Luka di belakang kepala (revisi)

22 2 0
                                    


"Hidup penuh luka, jangan sampai kau mati di tangan sendiri."

.

.

.

.

.

Setelah mengutak-atik isi galerinya akhir Regan menemukan poto yang di ambil oleh Adiknya setelah kejadian tersebut. Awalnya ia mengeluh sakit di belakang kepala, setelah di cek ada sebuah luka yang entah darimana berasal. Regan tidak jauh dari motor atau berkelahi.

"Lo lihat ini baik-baik." Regan menunjukkan foto yang tadi ia cari pada Nabila, Fatih dan juga Ikbal. Tidak puas melihatnya Nabila mengambil ponsel itu melihatnya baik-baik lalu menzoom 
beberapa kali untuk memastikannya. Nabila melirik Regan, "Lo beneran engga ingat apa-apa?"

Regan menggelengkan kepalanya.  "Gue cuma ingat, gue cari angin di luar itu aja."

Nabila menghela napas panjang, ternyata memang susah mencari seperti ini. Ia membuat sebuah tanda tanya besar dalam buku yang ada di hadapannya, tanda ini yang harus di pecahkan satu persatu dengan teliti.

Tikus itu akan terus bersembunyi jika tidak ada umpan untuk memancingnya.

Satu persatu mereka mencari semua video yang berhasil di rekam pada pesta itu. Walaupun menyusahkan dan memakan waktu yang lama tapi mereka berharap ada sebuah titik yang akan mengantarkannya pada sebuah kebenaran yang ada.

Fatih dan Ikbal menghubungi kontak-kontak yang sudah mereka tulis tadi, siapa saja yang datang. Untung saja mereka orang-orang yang pandai bersosialisasi kalau tidak bagaimana? 

Siapa tahu ada yang masih menyimpan video itu untuk di jadikan sebuah bukti nantinya.

"Gue dapat satu." Fatih menyerah ponselnya pada Nabila.

"Gue juga," ucap Fatih sembari menyerahkan ponselnya pada Nabila, gadis itu menerimanya. Memutar video yang berdurasi sepuluh menit, video ini hanya mengabadikan suasana dari sebelah kanan hingga sebelah kini.

Regan kembali lagi menulis. "Lo dapat?" tanya Nabila pada Ikbal.

"Mereka banyak yang bilang engga."

Nabila menghela napas panjang, mereka seperti mencari jarum yang jatuh di atas jerami. Ia mengambil ponsel yang ada di sakunya, beberapa kali menghubungi Bila tapi tidak satu kali pun panggilan teleponnya di angkat.

"Gue telepon Bila engga di angkat."

"Lagi istirahat kali, maklum dia lagi hamil."

"Iya juga sih."

Nabila bertanya. "Lo belum cek Cctv di luar tempat lo cari angin?"

Regan menggelengkan kepalanya. "Gue cuma cek di dalam gedung itu aja."

"Sekarang lo cek sama Ikbal gue di sini sama Fatih."

"Oke."

Hanya Fatih yang bisa di andalkan walaupun berdua. Regan dan juga Ikbal menuju ketempat yang tadi mereka maksud. Di sepanjang perjalanan Ikbal terus saja bertanya padanya. "Lo yakin rekaman itu masih ada?" tanya Ikbal satu kali.

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang