kelak dia akan seperti mereka (revisi)

151 9 0
                                    

"Kelak dia akan seperti mereka, Bil."


Sudut bibirnya terangkat keatas saat melihat Bila yang tengah duduk di sebelahnya begitu lahap memakan makanan yang ia bawa tadi. Rasanya selalu saja sedih melihatnya seperti itu, Regan merasa bersalah karena menempatkannya di situasi seperti ini.

Ia sudah menganggap Bila adalah bagian dari keluarganya, yang harus ia hormati, sayangi dan kasihi. Orang tuanya selalu mengajarkannya seperti itu, ia memiliki adik perempuan Regan tidak mau karmanya nanti akan menimpa adiknya.

Regan tidak mau itu.

Bila menoleh, pandangan mereka bertemu. Tangannya mengangkat tinggi-tinggi sepotong martabak yang berada di tangannya. "Mau?" tanya Bila.

Regan menggelengkan kepalanya, melihat Bila saja ia sudah kenyang. "Buat lo aja semua."

Bila beralih pada Fatih dan juga Ikbal yang berada tidak jauh darinya, menawarkan martabak tersebut tapi lagi-lagi hanya penolakan, mereka tidak mau.

Bila menghela napas, baiklah semua makanan ini miliknya jika semuanya tidak mau.

"Lo mau ikut gue engga?"

Bila menoleh. "Ke mana?" Ia tidak mungkin pergi jauh-jauh dengan kondisinya saat ini, bagaimana jika seseorang mengenalinya?

Bagaimana jika mereka tau jika ia berbohong pergi keluar kota hanya untuk menutupi kehamilannya.

"Suatu tempat, engga terlalu jauh. Kalau lo mau gue ambil mobil dulu, engga mungkin gue ajak lo naik motor." Regan melirik sekilas perut Bila yang sudah terlihat jelas itu.

Walaupun tertutup baju oversize tapi perutnya masih terlihat.
Bila terdiam sejenak, sudah lama juga ia tidak pergi ke suatu tempat setelah ia melihat dengan Noval.

Akhirnya Bila mengangguk. "Boleh."

"Oke."

Mereka kembali terdiam, Bila sibuk dengan makanannya dan ke dua sahabat Regan sibuk dengan ponsel yang sedang di genggaman masing-masing. Regan menghela napas panjang, berharap semua ini berakhir. "Suami lo engga ada?"

"Engga ada."

Regan menggaruk kepalanya tidak gatal. "Lo engga perlu ijin, kan?"

Bila tersenyum kecil. Ijin? Itu tidak pergi, Noval bahkan menginginkan dirinya pergi dari hidupnya selamanya. Ia hanya pengganggu di kehidupan baru yang sedang Noval rangkai dengan orang lain. 

"Engga perlu buat apa," jawab Bila di akhiri oleh tawa canggungnya.

Regan mengangguk. "Nanti gue jemput lo di sini." Ia bangkit dari duduknya, berjalan kearah sahabatnya. "Ayo balik."

"Ayo."

"Nanti gue jemput."

"Hm."

Bila menatap lurus motor yang mulai menjauh dari pandangannya. Ia mulai kesepian lagi sekarang, hanya Regan yang selalu menjadi teman bicaranya. Ia memutuskan untuk kembali, mengganti baju dan menunggu Regan menjemputnya nanti.

Tubuhnya ia duduk di pinggir ranjang setelah sampai di kamar. Lagi-lagi Bila menghela napas panjang sebelum pergi memilih baju yang akan ia pakai nanti.

Ia bingung, dengan langkah kecil Bila berjalan menuju lemari yang ada di sudut ruangan. Membukanya perlahan, matanya tertuju pada dress-dress miliknya yang ia bawa dari rumah begitu sedikit. Pilihannya jauh pada sebuah dress berwarna biru di bawah lutut, sangat sederhana tapi cantik. Dress ini sedikit menyamarkan perutnya yang buncit.

Entah Bila tidak menghitung berapa bulan sudah ia mengandung. Ia tidak tau kapan semua ini akan berakhir, ia berharap setelah anak itu lahir Bila akan hidup dengan versi yang baru. Menghilang dari kehidupan Noval selamanya, jika itu terjadi ia tidak akan pernah kembali muncul sama sekali itu janjinya.

Bila mencoba hidup kembali walaupun tidak sepenuhnya.

"Apapun yang terjadi gue mohon kelak jangan benci gue." Bila mengelus perutnya, bayi di perutnya bergerak-gerak di perutnya.

"Gue engga tau bakal gimana ke depannya, gue harap kita engga akan pernah bertemu lagi. Gue anggap lo mimpi buruk dan kejadian ini engga akan gue pernah ingat lagi. Di mana pun kelak lo tinggal jangan muncul di hadapan gue lagi dan seterusnya, kita engga ada hubungan darah walaupun gue ibu lo." Bila memandang tubuhnya yang berada di cermin.

Bila menyerka air matanya yang keluar deras, ini sangat menyiksanya. Ia sudah menyerahkan semuanya dan kini ia akan menghilang.

Mungkin kelak ini terakhir ia sini.

"Gue harap lo punya keluarga yang menerima lo." Bila menjatuhkan tubuhnya di ranjang.

Ponselnya berdering, rupanya Regan yang menghubunginya. Ngomong-ngomong tentang Noval, laki-laki itu tidak pulang. Ia asik dengan Nira, bagaimana bisa mereka berduaan sedangkan ia di sini menderita.

Bila turun ke bawah setelah mengambil ponsel, tas, kacamata dan masker yang ia punya. Bila tersenyum saat melihat Regan berdiri di depan mobil miliknya yang terparkir.

"Ayo!"

Bila mengangguk, sebelum naik ia menggunakan terlebih dahulu masker dan kacamata hitam miliknya. "Ganti sama yang ini." Regan mengulurkan kacamata yang ia bawa dari rumah.

"Ganti?" Bila melihat kacamata yang ada di tangan Regan, kacamata itu bukan kacamata hitam melainkan kacamata biasa.

"Engga akan ada yang ngenalin lo walaupun lo pake kacamata ini."

Bila langsung membawa kacamata yang ada di tangan Regan, laki-laki itu tersenyum. "Lo engga perlu pake masker di dalam mobil." 

Lagi-lagi ucapan Regan, wanita itu patuhi.

Mobil mereka berlaju membelah jalanan ibu kota, Bila hanya melihat ke samping. Menikmati keindahan di balik jendela mobil, Regan  menyalakan musik hingga suasananya begitu nyaman untuknya.

Bila tersenyum miris, sangat berbeda jika bersama dengan Noval. Laki-laki itu dingin, ia tidak memperdulikannya sama sekali. Dia tidak pernah menyalakan musik, tapi dulu dia sering menyalakan. Menyanyikan lagu bersama ketika berpergian ke manapun.

"Kita mau ke mana?" tanya Bila.

"Ke suatu tempat." Regan tersenyum hangat.

Setelah beberapa  menit  berlalu akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, kening Bila mengerut saat melihat tulisan yang menempel di luar.

Panti asuhan Asih

Mengapa laki-laki itu mengajaknya ke sini, Regan turun lebih awal. Bila langsung memakai masker dan kacamata milik laki-laki itu kemudian turun. "Ayo."

Bila masih terdiam, berdiri tegak sedikit kaku. Matanya berkeliling melihat beberapa anak kecil berlari kemana kemari sembari tertawa.

Hatinya menghangat.

Regan menepuk pundak Bila dengan pelan, membuatnya tersadar dari lamunannya. "Ayo."

Bila mengikuti langkah kaki di depannya, sepertinya laki-laki sudah tidak asing dengan tempat ini bahkan beberapa anak tiba-tiba memanggil laki-laki itu.

"Panti asuhan ini punya nyokap gue."

Begitu rupanya, Bila tersenyum saat ada anak kecil yang menghampiri Regan. Laki-laki itu menjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh anak kecil itu.

"Kinan, halo." Regan memberi satu pelukan. Bila tersenyum melihatnya, Regan melepaskan pelukan dari anak kecil itu kembali lagi berdiri. "Ayo, kita masuk."

Bila mengangguk.

Mata wanita memanas saat melihat bayi-bayi yang sedang tertidur pulas, ada bayi yang menarik perhatiannya. Bayi perempuan itu begitu cantik, dia tersenyum kearahnya. Hatinya sedikit terenyuh, mata bayi itu begitu bulat dan juga indah.

"Dia siapa nama, Bu?" tanya Bila kepada wanita setengah baya yang berada di sana.

"Bunga, kami menemukannya di depan panti asuhan."

"Nama yang cantik." Bila menyentuh bayi itu, air matanya tiba-tiba menetes begitu deras.

Menyesakkan jika begini.

Regan berdiri di samping, ia melihat kearah bayi itu. "Sangat cantik."

"Hm."

"Kelak dia akan seperti mereka."

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang