mencoba mengakhiri diri 2 (revisi)

118 11 2
                                    

Tidak untuk di tiru!
.

.
Aku memilih menyerah, Tuhan!
.

.

Sekali tarikan infusan yang menempel di tangannya kini terlepas sudah. Bila menghela napas sejenak, matanya melihat ke kanan ke kiri saat ini membukakan pintu kamar tempatnya di rawat. Tidak ada orang, dengan mudah Bila keluar tanpa ada orang lain yang mengetahui aksinya ini.

Bila meringis kala tangannya sedikit sakit, rupanya bekas cabutan paksa itu membuat luka dan darah terus keluar. Dengan sekuat tenaga ia merobek baju bagian bawahnya lalu mengikat  tangannya supaya darahnya berhenti.

Lukanya ini menjadi dua sekaligus tangan kanan dan tangan kirinya.
Napasnya seperti berhenti ketika sebuah tepukan mendapat di pundaknya tiba-tiba. "Apa ketahuan kabur, ya?" tanya Bila di dalam hati.

Bila memberanikan diri untuk menoleh, ternyata yang menepuk pundaknya adalah wanita paru baya yang sudah berumur senja.

"Iya, Bu?"

"Ruangan UGD di mana, ya, Nak." Rasanya  seperti bebannya terangkat begitu saja. "Dari sini lurus terus belok kiri, Bu."

"Makasih, Neng."

"Bu, boleh pinjem kerudungnya." Bila menggigit  bibir bawahnya.

"Boleh."

"Makasih, Bu."

Sempurna, kepala dan wajahnya ia tutup dengan kain panjang tadi ia pinjam hanya menyisakan kedua mata yang tidak ia tutupi. Bila berjalan tanpa arah sekarang dan tanpa alas kaki. Lagi-lagi ia meringis saat kakinya melepuh karena panasnya matahari.

Ia melihat kakinya yang sedikit bengkak dan juga merah

Bila  mulai menangis seketika. Apa yang diliatnya tadi begitu menyesakkan, Bila kecewa tapi nasi sudah jadi bubur. Ia tak bisa buat apa-apa.

Laki-laki itu telah banyak berubah, Bila bahkan sudah tidak mengenalinya lagi.

Bila terdiam sejenak, perutnya perih. Ia tidak makan dari pagi hingga saat ini, tubuhnya juga lemah. Bila tidak membawa apapun kecuali badan dan pakaian yang sedang ia pakai.

Tidak mungkin ia kembali lagi ke rumah sakit, Bila tidak ingin melihat laki-laki walaupun sedikit saja. Bila menjatuhkan tubuhnya di trotoar, mengatur napasnya yang semakin lama semakin menyesakkan.

Di tempat lain, Noval tengah asik bercinta dengan Nira. Mereka tak memperdulikan suara berisik dari ponselnya yang dari tadi bergetar.

Bila memutuskan untuk pergi, entah sampai kapan ia berjalan tanpa tujuan yang jelas. Emosinya  begitu dahsyat, ia bahkan tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang.

Bila berdiri di atas jembatan, ia memegang kuat pembatas itu sembari melihat lurus dengan tatapan kosong. Di telinganya begitu berisik, seolah ada yang berbicara terus menerus di telinganya.

"Ayo lompat."

"Ayo lompat, ayo."

"Engga ada yang perduli sama lo, ayo lompat."

Kalimat-kalimat tersebut berputar di telinganya, seolah menyuruhnya untuk mengakhiri diri di sini.
Seperti ada yang melambai kepadanya, Bila menangis tersedu-sedu, ia berpikir untuk mengakhiri semuanya di sini.

Bila mengambil napas terlebih dahulu, mengumpulkan keberanian untuk memanjat pembatas itu.

Perlahan kaki kanan wanita itu naik dengan gemetar, matanya memejam kuat. Inilah pilihan yang terbaik sekarang, ketika kaki satunya lagi akan naik  seseorang menariknya dengan kuat hingga tubuhnya berada di pelukannya.

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang