Gagal aborsi (revisi)

231 7 0
                                    


Bila mengacak-acak rambutnya setelah bertemu dengan Regan, sialnya laki-laki itu melarangnya untuk melakukan aborsi. Matanya melihat Regan yang sedang berjalan menjauh darinya, janin ini harus hilang secepatnya sebelum orang lain tahu.

Bila mencoba membeli nanas muda, siapa tahu dengan itu janin yang ada di kandungannya akan hilang. Tapi masih saja tidak ada yang keluar, hanya perutnya sakit seperti di lilit tali.

Bila membungkuk badannya, sakit sekali perutnya saat ini. 

"Semoga lo pergi, gue mohon." Bila memegang perutnya dengan kuat.

"Non kenapa sakit?" tanya pembantunya Bia menggelengkan kepalanya, ia duduk sembari memeluk perutnya sendiri. "Sakit perut, Bi. Biasa Bila makan yang pedes mulu," dustanya.

"Aduh, ai Non Bila. Udah di bilangin jangan banyak-banyak, itu bahaya buat kesehatan apalagi buat yang punya lambung kayak Non Bila."

Bila tersenyum. "Iya, Bi. Engga akan lagi-lagi."

"Bibi buatin teh manis panas, ya, Non. Siapa tahu sakitnya berkurang."

"Makasih, Bi." Bila meneguk segelas teh yang di berikan oleh pembantunya, sakit perutnya sedikit mulai membaik.

"Bila pergi dulu, ya, Bi." Bi Siti berlari melihat majikannya yang berjalan keluar rumah. Ia menggelengkan kepalanya. "Bukannya lagi sakit itu istirahat, bukannya malah pergi."

Kali ini Bila tidak membawa mobil miliknya, ia ingin berjalan-jalan  sebentar. Tidak dengan masker dan kacamata sekarang, ini adalah terakhir kalinya Bila tanpa itu.

Bila mengerutkan keningnya saat melihat Noval yang sedang berlari sendiri tidak jauh darinya. Bila memutuskan untuk mengikutinya, sangat  merindukannya sekali.

Bila mengendap-endap mengikuti Noval hingga apartemen milik laki-laki itu. Bila menghela napas, jika dulu ia dengan leluasa masuk ke dalam tapi kini sudahlah. Bila memandang pintu apartemen itu dengan sendu, berharap Noval dengan baik hati membukanya pintu dan mengajaknya berbicara.

Tapi sayang hanya angannya saja. Ia memutuskan untuk duduk di samping pintu, menyendiri di sini tidak apa-apa. Bila memainkan ponselnya, banyak sekali foto-foto yang ia simpan saat bersama dengan Noval. Bila tersenyum kecil, sangat miris memang dirinya sekarang. Noval memblok semua akses untuk menghubunginya, Bila berusaha bangkit dari duduknya memandang pintu apartemen milik Noval dengan tatapan sendu.

Apa yang hancur? Hatinya.

Tidak perlu di jelaskan lagi kenapa.

Bila memutuskan untuk pergi, saat melangkahkan kakinya seseorang tiba-tiba muncul dari depan membuat tubuhnya terjatuh ke lantai.

Bruk...

"Sshh...."

Bila meringis sembari memegang kuat perutnya yang kembali sakit seperti tadi. Ia mengatur napasnya tidak boleh panik atau apapun, tangannya masih setia memegang perutnya yang begitu ngilu. Seseorang yang menabraknya meminta maaf, Bila hanya mengangguk. Ia tidak kuat untuk meladeninya. "Saya bantu, Dek."

Bila menggelengkan kepalanya. "Engga apa-apa saya bisa sendiri."

"Yasudah saya permisi dulu, sekali lagi maaf ya Dek." Bila hanya mengangguk, ia berusaha bangkit dengan tenaganya yang masih tersisa.

Tangannya memegang tembok ketika ia berjalan, tidak kuat jika harus pergi. Bila memutuskan untuk kembali, siapa tahu laki-laki itu akan menerimanya ketika melihat kondisinya yang seperti ini.

"Aw." Bila memegang kuat perutnya, menekan bell berharap Noval keluar dan berbelas kasih kepadanya kali ini.

Noval membukanya dengan kasar, dia menatap Bila dengan tatapan dingin dan menusuk. Bila menatapnya dengan sendu sesekali meringis, Noval mendorong Bila hingga ia mundur beberapa langkah darinya.

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang