"Pada akhirnya api akan kalah dengan air dan aku kalah dengan keadaan."
.
.
Aku berlari entah sejauh mana, yang terpenting berlari menjauh dari Noval. Hatiku sakit, rasanya seperti di cabik-cabik hingga hancur. Ucapan dia begitu menyakitkan, jalang? Apa itu aku?
Tentu saja iya menurutnya. Air mataku menetes, tidak ada yang ku bendung sama sekali. Luruh hingga meninggalkan jejak di pipi, aku menahan isakkanku takut seseorang masih ada di sini dan memerhatikanku.
Kata-kata yang dilontarkannya begitu meragukanku. Apa semua itu salahku? Apa kehilangan kehormatanku juga karena salah aku sendiri?
Apa aku sehina itulah hingga Noval berkata seperti itu?
Apa aku ingin seperti ini? Di lecehkan oleh seseorang yang bahkan aku engga tahu orangnya. Dunia begitu jungkir balik, perlahan dunia mulai menjauh. Berlari jauh dan aku seolah mengejarnya.
Apa yang akan terjadi setelahnya? Apa dia juga pergi? Nanti siapa lagi Ayahnya? tentu saja beliau akan pergi jika mengetahui anak yang ia didik dengan keras kehilangan kesuciannya dalam satu hari.
Aku menjauhkan tubuhku di kursi taman, sepi hanya ada tangisan yang terdengar di telingaku. Dada ini sakit, seolah terbelah dua namun dengan perlahan.
Menyakitkan memang.
Setabah-tabahnya seorang manusia, mereka pasti akan berada di titik paling terendah dalam hidupnya. Hinaan, pelecehan, semua seperti mimpi. Tapi semua itu kenyataannya, kejadian itu nyata. Di hotel itu dan di kamar itu kejadian bermula.
Aku selalu mengingatnya.
Satu penyesalan yang aku rasakan, ternyata memang benar. Penyesalan selalu di akhir dan juga kesakitan selalu ada di akhir juga. Penyesalan yang sangat aku sesali karena datang ke pesta itu, hanya untuk menemui Noval dan juga bersenang-senang.
Nyatanya aku tidak bersenang-senang, aku malah mendapatkan fakta yang mengejutkan. Kehilangan yang aku jaga belasan tahun ini. Sekarang Noval hanya memandangku penuh hina, ternyata kejutan yang aku siapkan lebih kalah dengan kejutan yang di berikan takdir.
Noval enggan menatapku.
Takdir memang siapa yang tau, manusia hanya tokoh dan Tuhan yang mempunyai skenarionya. Seberapapun menentang takdir, kita tidak bisa lari atau menolak semua itu.
Aku menatap lurus dengan tatapan kosong, tanganku mencengkram rok sekolah yang aku pakai. Seberapa aku mencoba ikhlas, ingatan itu kembali lagi membuat penyesalan di dalam diri ini ikut bertambah dan menyalahkan diri sendiri karena terlalu bodoh, tidak bisa menjaga dirinya sendiri saat itu.
"Lo jahat, gue benci sama lo."
Tapi memangnya bisa?
Aku menadahkan kepalanya ke atas, membiarkan air matanya menetes begitu saja, sakit. Noval mengingkari janjinya dulu sebelum kejadian merenggut kesucianya.
Langit perlahan menjadi hitam pekat sepertinya langit sadar aku sedang bersedih. Angin menerpa tubuhku dengan tenang seolah menyerka hati. Tetesan hujan membasahi tubuh, membiarkan air hujan menyapu jejak seseorang yang telah menyentuhnya. Karma masih berlaku, dia yakin bahkan suatu saat nanti semuanya berubah hidupnya dan juga cintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Dan Lukanya (Selesai)
Teen FictionWarning : 17+ Selesai Ada beberapa adegan kekerasan! _ Follow sebelum membaca. Jangan lupa tinggalkan vote. _ Abila harus menelan pil pahit ketika kejadian beberapa bulan menimpanya, ia hamil. Semua orang menghilang kekasihnya, Ayahnya dan dunia...