"Kemana perginya dirinya yang dulu?"
.
.
.
.
.
Berat...
Bukan memikul barang tapi ia memikul pilu, pundaknya sudah tidak kuat. Sesekali bergoyang menandakan ketidaksanggupan menopang semua beban itu.
Matanya terpejam dengan kuat. Rasa tenang, menghampirinya ketika terpejam tapi ketika membuka mata. Semua ketakutannya kembali menghantuinya. Menikah adalah impiannya dulu tapi sekarang menikah adalah yang paling ia benci.
Bila mengigit bibir wajahnya saat melihat tubuh kurusnya begitu terlihat jelas di pantulan cermin di depannya. Beberapa kali, Bila mengingat bagaimana dirinya dulu lalu ia bertanya.
"Apa benar ini tubuhnya?" Bila tersenyum tipis, nyatanya bukan. Itu hanya raganya saja jiwanya kini hilang, ia hanya melanjutkan hidup.
Bila memeluk tubuhnya sendiri, jangan biarkan dirinya hilang.
Kosong, tidak ada kebahagiaan yang tersisa di sini.
Kemana perginya senyuman itu?
Apa ia berlari menjauh darinya?
Apa kebahagiaan juga lari?
Sayangnya, beban itu sudah menyatu dengannya. Memeluk tubuhnya dengan erat hingga ia kesulitan bagaimana bernapas semestinya. Seperti apa yang ia cari sebenarnya? Ketenangan tanpa adanya bayi yang ia kandung.
Perjalanan dengan Regan hanya berlangsung sangat singkat. Setelah makan ia memutuskan untuk pulang. Jujur saja, tenaganya terkuras habis karena menangis dan juga menangis.
Apa stok air matanya tidak pernah habis?
Mengapa air matanya terus mengalir.
Di dalam perjalanan tadi, hanya keheningan yang terasa. Pikirannya sangat penuh, kepalanya ingin pecah saat itu juga. Apalagi rasa sesak masih ada di dadanya, seolah betah memeluk kekosongan hidupnya. Regan yang ada di sampingnya hanya menghela napas lagi dan lagi. Bila hanya diam bak batu yang sedang duduk di kursi.
Lagi-lagi Regan memaklumi itu semua.
Kendaraan besi beroda empat itu berhenti dengan sempurna, Bila masih terdiam seperti tidak menyadari jika mereka sudah sampai beberapa menit yang lalu. Regan membiarkannya sejenak dengan pelan ia menepuk lengan Bila membuatnya sedikit tersentak. "Bil."
Bila menoleh. "Udah sampai."
Bila dengan cepat mengangguk, tangannya berhenti membenarkan tasnya ketika Regan bersuara. "Jangan terlalu banyak berpikir, jaga kesehatan nanti gue ajak lo main lagi." Bila hanya tersenyum.
"Gue selalu berharap lo kembali bahagia."
Bila kembali mengangguk. Regan menghela napas ketika Bila sudah tidak ia lihat lagi. "Gue harap lo bisa kembali, Bil."
_
Bila membuka pintu apartemen dengan kunci cadangan miliknya. Suasananya begitu sepi dan seperti tidak orang sama sekali. Bila mengambil napas panjang, ternyata Noval belum pulang.
Tubuhnya lelah, ia memutuskan untuk mengganti baju yang ia pakai dengan baju rumahan. Bila kembali merenung di pinggir ranjang.
Bila membolak-balikkan tubuhnya, gelisah. Ia tidak bisa tidur walaupun sudah Bila paksa Beberapa kali. Bila melihat kearah jam yang menempel di dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Ia memutuskan untuk keluar, tenggorokannya kini kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Dan Lukanya (Selesai)
Teen FictionWarning : 17+ Selesai Ada beberapa adegan kekerasan! _ Follow sebelum membaca. Jangan lupa tinggalkan vote. _ Abila harus menelan pil pahit ketika kejadian beberapa bulan menimpanya, ia hamil. Semua orang menghilang kekasihnya, Ayahnya dan dunia...