matanya sudah jatuh sebelum Tama datang. Pintu ruangan terbuka, Tama yang menunduk kini mendongakkan kepalanya melihat Nabila yang sedang berdiri dan seorang wanita yang duduk membelakanginya.
Mata Nabila berkaca-kaca, persahabatannya kini hancur sudah karena wanita. Salah, Tama salah.
"G-gue minta maaf." Tama menundukkan kepalanya saat berada di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Dan Lukanya (Selesai)
Teen FictionWarning : 17+ Selesai Ada beberapa adegan kekerasan! _ Follow sebelum membaca. Jangan lupa tinggalkan vote. _ Abila harus menelan pil pahit ketika kejadian beberapa bulan menimpanya, ia hamil. Semua orang menghilang kekasihnya, Ayahnya dan dunia...