walaupun gue telat (revisi)

154 11 3
                                    

"Aku memang bodoh."

.

.

.

"Lain kali jangan jadi wanita bodoh, bisa di apa-apain sesuka hati sama laki-laki."

"Walaupun telat setidaknya gue harap memar lo berkurang."

Bila terdiam, entahlah kata-kata yang di lontarkan oleh Regan tidak mampu ia jawab sama sekali.    Malu,  ia malu dengan dirinya sendiri. Ia malu mengapa bisa begitu mencintai laki-laki itu.

Laki-laki yang bahkan sekarang sedang bermain api dengan wanita lain.

Ia bisa di permainan sesuka hati bahkan sampai melukai tubuh ya.
"Gue alergi obat totol termasuk salep yang lo pegang."

Regan menghela napas kembali menutup salep yang sempat ia buka tadi lalu menyimpannya begitu saja. "Oh, oke."

"Alergi?"

Bila mengangguk. "Dari kecil."

Suasana di sana menjadi hening, Regan fokus dengan ponsel yang ada di tangannya. Sedangkan Bila fokus dengan kegiatannya melihat pergelangan tangannya yang memar.

Regan memecahkan keheningan, ia melontarkan pertanyaan yang membuat wanita itu menoleh. "Dia pergi?" tanya Regan.

Bila mengangkat alisnya. "Dia?"

"Hm."

"Iya, dia pergi."

Regan mengangguk. "Lo engga ikut?"

Bila tertawa miris, sembari memalingkan wajahnya supaya laki-laki di sampingnya tidak melihat wajah melasnya. "Gue engga mungkin di ajak, gue juga engga berharap lebih."

"Kenapa?"

Bila tersenyum kecut. "Apa dengan keadaan gue seperti ini? Dia engga malu bawa gue? Dan pasti dia lagi sama wanita itu."

Regan menatap wanita itu miris, berapa menyedihkan hidupnya sekarang. Di nikahi dengan alasan terpaksa, di selingkuhi lalu sekarang hidupnya tidak bahagia.

"Lo engga nanya, apa yang gue lihat kemarin itu bener apa engga?" tanya Regan.

Bila menggelengkan kepalanya. Bertanya akan membuatnya tambah menderita, lebih baik begini tidak tau apapun yang terjadi.

Wanita itu urusan laki-laki bernama Noval, ia tidak akan bertanya tentangnya sama sekali. Bila ibarat patung di sana, diam tidak bersuara. Hanya memperhatikan gerak-gerik laki-laki itu saja.

Di tempat lain, Noval menghentikan motornya tepat di rumah yang sudah beberapa kali ia kunjungi. Rumah itu milik Nira, gadis yang ia kenal lewat temen balapnya. Nira memang nakal tapi Noval menyukainya, walaupun gadis itu tidak perawan sama seperti Bila. Hanya saja, Nira tidak di rebut keperawanan oleh sahabat baiknya beda dengan Bila.

Nira memeluk tubuh laki-laki di depannya setelah membuka pintu rumah. Menurut Nira, Noval adalah sosok laki-laki yang tampan, baik dan juga setia. Tapi di balik itu ada sesuatu yang di sembunyikan olehnya, tentang pernikahan yang sedang ia jalani.

Noval tidak menganggap itu sebagai pernikahan, itu hanya sebuah perjanjian yang membuatnya terikat oleh tanggung jawab yang tidak seharusnya.

Memang dulu ia sangat mencintai Bila tapi sekarang rasa itu berganti dengan rasa benci yang semakin hari semakin mendalam, saat melihatnya apalagi ketika dia menangis. Tidak ada lagi rasa iba dan kasihan, Noval hanya memandang Bila sebagai sebuah tembok. Ada tapi tidak pernah ia sapa karena tembok hanya berdiri dan tidak bisa menjawab.

Nira menarik tangan Noval untuk masuk, rumah milik gadis itu kosong. Ibunya sedang berada di luar negeri, tidak ada yang melarangnya. Hidup Nira bebas, ia berkelana hingga nyaris tersesat.

Bila menatap Regan yang pergi menjauh darinya, motor yang di kendarainya melesat jauh sampai tidak bisa ia lihat. Bila menghela napas, kata-kata yang ia ingat adalah.

"Walaupun telat setidaknya gue harap memar lo berkurang."

Bila mengartikannya dengan cara berbeda. Kata tersebut bisa berbeda arti jika di ubah, walaupun telat setidaknya gue harap luka lo berkurang.

Luka yang di maksud adalah luka hatinya, Regan ibarat obat. Dia hadir saat Noval tidak menginginkannya. Tapi Bila juga berpikir, jika Regan berada di posisi Noval pasti laki-laki itu akan memperlakukannya sama atau dia akan di kasihi seumur hidupnya.

Regan dan Noval berbeda.

Cara mereka memandang masalah sangat berbeda, Regan dengan sifat tenang sedangkan Noval dengan sifat tidak sabarannya.

Bila masuk ke dalam, ia mengambil pakaian milik laki-laki itu yang berceceran di lantai. Bila berdiam saat memegang baju yang di pakai oleh Noval tadi.

Parfum yang menempel di baju laki-laki itu bukan miliknya, parfum perempuan. Ia sangat tau wangi ini, Bila tidak memakainya karena dulu Noval tidak menyukainya. Tapi sekarang laki-laki itu menyukainya karena mungkin gadis yang sedang ia kencani memakai parfum tersebut.

Bibir mereka saling menempel, Nira menikmatinya. Noval melepaskannya, menarik pinggang milik Nira supaya lebih dekat dengannya.

Bibir mereka saling bertemu, Noval membuka matanya saat tiba-tiba pikirannya tertuju pada Bila. Noval kembali melepaskan, padahal Nira sedang di puncak nafsu.

"Kenapa?" Nira menyerka bibir Noval yang belepotan oleh lipstik yang ia pakai.

Noval menggelengkan kepalanya.

Nira tersenyum kecil. "Lanjut?" tanya Nira.

"Hm." Noval kembali memakan bibir kecil, melumatnya dengan kasar hingga tahap selanjutnya berlanjut.

_

Bila menatap pintu apartemen, semalam Noval tidak pulang. Ia tidak tau laki-laki di mana dan sedang bersama siapa. Bila tidak mengirim pesan apapun karena Noval tidak akan membalasnya.

Bila mengalihkan pandangannya, matanya tertuju pada makanan yang tadi ia buat. Bila tersenyum kecut, sudah pasti Noval tidak akan menyantapnya sama sekali.

Noval hanya melewati dan tidak melirik sama sekali. Bila menghela napas sembari menyandarkan tubuhnya di kursi.

Di tempat lain, Noval terbangun dari tidurnya ia melihat ke samping ternyata semalam ia tidur bersama dengan Nira. Noval tersenyum kecil, ia bangun dari ranjang.

Mengambil pakaiannya yang berserakan di atas lantai lalu memakainya. Noval meletakkan uang di atas nakas sebelum pergi, uang itu untuk Nira atas ucapan terima kasih karena telah menghangatkannya semalam.

Dua puluh menit berlalu akhirnya laki-laki itu sampai di apartemen miliknya. Ia membuka pintu terlibat Bila sedang duduk merenung di kursi sembari menopang dagu. Bila tidak menyadari kehadirannya ia masih terdiam di depan makanan yang sudah dingin.

Noval tidak menghiraukannya, dia masuk ke kamar. Melepaskan bajunya lalu pergi ke kamar mandi.

Bila terperanjat dari lamunannya saat mendengar suara air mengalir di kamar mandi. Ia memutuskan untuk mengecek, Bila menghela napas ternyata laki-laki itu sudah pulang.

Bila cepat-cepat pergi ke dapur, menghangatkan makanan yang tadi ia siapkan. Tidak masalah mau tidak makan atau tidak, yang penting ia sudah melakukan yang terbaik.

Bila mengecek ke kamar, ternyata Noval belum selesai mandi. Langkahnya berhenti ketika mendengar suara dering ponsel berasal dari ranjang.

Sebuah ponsel berwarna hitam tergeletak di atas ranjang, Bila memejamkan matanya sejenak. Ia memutuskan untuk melihat ponsel milik Noval sebelum laki-laki itu keluar dari kamar mandi.

Bila mengambilnya pelan-pelan, kata sandi di ponsel itu tidak di ganti. Napasnya seperti tercekik saat ketika melihat pesan yang berada di ponsel.

"Makasih untuk semalam, sayang."

Bila melihat foto profil seseorang di sana, ternyata foto tersebut adalah foto Noval dan juga wanita itu. Gadis itu cantik dengan rambut pendek seatas bahu dengan senyum yang merekah sempurna.

Bila tersenyum kecut, Noval langsung merampas ponselnya.

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang