"Kita tidak bisa membuat seseorang bertahan selamanya di sisinya."
.
.
.
.
.
.
Langit tampak menguning menandakan sore telah menghampirinya. Matahari sudah tidak seterang tadi, kini perlahan redup. Suasana sore hari membuat tenang dan damai, Bila menatap lurus ke depan memperhatikan sunset yang ada di depan matanya.Regan menghampiri Bila yang masih duduk sendiri. "Bil."
Bila menoleh. "Ayo, pulang."
Ia mengangguk.
Tangan Regan melambaikan, menandakan perpisahan. Raut wajah anak-anak panti kini berubah menjadi redup saat Regan pamit untuk pulang. Mereka kehilangan teman bermainnya, mereka kehilangan kembali.
Sepanjang jalan Bila menatap keluar, matanya sembab jika tidak tertutup oleh kacamata yang sedang ia pakai. Regan menghela napas, ya wanita itu menangis sepanjang hari.
Regan kembali membiarkannya menangis, siapa tahu menangis membuatnya tenang dan melupakan kesedihannya walaupun sedikit. Entah mengapa, dadanya masih terasa ada yang salah. Ada rasa tidak tenang setelah pergi ke panti.
Perasaan apa ini?
Lagi-lagi tanpa di minta air mata itu kembali turun, ia memejamkan matanya kuat-kuat berharap air matanya berhenti menetes sekarang juga.
Berusaha baik-baik tapi nyatanya ia tidak baik-baik saja.
Regan mengambil beberapa tisu lalu memberikan kepada Bila.
Kelak semua itu menghilang begitu saja, waktu yang akan menyembuhkannya. Sembuh, ia ingin sembuh dari luka batin yang menyiksanya. Sembuh karena dirinya sendiri, sembuh karena sudah memaafkan dirinya yang gagal untuk menjaga diri dan sembuh untuk memaafkan orang lain yang menyakiti kita.
Semua butuh proses tidak akan instan.
Ya, itu tidak semudah yang di bayangkan. Tapi ketika kita usaha semuanya pasti akan di permudah, memang luka tidak akan sembuh dengan sendirinya. Titik akhir dari luka adalah ada rasa ingin mengakhiri diri.
Itu tidak boleh.
Hiduplah lebih lama lagi! Bagaimana mana pun kehidupanmu sekarang.
Tangisan itu begitu menyayat hati, Regan menyodorkan tisu kearah wanita itu.
"Lo nangis sepuasnya, luapin semuanya." Mendengar kata tersebut Bila kembali menangis.
Regan menghentikan mobilnya saat lampu merah, Bila yang sedang melihat ke jendela. Mendapatkan sebuah rasa sakit lagi, melihat Noval bersama dengan wanita yang tidak lain adalah Nira sedang berpelukan.
Mereka begitu mesra, Bila begitu sakit.
Sebodoh itu dia mencintai seseorang.
Regan melihat ke arah mereka. "Jangan di lihat, itu menyakitkan." Bila tidak mendengar ucapan laki-laki itu, ia senantiasa melihat kearah Noval. Tangan laki-laki itu memainkan tangan Nira.
"Hey, jangan di lihat. Bia lihat aja gue," ucap Regan sembari mencoba meraih tangan wanita itu.
Bila menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menangis tersedu-sedu. Regan menghela napas, ia melajukan kembali mobilnya. Dan sekarang mereka kehilangan motor milik Noval.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Dan Lukanya (Selesai)
Teen FictionWarning : 17+ Selesai Ada beberapa adegan kekerasan! _ Follow sebelum membaca. Jangan lupa tinggalkan vote. _ Abila harus menelan pil pahit ketika kejadian beberapa bulan menimpanya, ia hamil. Semua orang menghilang kekasihnya, Ayahnya dan dunia...