Panti Asuhan (revisi)

35 2 0
                                    

"Dunia tidak terlalu luas, bukan?"

.

.

.

.

.

.

.

Keesokan harinya, Bila bersiap untuk pergi ke panti asuhan setelah sahabatnya bercerita tentang orang tuanya yang akan datang. Bila sadar diri, ia tidak ingin menjadi beban siapa pun walaupun itu adalah Nabila.

Bila sudah mengganti bajunya, tinggal menuju Regan datang menjemputnya. Nabila berlari kecil menghampirinya dengan membawa sepiring nasi goreng. "Makan dulu."

Nabila menyodorkan piring tersebut. Bila menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin makan sekarang. "Inget lo engga sendirian sekarang, Bil."

Bila melihat perutnya, dengan terpaksa ia mengambil piring dari tangan Nabila lalu memakannya. Ia masih belum berdamai dengan dirinya sendiri, Bila menyerahkan kembali piring tersebut.

"Lo baru makan tiga suap loh."

"Gue engga pengen." Nabila menghela napas, menyimpan piring di atas meja. Nabila menjatuhkan tubuhnya di samping sahabat, ia menoleh. "Maaf."

"Buat apa?"

"Untuk semuanya, maaf gue telat tau bahwa lo menderita."

"Bukan salah lo."

Suara klakson mobil berbunyi, Nabila langsung berlari keluar ternyata sudah ada Regan lalu Fatih dan Ikbal. "Hati-hati."

Fatih nurun dari motornya, membantu Nabila untuk membawa koper milik Bila lalu menyimpannya di bagasi. Fatih ingin membawa Bila pulang tapi ia urungkan walaupun ibunya sudah setuju. Regan berkata akan lebih baik berada di panti, Bila juga harus beradaptasi nantinya.

Nabila membantu Bila masuk ke dalam, setelah semuanya naik. Regan langsung menstarter mobil miliknya meninggalkan pekarangan rumah Nabila.

Dua kali Bila menginjakkan kakinya ke sini, tempat yang akan menjadi tempat tinggalnya sementara. Regan menarik koper milik Bila ke kamar yang sudah Regan siapkan beberapa hari yang lalu. Kamar yang dekat dengan kamar ibu panti, Ibu panti langsung menyambut kedatangannya tadi.

"Semoga lo nyaman di sini." Bila mengangguk, ia sangat nyaman. Kamarnya sangat indah untuk dirinya.

"Makasih."

"Hm."

Regan mengajak Fatih dan Ikbal keluar, Nabila bercerita semuanya pada Ibu panti. Regan datang membawa bayi berumur lima bulan di gendongan, bayi itu tampak tertidur pulas. Nabila yang melihatnya langsung bangkit menghampiri Regan. "Dia tampan sekali." Nabila menyentuh pipinya yang bulat.

"Hm, bibit unggulnya mulai terlihat dari sekarang."

Nabila menoleh kearah Ibu panti. "Namanya siapa, Bu?"

Ibu panti tersenyum. "Namanya Ammar syaki, ibu kasih nama itu."

Nabila mengangguk-anggukkan kepalanya. "Nama yang bagus."

Nabila sangat ingin menggendong bayi tersebut tapi ia tidak bisa.  Nabila takut bayi itu akan sakit badannya karena salahnya, Regan tampak terbiasa dan tidak terlihat kaku.

Ia membisikkan sesuatu, Regan mengerutkan keningnya. Apa nanti Bila akan melihat atau menggendong Ammar ketika ia membawanya ke kamarnya. "Coba dulu, Re."

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang