part terluka untuk kesekian kalinya (revisi)

115 12 0
                                    


"Takdir seperti apa yang membuatmu ingin terlahir di dunia?"

.

.

.
.

.


Semuanya berubah setelah kejadian itu, Bila menjadi sangat pendiam
Apalagi saat berada dihadapan Noval. Bila sudah tidak pernah mengapa laki-laki itu, ia sudah tidak menyiapkan makanan karena sia-sia usahanya tidak pernah di anggap oleh laki-laki itu. Makanan yang selalu ia buat tidak pernah Noval sentuh sedikit pun, hanya angin yang menyentuhkan.

Apa makanannya juga ikut jijik karena ia yang memasaknya?

Baginya seminggu ini hanya di usahanya melanjutkan hidup, menumpang hidup di sebuah rumah yang tidak ada atapnya. Panas dan hujan selalu menerpa tubuhnya, tidak ada payung yang bersedia menjadi teman meneduhnya.

Sakit itu masih terasa sampai sekarang, apalagi bayangan itu masih terekam jelas di pikirannya. Tubuh Noval naik turun di atas wanita yang ia tahu bernama Nira.

Satu minggu ini ia mendapatkan kejutan yang tak kalah menyakitkan untuk dirinya. Ayahnya, menikah lagi dengan seseorang yang bahkan ia saja tidak tau. Bila menangis sebenci itukah Ayahnya padanya, sampai ia tidak di undang sama sekali bahkan di kenalkan juga tidak.

Apakah Ayahnya malu memiliki anak sepertinya?

Bagaimana ia tahu? Bila mempunyai akun sosial media tapi tidak memakai namanya. Ia bahkan selalu  memeriksa perkembangan Ayahnya di sosial media hingga kemarin Ayahnya mengumumkan pernikahannya dengan seorang wanita yang bahkan Bila tidak tau. Bukan lagi Tante Sofia yang dulu Ayahnya kenalkan.

Bila tersenyum miris, Ayahnya pasti sudah tidak pernah menganggapnya lagi. Bila hanya menangis di hadapan foto tua yang ia ambil diam-diam dari rumah sebelum pergi. "Bila kangen Ibu."  Bila menangis tersedu-sedu, mengusap bingkai foto orangtuanya kala muda.

Ia tampak mirip dengan sang mendiang Ibunya yang meninggal kala melahirkannya ke dunia.  Ayahnya membencinya karena ia terlahir ke dunia dan membawa pergi wanita yang Ayahnya cintai.

Seumuran hidupnya ia menghabiskan waktunya dengan sang Ayah dan sekarang berbeda. Tidak ada Ayah yang diam-diam menjadi pendukungnya, tidak ada senyumnya lagi.

Miris memang.

Bila mengusap air matanya, ia mengambil masker untuk dipakai keluar. Ia belum bisa menerima dirinya yang amat berbeda sekarang, bersembunyi di balik masker sekarang adalah keahliannya seperti bunglon.  Menipu dirinya sendiri lebih lama lagi hingga bahkan tidak mengenalnya sama sekali.

Tidak percaya diri? Ya, ia bahkan  sudah tidak kenal dengan rasa percaya diri yang tinggi seperti dulu. Sekarang ia memandang tubuhnya dengan jijik, Bila tidak lagi bercermin. Semua cermin miliknya sudah ia buang semuanya.

"Ke mana?" tanya Noval yang sedang duduk tenang di atas sofa dengan ponsel yang ia genggam.

"Keluar." Singkat. Bila menutup pintu dengan keras, berjalan keluar apartemen untuk membeli sesuatu.

Bila membawa troli berwarna merah, ia menelusuri lorong-lorong untuk mencari sesuatu yang ia butuhnya. Kebutuhannya sendiri, untuk Noval biarlah wanita itu yang mengurusnya.

Bila menghentikan langkah kakinya saat melihat seseorang yang mirip dengan Ayahnya. Dari tubuhnya hingga cara berpakaian, ia mengandeng seseorang yang seumuran dengannya. Laki-laki paru baya itu tersenyum bahagia saat wanita itu bicara dengan manja.

"Ayah." Tanpa sadar Bila berteriak.

Laki-laki itu membalikkan tubuhnya. Mata mereka saling menatap, netra Bila mulai berkaca-kaca. Laki-laki paru baya itu tampak terkejut, memegang erat tangannya.

Bila ingin berlari kencang, memeluk tubuh Ayahnya dengan erat. Ia merindukan suara hangat milik orang tuanya dulu, sangat lembut. Elusan di rambutnya dan makanan yang selalu Ayahnya siapkan. Bila merindukan itu semua, kalau ini tidak terjadi. Ia pasti masih berada di sisi Ayahnya sekarang.

Menyesal? Ya, Bila menyesal datang ke acara itu.

"Ayah kenal dia?" tanya seseorang berambut pendek. Bila seperti tidak asing dengan wajah wanita itu. Wajah itu yang selalu membuat Noval tertawa selain dirinya, yang membagi cintanya dengan wanita itu.

Deg.

"Wanita itu?"

"Nira?" Bila mengigit bibir bawahnya.

Kenyataan paling menyakitkan harus ia telan sekarang. Wanita yang bersama Ayahnya adalah Nira, wanita yang menjadi kekasih dari suaminya Noval.

Hancur. Apa katanya tadi Ayah? Jadi Ayahnya menikah dengan Ibunya wanita itu.

Sangat sulit di percaya. Setelah mengambil Noval sekarang dia mengambil Ayahnya juga.

"Ayah kenal dia?" tanya Nira, Laki-laki paru baya itu menggelengkan kepalanya. "Ayah engga kenal sayang, ayo kita pergi."

Sesak

Hancur

Tuhan mengapa sakit mendengar kata itu di ucapan oleh Ayahnya. Dia tidak mengenalnya? Bila ingin tertawa terbahak-bahak saat ini.

Bila menatap tubuh mereka yang mulai menjauh, matanya mulai menangis. Ia menjatuhkan tubuhnya di lantai, hatinya begitu linu. Menyesakkan lebih dari kejadian kemarin.

"Mbak engga apa-apa?" tanya seorang wanita berumur empat puluh tahunan. Ia membantu Bila berdiri. "Engga apa-apa, makasih."

"Sama-sama."

"Mas!" Wanita itu berlari mengejar seseorang sudah menjauh darinya. Bila terdiam, jadi yang menolongnya tadi adalah istri Ayahnya dan Ibu kandung Nira.

_

Bila terdiam di kamar setelah pulang dari tempat pembelanjaan. Matanya menatap kosong kearah depan, hatinya sakit dan kepala seperti akan pecah.

Matanya kembali berair, Bila kembali menangis sendiri di kamar ini. Setiap hari yang ia lakukan adalah menangis, setelah berapa lama air matanya terus menetes.

"Kalau engga ada lo gue engga bakal kayak gini." Bila menutup wajahnya dengan tangannya yang bergetar hebat. Ia kembali jatuh lagi, mulai menyalahkan dirinya sendiri.

"Argh. Kenapa lo engga mati? Apa yang lo harapin dari gue. Heh? Gue engga bisa jadi ibu buat lo, gue engga bisa mempunyai anak dari seseorang yang bahkan gue engga tau siapa itu Ayahnya. Gue engga bisa, gue engga sekuat itu. Lo buat gue gila, kenapa lo hadir. Kenapa!" Bila berteriak kencang.

"Kenapa lo bertahan? Gue cape. Gue nyerah. Kenapa lo masih bertahan, lo buat gue menderita. Lo sialan. Argh!" Bila mengacak-acak rambutnya.

"Lo buat gue jauh dari Bokap gue. Gue benci lo, kenapa lo harus hadir dari kesalahan seseorang yang sampai ini gue engga tau orangnya."

"Kenapa lo engga mati aja!"

"Takdir seperti apa yang membuat lo ingin terlahir di dunia?"

Bila Dan Lukanya (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang