Paket berdarah (revisi)

36 2 0
                                    

"Tenang dengan seribu tenang."

.

.

.

.

.

.


Diam-diam Bila membawa Nabila masuk ke dalam tanpa sepengetahuan dari Noval. Kalau laki-laki itu tau, pasti dirinya akan dimarahi habis-habisan. Setelah memasuki apartemen Nabila melihat ke sana kemari, membaca apakah situasi di sini aman untuknya atau tidak.

"Dia engga ada?" tanya Nabila setelah membuka sepatu miliknya.

Bila menggelengkan kepalanya. "Engga ada."

Nabila menghela napas panjang, Bukan Nabila takut dengan Noval. Yang ia takuti adalah Bila, ia takut Noval berbuat macam-macam padanya.

Bila menyuruh sahabatnya untuk duduk sedangkan ia pergi ke dapur untuk membawakan segelas air dingin. "Adanya ini engga apa-apa?"

Nabila menghela napas, ia bukan tamu. "Apa aja, Bil. Bakal gue minum asal jangan racun tikus aja."

Bila menyinggungkan senyum tipis, ia tidak bisa tersenyum seperti dulu. Senyumnya hilang sudah, Nabila yang melihat respon dari Bila hanya terdiam. Sifat antusias Bila kini menghilang sudah.

"Gimana udah ada titik terang?" tanya Bila.

Nabila terdiam sejenak. "Masih butuh banyak video, Bil."

Bila berusaha mengingat sesuatu tentang pesta tersebut dari awal ia masuk hingga berakhir di kamar bersama dengan Regan. Bila teringat sesuatu, ia langsung melihat sahabatnya. "Lo ingat engga kamera yang ada di pintu masuk?" tanya Bila.

Nabila mencoba mengingatnya. "Ah, yang kita deketin itu?"

"Iya."

"Bentar gue coba pikirin lagi."

Bodohnya, Nabila tidak ingat jika acara tersebut tersedia kamera di siap sisinya. Mungkin saja dari salah satu kamera tersebut ada video dari awal hingga akhir acara. Nabila mengirimkan pesan untuk Regan, siapa tau laki-laki itu berhasil mendapatkan rekaman tersebut.

Bell berbunyi, Bila langsung bangkit. Melangkahkan kakinya, pintu itu terbuka lebar tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Bila mengerutkan keningnya, sebelum ia kembali masuk Bila tidak sengaja melihat sebuah paket atas nama dirinya di simpan pinggir pintu.

Bila tidak memesan apapun. "Apa Noval, ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Bila memutuskan untuk membawanya ke dalam. Nabila yang melihat Bila membawa paket langsung bertanya. "Paket siapa?"

"Engga tau."

"Tapi di sini untuk lo, Bil." Nabila menunjukkan nama Abila yang tertempel di atas paket tersebut.

"Gue engga beli apapun." Semenjak menikah dan tinggal di sini tidak pernah Bila membeli sesuatu berbentuk online. Dirinya saja harus bersembunyi, bukan?

Apalagi Noval tidak pernah mau jika keberadaannya di endus oleh beberapa temannya. Dan Bila sudah tidak mementingkan dirinya kali ini.

Mereka saling pandang satu sama lain. "Buka aja." Bila mengangguk, jika itu milik Noval ia akan membungkusnya kembali dengan rapih tapi jika bukan. Paket siapa yang tersasar hingga berada di depan pintunya.

Bila melempar paket itu setelah membukanya, tubuhnya bergetar hebat ketika melihat fotonya yang terbelah dua berlumuran darah segar. Matanya berkaca-kaca, tangannya bergetar hebat. Nabila yang melihat itu langsung memeluk tubuh Bila dengan erat, berusaha menenangkannya. "Ada gue di sini, lo tenang. Tarik panas lalu buang."

Bila mengikuti arahan dari Nabila.

"Lo minum dulu, gue beresin paket itu dulu." Tangannya mengepal kuat, tanpa sepengetahuan Bila. Ia mengeluarkan ponsel miliknya yang berada di dalam saku celananya lalu memotret paket tersebut dan mengirimnya pada Regan.

Nabila menghela napas, rupanya hidup Bila sudah tidak aman lagi.  Sahabatnya tidak punya musuh lalu musuh siapa ini? Noval atau Regan sebenarnya?

.

Regan menggebrak meja yang ada di depannya, Fatih dan Ikbal yang sedang makan langsung berdiam seribu bahasa. Fatih menyimpan sendok yang ada di tangannya terlebih dahulu. "Lo tenang, coba ceritain pelan-pelan."

Regan melempar ponsel miliknya kearah Fatih dan langsung di tangkap olehnya. Ikbal yang melihat itu menggelengkan kepalanya. "Gila!"

"Ini engga bisa dibiarin, Re."

"Hm, tapi siapa yang kasih itu?" tanya Regan sembari mengacak-acak rambutnya, kepalanya tiba-tiba pening belum selesai yang kemarin  sudah datang yang lain.

"Bila engga punya musuh? Apa musuh lo?" Regan menunjukkan dirinya sendiri.

"Gue engga punya musuh lo berdua tau, gue engga suka bikin gara-gara sama orang kecuali  s Noval."

"Iya juga," ucap Fatih.

"Apa musuh Noval?" tanya Ikbal.

"Gue engga tau, yang jelas ini pasti buat Bila takut." Regan menghela napas panjang, untung saja ada Nabila di sana kalau tidak bagaimana.

"Kita samperin mereka, gue engga tenang banget."

"Oke, bayar dulu." Regan mengeluarkan uang yang ada di dompetnya lalu menyodorkannya pada Ikbal. "Sisanya buat lo."

Mata Ikbal berbinar, dia menyelipkan uang sisa kembalian di saku celana miliknya lalu berlari mengejar Noval dan Fatih.

Nabila menghela napas panjang, tangannya terus mengelus rambut Bila hingga ia tertidur. Ponselnya berdering, Nabila dengan cepat menjauh kearah jendela.

"Gue di bawah lo turun buruan," ucap Regan di telepon.

"Oke." Nabila mematikan panggilan tersebut lalu bergegas turun ke bawah.

Nabila berlari membawa paket tersebut menghampiri Regan yang tengah duduk dengan para sahabatnya. Napasnya terpotong-potong sekarang, ia langsung menyerahkan paket itu kearah Regan.

Regan membukanya, Ikbal dan Fatih langsung memalingkan wajahnya saat bau anyir darah begitu menyengat di hidungnya. "Engga ada nama pengirimnya gue udah cek tadi."

Regan menganggukkan kepalanya. "Hati-hati mulai sekarang, 24 jam kita pantau Bila. Ponsel kalian jangan sampai ada yang mati, gue takut dia kenapa-kenapa."

"Kita engga bisa bawa Bila pergi." Nabila sangat ingin membawa sahabatnya pergi dari penjara itu. Tapi bagaimana? Noval selalu pulang untuk mengambil baju, ia juga tidak bisa menginap di sana.

"Iya, itu bukan ranah kita. Kehidupan Bila udah berubah sekarang."

"Hm."

"Gue bakal cari siapa yang kirim ini ke penjaga di bawah." Mereka mengangguk.

"Lo udah baca pesan dari gue?" tanya Nabila.

"Pesan?"

"Iya, coba lo cek." Regan langsung mengecek ponselnya. "Gue lupa buka tadi."

"Kamera?" tanya Regan.

"Di belakang banyak kamera, kita aja yang engga nyadar Re." Regan mengangguk, ia akan berbicara dengan Ayahnya soal itu. "Gue bakal dari tau."

"Bila engga apa-apa?" tanya Fatih.

Nabila menggelengkan kepalanya. "Dia cuma shock aja, sekarang dia tidur."

Ikbal dan Fatih menghela napas panjang, Regan sudah pergi menghampiri penjaga di bawah. Sialnya Regan tidak mendapatkan apapun juga, ia kembali dengan tangan kosong.

"Yang penting Bila baik-baik aja, gue keatas dulu." Mereka mengangguk.

"Lo bertiga tunggu di sini, pantau siapa tau ada Noval  langsung kasih tau gue."

"Siap."

Regan menyadarkan tubuhnya di kursi yang sedang ia duduki, siapa yang melakukan ini? Apa orang yang sama yang telah merenggut kesucian Bila waktu itu?

Kepalanya pening, Regan tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang.

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang