pura-pura baik-baik saja (revisi)

254 10 2
                                    


Siapa yang mengajariku berpura-pura yaitu kamu

.

.

Bila lagi-lagi mencoba tersenyum seperti biasanya, ia harus pura-pura menjadi seorang istri yang dicintai oleh Noval. Tapi kenyataannya terbalik, ia tidak dicintai olehnya sama sekali.

Bila masih setia menatap dirinya di cermin, tatapannya kosong. Ia sedang menunggu bagiannya bersandiwara, berakting menjadi wanita yang paling dicintai.

Di luar sana, Noval tersenyum ketika menyambut Bundanya-Hanin. Wanita paru baya itu memeluk tubuh anaknya,  dengan penuh sayang. "Ke mana istri kamu, Nak?" tanya Hanin.

Noval menjawab. "Di kamar, Bun. Lagi siap-siap."

Hanin mengangguk, ia menyuruh anaknya untuk memanggil Bila untuk turun. Noval mengiyakannya,  Hanin langsung bergegas pergi ke dapur. Menyiapkan piring untuk beberapa makanan yang ia bawa dari rumah khusus untuk anak dan menantunya.

Noval mengetuk pintu kamar utama dengan pelan setelah melihat kearah dapur. "Sayang, ada Bunda!"

Air matanya terjatuh kala mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut suaminya. Begitu menyakitkan, semuanya palsu. Kata sayang di depan itu bohong tidak akan kekal di sini, ia hanya setitik debu yang berada di meja. Kecil dan hilang ketika di bersihkan.

Suara pintu terbuka terdengar, ternyata Noval masuk ke dalam. Bila langsung menunduk dengan cepat menghapus air mata yang tadi membasahi kedua pipinya.

"Keluar!"

Bila mengangguk, ia berjalan menghampiri Hanin yang sedang merapihkan piring.

Wanita paru baya itu menoleh, ia langsung memeluk tubuh menantunya. Pelukan itu terlepas,  Hanin memegang perut buncit milik Bila sembari berkata. "Cucu, Bunda."

Noval yang mendengar itu langsung mendengus, nyatanya bayi itu bukan anaknya. Tidak ada darah yang mengikat dengannya apalagi dengan orang tuanya. Anak itu bukan miliknya dan bukan calon cucu Hanin.

Bila tersenyum miris, ia merasa bersalah karena membohongi wanita paru baya di depannya. Mertuanya sangat-sangat baik, memperlakukannya seperti anaknya sendiri.

Tapi kebohongan itu terus saja berlanjut sampai sekarang. Mereka sudah jujur tapi memang takdirnya sudah seperti ini hanya tinggal menunggu kejutan yang akan hadir. 

Jalan yang mereka ambil salah, kebohongan yang sudah mereka tata sekarang menjadi kebohongan besar dan sepertinya tidak bisa di maafkan apalagi Noval selalu saja bermain dengan wanita di luar sana dan juga dirinya yang tidak jujur.

Bila menatap mertuanya dengan tatapan berembun setelah duduk di kursi yang sudah Hanin siapkan. Piring yang akan ia ambil lebih dulu di ambil oleh mertuanya. Wanita paru baya itu tersenyum lebar membuat dadanya kembali sesak. Ada perasaan bersalah, Bila memejamkan matanya. "Ya Tuhan bagaimana ini," ucapnya di dalam hati.

"Makan yang banyak." Hanin meletakkan piring di depan menantunya.

Perlakuan seperti ini yang membuat Bila ingin menangis.

"Nih, ayam bagus buat cucu Bunda." Hanin meletakkan ayam tersebut di piring milik Bila.

Bila tersenyum tipis, ternyata semuanya telah berubah. Sekarang ada rasa canggung untuk berinteraksi dengan orang tua suaminya setelah kejadian beberapa bulan yang lalu. Ia malu, sangat malu bagaimana ia masih di perlakukan baik ketika Bila merusak nama keluarganya dengan kehamilannya dan Noval yang harus bertanggung jawab.

Dulu rasanya indah sekali, begitu dekat hingga tidak sadar sekarang  mereka berjarak. Ia selalu bercanda tapi sekarang hanya ada tatapan tidak suka ketika menatap dirinya.

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang