epilog

87 4 0
                                    


"Ibu, Ayah kapan jemput Lara?"

.

.

.

.

Lima tahun kemudian....

Kaki kecilnya berlari jauh sembari suara tawanya menggema di taman. Lara tumbuh menjadi anak yang sehat walaupun tubuhnya kurus tapi wajah cantiknya tidak pernah pudar.

Lara terus berlari menjauh dari Nabila.

Senyum Lara mengingatkan Nabila pada sahabatnya, begitu manis. Ia merindukan Bila yang entah ada di mana, lima tahun mereka tidak berkomunikasi sama sekali.

"Tante, ayo kejar Lara." Lara berlari menjauh dari Nabila.

Nabila gemas, ia memeluk erat tubuh Lara dengan erat. "Yah, Tante tangkap Lara."

Mereka duduk di rumput, Nabila menyodorkan botol air mineral kearah  Lara. "Minum dulu."

Lara mengangguk. "Makasih."

Nabila mengelus rambut hitam legam milik Lara. "Bentar lagi Lara ulang tahun dari Tante mau kado apa?"

Lara tampak terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Lara engga pengen apa-apa."

"Lah kok?" Nabila tampak terkejut.

Anak perempuan itu tersenyum. "Lara cuma pengen Tante, Om Regan, Om Fatih sama Om Ikbal datang ke sini itu aja udah cukup buat Lara."

"Tante marah loh kalau Lara engga minta hadiah." Nabila mengerutkan bibirnya.

Lara tampak berpikir sejenak. "Kalau begitu Lara pengen boneka saja, yang kecil jangan yang besar-besar."

"Boneka?" Lara mengangguk.

"Boneka itu bakal jadi teman Lara di sini." Lara menundukkan kepalanya.

"Lara kesepian di sini?" tanya Nabila.

Lara menoleh. "Iya, temen-temen Lara semua pergi tinggal Lara sendiri di sini."

"Ayo tinggal sama Tante."

Lara menggelengkan kepalanya. "Engga mau, kalau Lara pergi nanti Ayah sama Ibu gimana?"

Nabila menundukkan kepalanya, ia mencoba untuk tidak menangis. "Tante, Ibu sama Ayah bakal jemput Lara, kan?"

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang