"Saking bencinya Noval pada seseorang hingga dia lupa bahwa wanita yang di bentaknya adalah cinta pertamanya."
.
.
.
.
Noval benci pulang apalagi pulang ke apartemen. Wanita itu hanya bisa menangis dan juga menangis, kepalanya berdenyut ketika melihatnya. Terpaksa ia harus pulang, dengan langkah kaki yang berat. Noval menelusuri setiap jalan menuju apartemennya, langkah kakinya langsung berhenti ketika melihat Bila sedang bersama dengan seorang wanita yang tidak asing di matanya.
Matanya menyipit. "Sialan."
Ia berjalan cepat lalu menarik tangan Bila dengan kasar membuat tubuhnya tertarik tanpa aba-aba. Nabila langsung berdiri, berusaha melepaskan genggaman tangan Noval.
"Hei, lepas sialan!" seru Nabila. Nabila tidak terima jika sahabatnya di tarik seperti itu.
"Lepas!"
Nabila menatap tajam Noval, laki-laki itu juga tidak kalah menatapnya dengan tajam. "Lo apa-apaan sih, lepasin engga!"
"Dia istri gue!"
Nabila melirik Noval dengan sinis. Apa katanya istrinya? Nabila sangat ingin menjambak rambut laki-laki yang ada di depannya dengan kasar lalu tertawa di depannya dengan keras.
"Gue sahabatnya, bego."
"Lepasin engga, Val. Gue bilang lepasin tangan Bila!" Emosinya sudah di ambang batas.
Bila hanya menundukkan, sejujurnya tangannya sakit. Noval begitu keras menggenggam tangannya sekarang, Nabila ikut menatap tajam sahabatnya. Ia langsung mendengus kesal, harusnya Bila sedikit memberontak.
Noval kembali menarik tubuh Bila hingga tubuhnya tertarik tanpa aba-aba. "Ikut gue."
Nabila merentangkan kedua tangannya, menghadang Noval untuk pergi. "Engga, dia masih ada perlu sama gue."
"Abila ikut sama gue!" bentak Noval.
Nabila menggelengkan kepalanya. "Engga, gue bilang gue masih ada urusan sama dia. Lo tau engga urusan itu penting!"
Bila berteriak, jika di teruskan semuanya akan kacau. Noval pasti menyiksanya kembali setelah ini. "Udah." Bila menatap sahabatnya dengan penuh harap, berharap sahabatnya menghentikan aksinya karena kalau terus semuanya akan lebih rumit untuknya saat ini.
Nabila bertanya. "Lo mau ikut dia, hah?" Dengan berat hati, Bila mengangguk kepalanya. Nabila yang melihat itu hanya menghela napas tidak percaya dengan apa yang di lakukan sahabatnya. Nabila sekarang tau bahwa Bila adalah seorang wanita yang bodoh, kemana hilangnya otak pintarnya itu?
Nabila langsung menghempaskan tangan Bila yang sedang ia genggam. Ia terlanjur kecewa dengan keputusan yang di buat Bila sekarang. Harusnya sekali saja Bila menolaknya, semakin di turuti semakin laki-laki itu semena-mena jika bertindak.
Mencintai laki-laki memang boleh tapi tolol itu jangan. Jika sudah toxic lebih baik tinggalkan daripada mati di tangannya.
Nabila sangat ingin menendang bagian bawah Noval dengan keras membuat laki-laki itu kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Dan Lukanya (Selesai)
Fiksi RemajaWarning : 17+ Selesai Ada beberapa adegan kekerasan! _ Follow sebelum membaca. Jangan lupa tinggalkan vote. _ Abila harus menelan pil pahit ketika kejadian beberapa bulan menimpanya, ia hamil. Semua orang menghilang kekasihnya, Ayahnya dan dunia...