Sakit (revisi)

149 6 0
                                    

Tidak ada lagi tempatku di sini

.

.

.

.

.

Tubuhnya terasa begitu lemas, tidak ada tenaga sama sekali untuk bangkit. Dadanya sakit, seperti ini kah rasanya menderita?

Hah?

Rasanya begitu sakit, Tuan.

Raganya seperti teriris perlahan-lahan.

Apa Tuan tidak menghargai keberadaan saat ini?

Apa Tuan tidak melihatnya?

Dengan tanpa rasa bersalah Noval mengemasi barang-barang yang bersangkutan dengannya seperti foto yang tertempel di dinding hingga beberapa baju yang Bila berikan untuk Noval dulu  di depan matanya dan juga membuangnya. 

Ia kecewa...

Apa perannya saat ini sudah habis?

Apa masanya berkelana bersamanya sudah usai?

Lagi-lagi Bila menelan pil pahit berulangkali, dadanya kembali seperti di tusuk. Air yang menetes begitu deras, membasahi pipinya yang semakin hari makin tirus. Wajahnya kini sudah tidak berseri seperti dulu, kini kantung matanya begitu jelas menghitam, bibirnya lebih pucat dari biasanya dan berlahan-lahan tatapannya kini berubah menjadi kosong.

Tangannya memukul dadanya yang sesak beberapa kali sembari bergumam. "Sakit." Matanya memejam menahan rasa sakit yang terus datang tanpa henti. Bila sudah tidak kuat sekarang, bertahan dengan cara apa lagi?

Bodoh...

Ia bodoh, mengapa semuanya terjadi?

Bila menangis kencang, tangannya kini menarik rambutnya dengan kencang. Jika akhirnya seperti ini kenapa dia harus datang dulu?

Mengapa tidak dari dulu Noval membuangnya?

Kenapa baru sekarang dan dihadapannya?

Apa dia sengaja, seolah memberitahu jika tempatnya di sini ini sudah tidak ada.

Kenapa?

Bila mengacak-acak rambutnya sembari sesekali menariknya. "Sakit, kenapa sesakit ini? Kenapa!" Bila menangis tersedu-sedu.

Bila menutup mulutnya dengan tangan yang bergetar, sialnya ia baru menyadari bahwa saat ini ia masih berada di rumah orang tua laki-laki itu. Dan jika semua orang tau ia menangis, itu sama saja mencari mati dengan laki-laki itu.

Bila memeluk tubuhnya sendiri. Sakit sekali.

"Kenapa engga dari dulu. Kenapa sekarang? Di depannya?" Dengan bergetar Bila mengucapkannya.

"Kenapa?" Napasnya tersengal menahan tangis. 

Bila membalikkan tubuhnya saat suara pintu terbuka dari luar. Rupanya sang Tuan sudah kembali setelah membuang kotak itu ke depan. Laki-laki itu berdecak, matanya menatap sinis Bila yang tengah duduk di lantai sambil menangis.

"Diam! Tangisan lo bikin kuping gue sakit!" bentak Noval.

Bila menutup mulutnya dengan tangan. Tapi tangisan itu tidak bisa di hentikan, ia tetap menangis. Suara tangisan itu begitu memilukan.

Sakit rasanya...

Noval mengacak-acak rambutnya. "Argh, lo bisa diam engga!"

"Lemah banget jadi perempuan!"

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang